BELAHAN JIWA
AKU BUKANLAH ISTRI RASULULLAH YANG KUAT DAN RELA DIMADU-Maryam-
Hari ini rencananya ia akan pergi ke suatu tempat, rumah orang tua suaminya.
Ya, dia adalah Maryam Azzahra, perempuan berusia 25 tahun. Panggilannya Maryam, perempuan cantik dan anggun.
Ia bekerja di sebuah perusahaan multinasional di bidang kesehatan, mencakup obat-obatan dan alat-alat kesehatan untuk dipasok ke berbagai rumah sakit dan klinik. Suaminya sangat mensuport pekerjaannya itu, dia adalah Faiz Ahmad Gufron. Pria beruntung yang mendapatkan cintanya satu tahun yang lalu.
Faiz Ahmad Gufron, dia berasal dari keluarga terpandang, keluarga Gufron. Ayahnya adalah mantan menteri Negara ini. Mereka menikah setelah satu bulan kenal melalui cara ta’aruf. Faiz adalah mahasiswa lulusan Kairo dan sekarang dirinya mengajar sebagai dosen di sebuah universitas ternama di Jakarta. Dua bulan ke belakang Faiz sedang mempersiapkan dirinya untuk terjun ke dunia politik, mencalonkan dirinya sebagai calon legislatif di dapil I Jakarta, Sesuai anjuran Ayahnya, Gufron.
Seperti biasa, sore hari sekitar jam 5. Faiz menjemput Maryam di kantor. Perempuan cantik itu sedang menunggunya di depan lobby, kebetulan sekali hari ini hujan rintik-rintik cukup untuk membasahi kota Jakarta.
Mobil Roll Royce hitam datang berhenti tepat di depan Maryam, ternyata itu suaminya Faiz, Tidak Maryam kenali, karena mobil Faiz berbeda dengan miliknya dulu. Faiz cepat-cepat turun sambil membawa payung, berharap agar istrinya tidak kehujanan..
Di dalam mobil Maryam tak henti-hentinya tersenyum, ia senang suaminya sudah kembali setelah satu minggu ini ijin pergi ke luar kota untuk persiapan pencalonan.
“Apa kabarmu, Sayang?” Maryam menatap mesra Faiz yang berada di belakang kemudi. Faiz tersenyum sambil mengelus belakang kepala Maryam.
“Baik sayang,,maaf mendadak memberitahumu.”
Maryam menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Tidak ada kata mendadak kalau urusannya pergi ke rumah mertua, lagi pula sudah waktunya jam pulang kantor jadi tidak masalah bagi Maryam.
Mobil melaju memecah jalanan basah, mobil sedan hitam mewah itu kini telah sampai di depan pagar putih besar sebuah rumah mewah berlantai dua yang juga bercat putih itu.
Cepat-cepat, satpam rumah membukakan gerbang untuk mobil agar bisa masuk.
Setelah terparkir dengan baik di halaman rumah yang cukup luas, mereka berdua lantas masuk untuk menemui orang tua Faiz.
“Assalamu’alaikum,”ucap keduanya mengucapkan salam.
Dari arah belakang munculah Laila, Ibunda Faiz sekaligus mertuanya Maryam.
“Wa’alaikumsalam, kalian sudah sampai,” wajah lembut itu menciumi Maryam cukup lama. Hati Maryam menghangat merasakan kasih sayang teramat besar dari Ibu mertuanya. Sebagai anak yatim piatu, tentu saja Maryam begitu tersentuh. Tapi rasanya seperti ada yang lain, saat kedua tangan Laila menggenggam tangannya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
“Ibu, Ibu sehat?” bertanya seperti itu Laila malah meneteskan air matanya. Maryam jadi bingung, ia menatap mata suaminya berharap jawaban darinya.
Gufron datang bersama seorang perempuan muda cantik dari ruang tengah, mereka berdua ikut duduk di sofa ruang tamu.
Maryam menatap perempuan itu, begitupun sebaliknya.
“Maaf,” ucap Laila sambil menundukan kepalanya.
“Maaf untuk apa Bu? Ibu kan tidak membuat kesalahan, “
Faiz menarik nafas panjang,
“Biar Faiz yang bicara saja Bu!” pinta Faiz, Laila mengalah dan Faiz mengambil tempat yang semula Laila tempati.
Faiz menbgenggam tangan Maryam, telapak tangannya terasa dingin.
“Maryam, Aku sudah menikah lagi,” ucap Faiz dengan satu tarikan nafas.
Mendengar ucapan suaminya, Maryam tidak langsung percaya. Tapi melihat air mata Laila tambah keluar deras dan ada perempuan lain di rumah itu Maryam percaya jika suaminya tidak sedang bercanda.
“Apa kamu menikah dengannya?” tanya Maryam dengan mata menatap perempuan di sebelah Gufron.
“Iya Maryam, aku menikahinya,” sesak rasanya hati Maryam.
“Kalian menikah kapan?” dadanya bergemuruh hebat, air mata sudah terjun bebas keluar dari singgasananya.
“Satu bulan lalu,”
PLAAAKKKK,
Wajahnya seakan ditampar hebat, bukan hanya wajahnya. Hatinya terasa dihujam dengan benda tajam bertubi-tubi.
“Siapa dia?”
“Perkenalkan, aku Kanaya. Temannya Mas Faiz di kampus, kami rekan kerja.” perempuan bernama Kanaya itu dengan angkuh mengangkat tangannya untuk berkenalan dengan Maryam.
Maryam tersenyum kecut dan hanya mendiamkannya saja. Dimana-mana orang kedua selalu bersikap angkuh seolah menindas istri pertama. Itu sangat nyata bukan hanya terjadi di sinetron-sinetron saja.
“Maryam, maafkan Ibu. Ibu salah tidak mencegah atau memberitahumu dulu. Semuanya serba cepat dan mendadak.” isak Laila tambah menjadi.
Hanya air mata sebagai jawaban dari perasaannya saat ini.
Maryam merasakan kesedihannya kembali, pertama kesedihan itu saat Ayahnya meninggal lima tahun lalu dan kesedihan kedua saat Ibunya meninggal enam bulan lalu. Kini kesedihannya tentang dirinya yang telah dipoligami. Sakit, rasanya sakit teramat sakit.
"Maryam, zaman sekarang sudah lumrah yang namanya suami punya dua istri bahkan lebih. Kamu harus mengikhlaskannya, sebagai pengabdian kamu terhadap suamimu. Bukankah poligami itu sebagai jalan menuju surga?" Maryam tak menyangka jika Gufron akan melontarkan kata-kata itu. Ibarat luka diberi air garam, tambah terasa lukanya.
"Maaf Ayah, tapi banyak jalan menuju surga. Bukan hanya dengan poligami!"
"Ibu, maafkan Maryam jika selama ini Maryam banyak salah sama Ibu dan keluarga ini," Maryam mengambil tasnya di atas sofa. Ia pergi ke luar rumah dengan berlari. Faiz tidak tinggal diam. Dia mengejar istrinya dan berhasil menarik tangan Maryam.
"Maryam, maafkan aku! Dengarkan aku dulu, semua ini ada alasannya," ucap Faiz.
"Tentu saja ada alasannya Mas. Kalau tidak mana mungkin kamu menikahinya,"
Pria yang selalu dicintai dan disayanginya dengan segenap jiwa itu, begitu sudah membuatnya kecewa. Sangat kecewa.
"Biarkan aku sendiri dulu Mas! Jangan menemuiku dulu! Aku ingin menenangkan diri dulu."
"Sampai kapan?"
"Entahlah. Jangan kejar aku lagi!." secepatnya Maryam keluar dari gerbang. Untunglah kebetulan ada taksi lewat hingga ia bisa terbebas dari Faiz.
Di dalam taksi Maryam terus-menerus menangis. Mengingat pengkhianatan Faiz padanya. Tak henti-hentinya ia beristigfar. Berpikir kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga ia mendapatkan pengakuan menyakitkan.
Maryam tiba di depan sebuah apartement. Ia memutuskan untuk mendatangi sahabatnya, Anindya.
Di ruangan yang tidak terlalu luas itu, Maryam melepaskan semua beban di hatinya. Bagaimana perasaannya saat ia tahu pasti telah menduakannya dengan perempuan lain.
"Kamu tahu hatiku sakit, Nin," isaknya.
Anindya memberinya pelukan hangat sebagai rasa empati dirinya. Anindya mengerti jika perasaan Maryam sangat terluka.
"Sabar Maryam, aku tahu bahwa kata sabar tidak akan mudah kamu lakukan. Tapi kamu harus yakin tidak ada kata kebetulan di dunia ini. Semuanya sudah suratan takdir, kuasa Allah. Kamu tahu Maryam, daun jatuh pun atas kehendak Allah. Begitupun dengan yang terjadi padamu sekarang, semuanya atas kuasa Allah. Kamu boleh menangis, boleh bersedih tapi jangan sampai menguasai hati dan pikiranmu. Bangkit Maryam!"
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Yus Warkop
nanti aku mamfir , baca sinofsis poligamu"gitu agak takut gak bisa jaga hati suka meledak".
penasaran akan mamfir
2024-07-21
0
Dwi Setyaningrum
hadir Thor..
2024-06-12
0
Hanipah Fitri
baru membaca hati sdh panas
2023-12-05
0