MY BLOCK OF ICE
Tidak perlu semuanya diceritakan pada dunia. Tetap sisakan misteri. Bukankah rasa penasaran yang membuat mereka terus menggali lebih dalam tentangmu?
by Feirsa Besari
***
Namaku Nadinda Aulya Putri, orang biasa memanggilku Nadin. Aku anak ke
dua dari dua bersaudara. Aku tumbuh dari keluarga sederhana. Di besarkan oleh
seorang ayah yang tampan namanya Roy. Ayah adalah panutan kami.
Kakakku perempuan. Kami pernah menyukai satu pria yang sama,
sebelum kami tahu maksudnya mendekati kakakku. Kak Ana namanya. Tapi kemudian
kakakku dipertemukan dengan orang yang benar-benar mencintainya dengan tulus.
Jujur aku iri pada kakakku...., aku juga ingin di pertemukan dengan pria yang seperti
itu.
Kak Dio, dia baik tapi tak sebaik yang aku pikir. Aku menyukainya,
entah itu obsesi atau aku merasa nyaman dekat dengannya. Setelah hubungannya
berakhir dengan kakakku, aku tidak tahu detailnya kenapa mereka berpisah, yang
aku tahu dari kakakku dia menghianati kakakku. Tapi penghianatan seperti apa
itu, aku tidak pernah tahu. Kak Dio masih sering menghubungiku. Tapi tak
sedekat dulu, aku harus menghargai perasaan kakakku.
***
Seperti biasa
sore ini aku keluar dari kampusku, aku dulu lebih suka nebeng sama Dio dari
pada bawa motor sendiri. Tapi akhir-akhir ini beda. Aku tak mau lagi tergantung
pada kak Dio. Aku menuju ke parkiran kampus untuk mengambil motor. Tapi
langkahku segera terhenti oleh seseorang. Seseorang itu adalah orang yang begitu
ingin aku hindari. Dia adalah kak Dio.
“Nadin ....”
kak Dio menghampiriku.
“hei kak ....”
sapaku pada kak dio .
“mau pulang
ya?”
“iya ....!”
jawabku singkat
“mau bareng
sama aku?” tawar kak Dio.
“nggak usah
kak, aku bawa motor sendiri ...” jawabku sambil menunjuk ke arah motorku yang
terparkir tak jauh dari tempat kami berdiri.
“baiklah ...,
hati-hati ya ..., besok aku jemput ya ...!”
“nggak usah kak
..., aku bawa motor sendiri aja ...”
“kenapa sih
kamu menghindariku?” tanya kak Dio yang tampak kecewa.
“maaf kak, tapi
aku nggak bisa.”
“kamu merasa
tidak enak dengan kakakmu ...? kami sudah putus, kamu tahu sendiri kan? Jadi
ijinkan aku dekat denganmu.”
“maksud kakak?”
aku gagal mencerna ucapan kak Dio, apa maksud dari perkataannya?
“aku menyukaimu
dari dulu, aku dekat dengan kakakmu supaya aku bisa dekat denganmu.”
“apa?” aku
benar-benar syok setelah tahu kebenarannya. Betapa sakit hati kakakku, saat
tahu kenyataan itu. Tapi kenapa kakak tak pernah cerita. Sunggu saat ini aku
begitu kecewa pada kak Dio. Dia sudah memanfaatkan kakakku.
“maafkan aku
Nad ..., aku sungguh menyesal.”
“kakak
keterlaluan ...”
“tapi aku nggak
bisa membohongi perasaanku lebih lama lagi ...”
“aku kecewa
sama kakak, biarkan aku pergi.” Aku pun meninggalkan kak Dio seorang diri.
Hatiku hancur. Kenapa? Kenapa baru sekarang? Kenapa?
Aku merasa jadi
orang yang paling naif untuk saat ini. Aku tehianati oleh perasaanku sendiri.
Di dalam hatiku yang paling dalam aku merasa senang karena selama ini ternyata
aku tidak mencintai sendirian. Tapi kenapa caranya salah. Seandainya,
seandainya bukan seperti itu. Kenapa takdir sepertinya menertawakanku.
Brakk
“auhhhggg ...”
Aku tidak
konsentrasi dengan motorku. Aku menabrak mobil seseorang. Aku kecelakaan.
Mataku masih terpejam. Apa aku sudah mati.apa aku sudah naik ke surga. Tapi
rasanya punggungku sakit. Kakiku juga sakit.
“kau tidak pa
pa?” hah ..., ada yang bertanya padaku. Aku perlahan membuka mata. Kataku
terpaku pada manik matanya yang tajam. Tapi terlihat menyeramkan. Apa dia
malaikant pencabut nyawa? Tapi dia tampan.
“kau tidak pa
pa...”
Barulah aku
tersadar. Aku masih di jalan yang sama. Aku terduduk di jalan di samping motorku yang tergeletak. Aku menatapnya
kembali.
“kau siapa?”
aku dengan ragu bertanya.
“kau yang siapa?
Apa yang kau lakukan?” dia. Pria itu bertanya balik padaku.
“aku jatuh, apa
kau tidak liat, masih tanya lagi, sakit tahu ..., kau ini robot ya ...” omelku
padanya, pada pria itu.
“nona yang
menabrakku ...”
“terserahlah
..., aku yang sakit ...” aku pun bangun dan membangunkan motorku kembali. Aku
malas berurusan terlalu lama dengan pria asing ini. Dia , wajahnya tampan
tampak menyebalkan.
“aku buru-buru
..., aku harus pergi, ini kartu nama saya ..., jika anda meminta ganti rugi,
bisa menghubungi nomor yang ada di situ ...” ucap pria itu sambil menyerahkan
secarik kertas kecil seukurang KTP. Ini jika di lihat memang seperti kartu
nama. Dia bukan orang sembarangan dong, punya kartu nama. Dia pun pergi
meninggalkanku seorang diri. Aku perhatikan kartu itu, di sana tertera mananya Narendra
Rendiansyah. Nama yang bagus. Tapi cukup familiar. Siapa dia?
“Nad ..., kamu
kenapa?” tiba-tiba kak Dio yang kebetulan lewat menghampiri kami.
Dia turun dari
motornya.
“aku jatuh kak
...” aduku padanya.
“mana yang sakit?”
“tidak pa
pa..., sepertinya motorku saja yang rusak.”
“baiklah kamu
tunggu di sini, motormu biar aku bawa ke benkel yang ada di sana.” Aku hanya
mengangguk dan menunggu kak Dio menuntun motorku ke seberang jalan. Tak berapa
lama ia kembali menghampiriku.
“kita tinggal
saja motornya, sepertinya harus mengganti beberapa yang rusak. Kamu bareng sama
aku saja ya ..” aku pun hanya bisa pasrah. Aku mengangguk. Akhirnya kami jadi
pulang bersama.
kami pun sampai
di depan rumah,
“sini biar aku
bantu” kak Dio membantuku melepaskan helm yang ku kenakan, perhatian-perhatian
kecil yang di berikan Dio inilah yang menumbuhkan rasa suka di hati kecilku,
walau tak bisa di pungkiri aku juga merasa bersalah dengan kak Ara, perhatian
itu masih sama
“terimakasih kak
...” itu yang bisa aku ucapkan, dan di balas dengan senyum ramah oleh kak Dio,
membuat hatiku semakin dilema.
“aku langsung
aja ya ...”
“iya ....”
Kak Dio pun meninggalkan
halaman rumah kami, aku segera masuk ke dalam rumah dengan kaki yang terpincang.
Entahlah mungkin kakiku terkilir.
“assalamualaikum
...” ucapku sambil memasuki rumah.
“waalaikum
salam ...”
“ayah ....”
“kamu kenapa?”
tanya ayah sambil menghampiriku yang sudah terduduk di sofa ruang tamu.
“aku jatuh yah
...” aduku.
“kok bisa ...?”
“ya bisa lah
yah ..., namanya juga kecelakaan ...”
***
Hari demi hari
aku lewati tampa kak Dio lagi. Aku benar-benar menghindarinya. Aku tak ingin
membuat hatiku semakin tertahan di hati kak Dio.
Aku lebih
sering menghabiskan waktuku di rumah. Walaupun sepi, karena kakakku lebih
sering pulang malam.
“ayah ....,
sepi sekali ..., kakak belum pulang lagi?”
“belum ...,
biasa lembur dari bosnya. Tadi bosnya malah terpon kalau kakakmu nggak pulang
hari ini karena ada pertemuan di luar kota.”
“ah ...., kakak
sibuk banget sih ...”
***
Pagi ini kak Ara sudah kembali ke rumahnya, setelah kemarin tidak
pulang. Aku dan ayah percaya jika kakak memang ada pekerjaan di luar kota.
“kakak capek ya ...?” tanya ku pada kakak. Terlihat dari wajahnya
jika dia begitu lesu.
“iya ..., aku ingin istirahat , dek .” kak Ara menjatuhkan tubuhnya
di kempat tidur.
“kakak beneran putus sama kak Dio?”
“iya dek ....!”
“kenapa?”
“dia nggak baik dek ..., pokoknya kamu juga nggak boleh dekat sama
dia.”
“tapi kenapa kak?”
“nggak boleh, ya nggak boleh titik ...” ucap kak Ara penuh
penegasan.
“baiklah ...., selamat istirahat ...”
Aku pun meninggalkan kamar kakak. Aku ke dapur untuk membatu bibi
memasak untuk makan malam.
Setelah mengurung diri di dalam kamar seharian dan semalaman. Pagi ini ara
keluar dari dalam kamar dan langsung di sambut oleh ayahnya dan Nadin yang
sudah di buatnya cemas
"sayang ...., kamu sudah tak apa? sebenarnya apa
yang terjadi? ceritakan pada ayah" ayah ara segera menuntun ara ke meja
makan untuk sarapan bersama, ara pun duduk di salah satu kursi dan ayahnya
menyusul di sampingnya
"sekarang ayo ceritakan pada ayah"
"aku lapar yah ..." ara segera membalik
piringnya dan mengambil nasi serta lauk pauk
"iya kak ayo cerita pada kami" Nadin yang baru
keluar dari dapur dengan membawa sebaskom sayur segera ikut bicara. Ia begitu
penasaran dengan cerita kakaknya. Apa yang di ceritakan kakaknya kemarin belum
membuatnya puas.
Ayah dan nadin benar-benar penasaran dengan masalah
yang dihadapi ara hingga membuatnya mengurung diri, mereka begitu mencemaskan
keadaan ara
"iya nak ..., ayah merasa tidak berguna jika kamu
tak mau cerita sama ayah"
"ayah ini bicara apa ...., aku sudah baik-baik
saja ..." ara mencoba membantah
"iya kak, aku benar-benar penasaran kak, mungkin
dengan cerita sama aku dan ayah akansedikit meringankan beban pikiran
kakak"
"jika kamu tidak mau cerita berati kamu tak
pernah menganggap ayah penting dalam hidupmu" mendengar penuturan ayahnya
menjadikan ara merasa bersalah
"maafkan aku ayah ...."
"cerita ya ..." ayah ara benar-benar memaksa
"aku sedang patah hati yah ...., aku putus"
Hahahahaha
Ayah malah
tertawa keras saat mendengar penjelasan Ara. Sedang Nadin, ia di buat bingung
dengan hatinya. Ia takut jika hatinya berhasil menguasai pikirannya. Ia takut
jika bahagia. Ia takut perasaannya akan menghianati kakaknya.
"kenapa ayah malah tertawa ...? jahat sekali
..."
"hanya patah hati ...., jadi seperti itu ..., kau
benar-benar membuatku geli ..." ayahnya kembali menertawakannya
"ayah benar-benar jahat ..."
bretttt brettttt brettttt
Obrolan mereka terhenti saat ponsel ara bergetar, ada
panggilan masuk di sana
"pak Rendi" ara berucap tanpa mengeluarkan
suara saat melihat nama Rendi di layar panggilan
"siapa kak?" nadin pun ikut penasaran
"pak rendi, aku angkat dulu ..." ara pun
segera menjauh dari meja makan dan menggeser tombol hijau. Dan sedikt menjauh
dari Nadin dan ayahnya.
Nadin yang nendengar nama Rendi di sebut, ia kemudian
teringat pada kartu nama itu. Apa orang itu pak Rendi? atasan kak Ara? Orang
yang telah menyebabkan motornya masih di bengkel. Karena biaya perbaikannya
yang cukup mahal. Membuat Nadin enggan mengambilnya. Walaupun bukan sepenuhnya
kesalahan pria itu. Tapi tetap saja pria itu bersalah.
panggilan pun terputus, ara pun kembali ke meja makan
"ada apa kak?" tanya Nadin yang sedang
membereskan meja makan. Tapi pikirannya bukan di situ. Ia ingin sekali
menunjukkan kartu nama itu pada kakaknya. Tapi, entahlah, dia ragu.
"pak Rendi mengajak ketemu ..."
"wah ..., itu ya yang sama kak agra , yang kata
kakak keren itu ya kak?"
"iya, tangan kanan pak Agra, ya udah aku
siap-siap dulu ya, nggak pa pa ya kamu beres-beres sendiri dek, soalnya aku
buru-buru"
"beres kak..., asalkan uang sakunya jangan
lupa"
"siap"
****
Kamu tidak akan menyadarinya sampai hal itu benar-benar terjadi, tapi sebuah tamparan mungkin menjadi hal yang paling baik di dunia untukmu." - Walt Disney
Hai-hai ...., aku datang lagi di sini ....
jangan lupa kasih like dan komentarnya ya
kasih vote juga .....
happy reading ....😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
blm bisa komen soalnya blm ngeh sama ceritanya😀
2022-11-17
0
Marni Sumarni
aku mampir, ngeliat cover novelnya idola ku cutsyifa 😍
2021-08-02
0
Arum Cattrie
Ikutan nimbrung aah...
Sptnyaa bagus nih cerita..
Gak bertele. Tele..
2021-06-21
1