Namaku Narendra Rendiansyah. Aku ..., aku bukan
siapa-siapa. Aku adalah anak laki-laki biasa yang menjadi luar biasa karena
seseorang yang luar biasa di sampingku. Aku anak piatu, aku di besarkan
seorang ayah yang luar biasa. Ayahku adalah panutan ku. Kesetiaan yang selalu
ayah ajarkan padaku. Aku tumbuh menjadi diri yang kuat. Aku punya dua sahabat,
Frans dan Agra. Ayahku adalah tangan kanan keluarga Agra. Kami tumbuh bersama
di waktu kecil. Tapi kejadian 15 tahun yang lalu mengubahku menjadi anak yang
tangguh, saat ayahku memintaku dalam sebuah dilema.
“apa kau siap jika aku memintamu sesuatu?” tanya ayah
padaku.
“apa itu ayah?”
“jika hari ini aku meminta nyawamu, apa kau akan
memberikannya?”
“maksud ayah?”
“jawab saja.” Aku begitu ragu menjawabnya. Apa mungkin
ayah akan membunuhku? Itu tidak mungkin kan? Aku tahu ayah lebih menyayangi
Agra sahabatku dari pada aku. Tapi tidak mungkin ayah memasukkan ku ke lubang
macan.
“kau tidak bisa ...” wajah ayah begitu kecewa. Aku
sungguh tidak menyukai wajah itu. Ekspresi itu. Rasanya aku begitu tidak
berguna. Apa yang ayah inginkan dari anak berusia 10 tahun.
“aku bisa ...” jawabku ragu.
“jika kau sudah melangkah, kau tidak akan bisa mundur.
Ingat itu, jika kau tidak bisa aku akan mencari anak lain.” Aku tidak mau ayah
lebih percaya pada anak lain. Aku iri, ya aku memang iri. Aku cemburu. Ya aku
memang cemburu.
Tanpa tahu apa perintah ayahku. Aku pun
menyanggupinya. Ternyata aku di kirim ke rumah besar itu. Aku harus
menggantikan tempat sebagai putra mahkota dari sebuah kerajaan bisnis. Ya aku
menggantikan posisi Agra, sahabatku ...
Karena hal itu, hubunganku dengan Agra menjadi
renggang. Ia menganggap ku merebut ibunya.
Aku menjadi tameng di rumah itu. Itu sesuai dengan apa
yang di berikan oleh tuan Wijaya Sangat berhutang budi pada tuan Wijaya, ayah
Agra. Beliau harus meninggal karena pembunuhan.
Karena rasa khawatir nyonya Ratih. Ia melakukan semua
ini. Beliau mengirim putranya sendiri ke panti asuhan, sedangkan aku harus
menggantikannya.
Benar sekali firasat nyonya Ratih. Berkali-kali aku
mengalaminya. Percobaan pembunuhan dan penculikan.
Setelah kami mulai dewasa. Pelaku pembunuhan atas tuan
Wijaya tertangkap. Kami kembali pada posisi kami. Aku kembali menjadi anak
biasa. Tapi nyonya Ratih tak benar-benar melepasku. Beliau menganggap kami
sebagai putranya. Aku, Frans dan agra. Kami sekolah di tempat yang sama. Bahkan
nyonya mengirim kami ke luar negri untuk pendidikan kami.
Aku tumbuh menjadi anak yang lebih waspada. Dingin dan
mungkin akan menyebalkan bagi yang tidak begitu mengenalku.
***
Hari ini kami kembali ke tanah air. Kami langsung di suguhi
dengan beberapa pekerjaan. Ya Agra harus mengemban tugas sebagai CEO
perusahaan, sedang aku menjadi tangan kanannya. Lalu bagaimana dengan Frans,
dia sedikit berbeda. Dia menjadi seorang dokter. Nyonya Ratih sudah
membangunkan sebuah rumah sakit yang harus dia kelola.
Satu tahun pertama adalah tahun yang cukup sulit bagi
kami. Karena kami harus belajar dari awal. Dua tahu, tiga tahun berlalu dengan
cepat, kami mulai jadi pengusaha yang di segani. Banyak lawan bisnis kami yang
segan dengan kami.
Di kehidupan kami yang datar dan biasa saja, kemudian
menjadi berwarna saat seorang karyawan baru masuk di perusahaan kami. Gadis itu
memberi warna yang berbeda. Dia adalah Ara, Putri Aulia Zahra.
Ya dia sekertaris baru untuk Agra. Awalnya Agra begitu
suka mengerjainya. Rasa simpatiku lama-lama menjadi rasa suka. Aku kira kita
tidak akan menyukai wanita yang sama, karena agra sudah punya kekasih. Aku
mulai mendekati Ara.
Tapi keputusanku untuk mencintai Ara, mengukir namanya
di hatiku seakan pupus, saat nyonya Ratih memintaku menyelidiki latar belakang
Ara. Untuk apa? Apa yang salah dengan Ara? Pikiranku cukup sulit di artikan.
Aku perlahan mulai menjauhi Ara. Mengikis perasaanku
yang sudah terlanjur dalam. Aku mungkin kuat dalam segala hal, aku mungkin
cerdas dalam segala masalah. Tapi kenapa aku merasa bodoh saat berhadapan
dengan gadis itu. Aku mencintainya. Ya aku memang mencintainya.
Setelah kembali dari rumah besar. Aku terus memikirkan
Ara. Hingga tanpa sadar aku menabrak motor seseorang. Seorang gadis, dia cukup
menyebalkan, entah kenapa aku benci melihat wajah itu. Wajah yang
mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa. Aku tak bisa berlama-lama menangani
gadis ingusan itu, aku harus segera pergi.
Aku meninggalkannya bersama motornya. Aku memberinya
kartu namaku. Aku harus segera pergi karena aku harus mencari agra yang sedang
patah hati karena di hianati kekasihnya, Viona.
Mungkin aku tampak jadi orang yang tak bertanggung
jawab karena meninggalkannya. Tapi mungkin lain waktu, jika aku bertemu
dengannya aku akan memberi ganti rugi jika dia tidak menghubungiku dulu.
***
Dan benar saja apa yang aku khawatirkan. Setelah
sekian lama aku mencintai sendiri. Cinta itu harus pupus sebelum mekar.
Nyonya Ratih memiliki rencana. Dia menginginkan Ara
sebagai pendamping Agra. Aku tahu mungkin agra saat ini belum mencintai Ara,
tapi nanti ...
Aku pun memutuskan menghubungi Ara. Memintanya
bertemu. Entah apa yang terjadi antara Agra dan Ara. Tapi aku harus memastikan
sesuatu kan.
Aku menunggunya. Aku menyiapkan semuanya. jam sepuluh
lebih lima belas menit Ara baru sampai di kafe yang telah ku sebutkan, ia
terlambat tapi entah kenapa aku memakluminya. Aku menatapnya dari layar CCTV, ia
mengedarkan pandangannya pada semua penjuru.
“jemput dia ...” ucapku pada salah seorang pengawalku.
“baik tuan ...” ia pun keluar dari ruanganku dan
menghampiri Ara.
"nona ara" sapa pria itu
"iya ..."
"anda sudah di tunggu di dalam nona, mari saya
antar"
Hatiku, perasaanku, kenapa? Apa yang terjadi? Aku
gugup. Aku sakit. Tapi aku harus melakukan ini.
"mari nona ..." Ara semakin dekat padaku.
Aku pun berdiri untuk menyambut kedatangannya. Dalam hitungan hari dia akan
menjadi atasanku. Aku juga harus terbiasa memanggilnya nona.
"selamat datang ..., maaf mengganggu waktumu, silahkan
duduk ..." ku geser sebuah kursi dan mempersilahkan ara untuk duduk.
"terimakasih pak, anda terlalu repot" aku
tahu Ara tidak terbiasa dengan perlakuanku ini, tapi ia harus terbiasa.
"maaf membuat janji mendadak"
"tidak apa"
"silahkan mencicipi makanannya ..." aku
memcoba menghilangkan rasa canggung dengan memulai makan.
"maaf saya minum saja ..."
"kamu terlihat banyak pikiran ..." aku
mencoba menebak.
"sedikit
pak ..."
"sebenarnya
ada hal penting yang ingin aku pastikan padamu"
"apa?"
aku tahu Ara pasti bingung dengan apa yang aku lakukan.
"Terkadang
kamu harus merelakan seseorang yang tak bisa kamu miliki. Meskipun sulit namun
itu hal yang terbaik untuk dirimu"
"Kebahagiaan
terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai;
dicintai
untuk diri kita sendiri, atau lebih tepatnya, dicintai
terlepas
dari diri kita sendiri."
"maksud
pak Rendi?"
"aku
ingin melihat kau maupun sahabatku bahagia ..., kalian begitu berarti di
hidupku"
"bisakah
pak Rendi bicara dengan kata yang mudah aku mengerti"
"aku
memohon padamu setelah ini tolong bahagiakan agra, dan aku juga berharap kija
kamu juga bahagia bersamanya, dan aku hanya akan memastikan kalian bahagia"
"jangan
membuatku bingun pak, aku sungguh tak mengerti"
"aku
yakin kamu sudah tahu apa yang aku katakan"
"aku
tak ada hubungan apapun dengan pak agra"
'tapi
setelah ini akan ada, aku cuma mohon padamu tolong jaga dia"
"jika
aku bisa, aku akan melakukannya pak, tapi jelaskan dulu padaku apa
maksudnya"
"maafkan
aku, aku aja janji lain, silahkan lanjutkan makannya, aku harus pergi" aku
pun langsung beranjak dari dudukku dan meninggalkan tempat , meninggalkan ara
yang masih di buat bingung. Aku tidak bisa terlalu lama di sana, aku takut jika
aku tidak bisa menahannya. Atau mungkin aku tidak bisa melepasnya.
Aku segera
keluar dari kafe dan menuju mobil yang sudah terparkir di depan kafe.
“silahkan
masuk tuan ...”
Sebelum aku
masuk ke dalam mobil, aku kembali menoleh ke pada sopirku.
“aku sendiri
...”
“baik tuan” aku
segera masuk ke dalam mobil. Setelah duduk di balik kemudi aku segera
menyenderkan kepalaku di senderan kursi mobil, rasanya berat.
"kenapa
sakit sekali merelakan orang yang kita cintai pada orang lain ..." aku
memukul kemudi berharap rasa sakit ini bisa berkurang.
"apakah
aku benar-benar bisa rela ..."
" hari
ini aku tahu, beratnya merelakan setelah menemukan, pedihnya kehilangan sebelum
memiliki"
***
"Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu." - Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
Happy Reading 😘😘😘
Jangan lupa bayar aku dengan memberikan LIKE dan KOMENTARnya ya
jangan lupa kasih vote juga
makasih ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
Berarti si Ara punya kepribadian yg baik dan cantik,,,,,
2022-11-17
0
Siti Hajar NurSarianti Lage
aku baru liat karyamu thor 👍👍👍
2021-02-23
1
Yeti Karniati
Rendi melepas Ara utk Agra bahkan sebelum Ara menyadari bila Rendi ingin memilikinya
2020-12-07
2