Sungguh sulit bagi Rendi.
hari-harinya, perjuangannya untuk melupakan Ara. Bagaimana tidak setiap hari
mereka bertemu. Melihat Agra dan Ara bersama, membuat hatinya sakit.
Hari itu Agra,
Rendi dan dokter Frans sedang menghabiskan hari libur di sebuah kafe. Mereka
sudah lama sekali tidak bersama bertiga semenjak Agra menikah. Mereka memesan
ruang VVIP. Jadi privasi mereka tetap terjaga.
Agra datang
terlambat. Tapi ia datang sendiri. Apa ada masalah dengan Agra dan Ara? Itu
yang ada di pikiran Rendi. karena berdasarkan laporan anak buahnya mereka
keluar rumah bersama. Ya Rendi tak pernah melepaskan pengawasan atas bosnya
itu.
Rendi tak mau
berteka-teki. Ia pun segera menanyakan keberadaan Ara.
“Lalu dimana
Ara?” tanya Rendi. walaupun dia khawatir, ia tidak menunjukkannya. Ia tak mau
semakin membuat Agra marah. Ia tahu jika sebenarnya Agra tahu jika dirinya
menyukai Ara sejak lama. Tapi Agra pura-pura tidak tahu.
“Bukan urusan
lo ...” jawab Agra ketus. Rendi tak pantang menyerah. Ia terus berusaha
mengorek informasi.
“Akan bahaya
jika Ara pergi sendiri.”
“Dia istri gue,
jadi jangan terlalu mengurusi urusanku.”
“tapi apapun
yang berhubungan denganmu, akan menjadi urusanku.”
“benarkah
seperti itu?” Agra tampak meragukan ucapan Rendi. “Bukan karena terlalu
mencemaskan istriku kan?”
Setelah Rendi
tak membuahkan hasil. Untuk Frans mengerti kode dari Rendi. ia pun ikut
menanyakan. Mungkin jika dia yang bertanya Agra akan memberi tahunya. Dan benar
saja, apa yang di pikirkan Rendi.
“Memang lo
tinggal di mana kakak ipar?” tanya Frans.
“aku
mengatarnya bertemu dengan adiknya.” Jawab Agra santai.
Tapi Rendi
malah tampak khawatir.
“Di rumah ...?”
“Ia bertemu
dengan adiknya di kampus.”
“Apa?"
Rendi
benar-benar terkejut. Bagaimana bisa Agra meninggalkan istrinya di kampus.
Rendi khawatir. Di sana ada si pria brengsek itu, tapi ia tidak mungkin
menunjukkan kekhawatirannya di depan Agra. Rendi pun mengirim pesan pada anak
buahnya untuk mengawasi Ara di kampus.
Agra yang
mulanya tenang, tiba-tiba menjadi terlihat panik. Ia pun meninggalkan Rendi dan
Frans.
“kenapa dia
ceroboh sekali ...?” Gumam Rendi. ingin rasanya segera pergi tapi Frans
menahannya.
“Jangan di
pikirkan, dia akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.” Frans menepuk
punggung Rendi berusaha memberi penjelasan supaya sahabatnya itu tidak terlalu
ikut campur. Frans tahu jika sahabatnya itu mencintai istri Agra.
“memang kemana?
Apa yang akan dia lakukan?” ucap Rendi dengan tatapan kosong.
“dia pasti
menemui kakak ipar, kayaknya Agra sudah mulai jatuh cinta.” Ucapan Frans
seketika mempengaruhi pikiran Rendi. entah kenapa hatinya terasa sangat sakit.
“Syukurlah
....”
“Lo harus
merubah haluan ..., jika sudah rela, maka relakan ..., jangan membuat dirimu
terluka semakin dalam.”
“Aku tahu ...”
“Tapi wajahmu
itu tidak bisa menyembunyikan jika kau memang ...” belum selesai Frans
berbicara, Rendi dudah berdiri dari duduknya.
“Sudah
hentikan, aku pergi ...” Rendi pun meninggalkan Frans. Ia keluar dari kafe dan
menghubungi anak buahnya. Mobil sudah siap di depan kafe.
“kita ke kampus
nona Ara.” Ucap Rendi saat sudah masuk ke dalam mobil.
“Baik tuan ...”
***
Nadin sengaja
hari ini menunggu kakaknya. Kakaknya setelah tinggal di rumah besar itu menjadi
sulit sekali di hubungi. Bahkan untuk bertemu saja tidak bisa.
Nadin menunggu
kakaknya di taman kampus. Kakanya sudah memberi kabar bahwa sudah berangkat.
Mungkin sebentar lagi ia akan sampai. Tak berapa lama ia menunggu. Ia sudah
melihat kakaknya. Ia melambaikan tangan memberi tanda pada kakanya.
“kakak ..., aku
merindukanmu ...” ucap Nadin saat kakaknya sudah berada di hadapannya. Nadin
pun segera memeluknya.
Mereka pun
duduk di kursi taman. Saling bertukar kabar. Meluapkan rasa rindu. Ara
menanyakan kabar ayahnya. Ya ayahnya telah mendiamkan Ara.
Setelah
beberapa saat Nadin dan Ara bersama. Tiba-tiba mereka di kejutkan dengan
kedatangan seseorang. Seseorang yang pernah Nadin suka, Nadin kagum.
“Ara ...”
sapanya. Dia adalah Dio. Mantan pacar kakak Nadin.
“kak Dio ...”
Nadin terkejut begitu juga Ara. Bagaimana Dio bisa tahu mereka di sana? Rasanya
Nadin ingin segera mengajak kakaknya pergi dari situ. Tapi bagaimana?
“Bisa kita
bicara?” tanya Dio pada Ara.
“Bicaralah
...!” jawab Ara dingin.
“Berdua saja
...” pinta Dio. Saat Dio mengatakan itu. Ingin rasanya Nadin menangis. Tapi apa
pantas cowok sepertinya di tangisi.
“Kakak ...,
biar aku pergi.” Tapi tangan Nadin di tahan oleh kakaknya. Ara memberi isyarat
pada Nadin untuk tidak meninggalkannya.
“Tapi kak ...”
Nadin tak mungkin terus di situ. Itu akan membuat hatinya semakin terluka. Tapi
kakaknya lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Seakan memohon pada Nadin untuk
tidak meninggalkannya.
Ternyata
kedatangan Dio untuk meminta maaf pada Ara. Ia menyesali apa yang telah ia
perbuat. Dio meminta Ara untuk memaafkannya dan memintanya kembali.
“Aku sudah
memaafkanmu, tapi untuk kesempatan kedua. Maaf ..., aku tidak bisa ...”
“kenapa?” tanya
Dio yang merasa kecewa.
“Karena Ara
sudah menikah denganku ...” tiba-tiba Agra datang dan menjawab pertanyaan Dio.
Nadin, Ara dan Dio sama-sama menoleh ke arah Agra. Ya semuanya terkejut.
Terjadi adu
mulut di sana. Antara Dio dan Agra. Sedang Ara dan Nadin hanya menjadi
pendengarnya. Ara sudah menunduk takut. Tapi lama kelamaan adu mulut itu
berubah menjadi adu jotos. Nadin dan Ara panik.
Ara dan Nadin
mencoba melerai mereka. Ara mencoba memegang Agra sedangkan Nadin memegang Dio.
Tapi tenaga mereka tak cukup kuat untuk menahan tuubuh kekar kedua pria itu.
Tiba-tiba mata
Nadin hanya tertuju pada satu orang yang menghampiri mereka. Dia Rendi, pria
itu datang tepat waktu. Pria itu datang dengan pengawalnya. Dengan sangat mudah
mereka melerai Dio dan Agra.
“Hentikan pak
...” Rendi memegang tubuh Agra. Nadin begitu kagum dengan pria itu.
“Apa yang kau
lakukan. Biarkan aku menghajarnya.”
“Lihat
sekeliling anda pak, apa anda mau seluruh negri ini tahu ..., wajah anda akan
berada di laman depan majalah bisnis besok pagi” ucapan Rendi menyadarkan Agra.
Agra pun segera menghempaskan tangan Rendi , dan beralih menarik tangan Ara.
Meninggalkan tempat itu.
“Dengarkan
baik-baik ..., ini peringatan terakhirku. Jangan dekati nona Ara lagi, jika
sampai itu terjadi. Jangan salahkan, jika terjadi sesuatu pada anda.” Rendi
menajamkan matanya. Memberi peringatan.
Kemudian
tatapannya beralih pada Nadin yang berdiri tak jauh dari Dio. Rendi menatap
Nadin tak kalah tajamnya dari tatapannya pada Dio. Membuat bulu kuduk Nadin
berdiri.
“Lepaskan dia
...” Rendi menyuruh ajudannya untuk melepaskan Dio.
Rendi pun
meninggalkan Nadin dan Dio. Saat Rendi tak terlihat lagi. Nadin pun segera
menghampiri Dio.
“Kak Dio ...,
pasti sakit sekali ya ...” ucap Nadin sambil mengusap bibir Dio yang
mengeluarkan darah.
***
Saat Rendi
hampir mencapai mobilnya. Entah kenapa dia jadi terpikirkan oleh gadis kecil
itu. Langkahnya terhenti. Ragu untuk melanjutkannya.
“Kalian tunggu di
sini. Ada yang harus aku urus.” Rendi meninggalkan kedua pengawalnya di mobil.
Ia kembali masuk ke halaman kampus. Ketempat dimana ia meninggalkan Nadin dan
Dio. Saat langkahnya sudah mencapai bibir taman. Langkahnya terhenti.
Rendi melihat
Nadin dan Dio sedang duduk di kursi taman tak jauh dari tempat tadi. Terlihat
Nadin sedang mengobati luka Dio.
“Ciiihhhttt
..., apa yang aku pikirkan. Dasar bocah ...” Rendi pun memilih meninggalkan
tempat itu. Ia kembali ke mobilnya dan meninggalkan kampus tanpa peduli lagi
pada Nadin.
***
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA KASIH UPAH DENGAN MEMBERIKAN LIKE DAN KOMENTARNYA
KASIH VOTE JUGA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Adriani Ratih
Holaaa kak mampir juga di novelku THE FOOL yaa ceritanya korean romance. Bantu like sama vote kalo kalian suka. Makasih ❤️🥰❤️
2020-12-18
0
Vera Nika Anjani
aku udah mampir n like ya thor..
semangat terus upnya
2020-12-16
0
Yeti Karniati
Ara dan Nadin mencintai Dio juga Rendi ?
2020-12-07
0