Bunga Melati tak sama dengan bunga mawar. Bunga Mawar juga tidak akan sama dengan Melati. Begitu juga dengan Wanita, mereka memiliki keindahannya masing-masing.
**"*
Siang ini. Saat akan mulai memasak,
tiba-tiba Nadin di kejutkan oleh suara
ketukan pintu.
Nadin pun segera menuju ke arah pintu depan, tapi sebelum
membukanya, ia terlebih dulu mengintip dari balik jendela. Di sana, di
halamannya ada sebuah mobil mewah parkir
di depak rumahnya, ia benar-benar heran kenapa ada mobil mewah yang mau belanja
bahan bangunan di toko kecil.
Nadin pun segera membukakan pintu. Ia cukup terkejut dengan
tamunya, seorang wanita cantik dan seorang pria, tampak seperti bukan
pasangang, tapi atasandan tangan kanannya.
“cari siapa ya? ada yang bisa saya bantu?” tanya Nadin saat pintu
telah terbuka.
“apa betul ini rumah nona Ara?” tanya pria paruh baya itu.
“iya benar.” Jawab Nadin tampak bingung. Ada apa dengan kakaknya?
Kenapa mereka mencari kakaknya?
“boleh kami masuk ...?” tanya pria itu lagi. Sedang wanita di belakangnya
hanya diam saja.
“oh ..., iya silahkan tuan.., nyonya ...”
Nadin pun mempersilahkan mereka duduk.
“bisa kami bertemu dengan ayah nona?” tanya pria itu lagi setelah
duduk.
‘Baik, biar saya panggilkan dulu, tuan dan nyonya ingin mingum apa?
Biar saya buatkan?”
“yang ada saja nona ...”
“baik..., saya permisi dulu.” Mereka pun mengangguk. Nadin pun
meninggalkan mereka untuk mencari ayahnya yang kebetulan ada di belakang rumah.
“ayah ...” Nadin menghampiri Roy
“ada apa nak?”
“ada yang mencari ayah.”
“siapa?”
“aku tidak tahu yah ..., ayah ke sana saja, biar aku buatkan
minuman dulu.”
“baiklah.” Roy pun berlalu meninggalkan Nadin menuju ke ruang tamu.
Nadin pun membuat beberapa gelas minuman warna orange. Ia kemudian
membawanya ke ruang tamu dan menaruhnya di atas meja.
“silahkan tuang, nyonya, minumannya.”
‘terimakasih..., tapi kami bisa minta tolong lagi?” tanya laki-laki
itu. Tapi sepertinya wajahnya tak begitu asing.
“silahkan tuan..” jawab Nadin sambil menundukkan pandangannya saat
tanpa sengaja ketahuan memperhatikan pria paruh baya itu.
“tolong panggilkan nona Ara ..”
“baik ...”
Nadin pun segera menuju ke kamar kakaknya.
“kakak ...”
“dek ...., bikin jantungan deh ....” Ara memegang dadanya yang
terkejut, saat Nadin dengan segaja mengagetkannya.
“abis kakak ..., masak baru ketemu cowok ganteng, wajahnya malah di
tekuk ...” Nadin segera ikut duduk di samping kakaknya dengan memangku setoples
keripik singkong.
“aku bingung dek ...”
“bingung kenapa?” Nadin terus memakan keripik singkong itu, ia
seakan lupa apa maksud dirinya menghampiri kakaknya, saat melihat wajah sendu
kakaknya.
Rendi dek ...” lagi-lagi nama Rendi yang di sebut ..., ia kembali
teringat dengan kartu nama itu, ingin rasanya menunjukkan pada kakaknya, tapi
entahlah ..., kakaknya saat ini lebih penting.
“kenapa dengannya kak?”
“Dia itu ngomong yang aku nggak faham. Bikin pusing aja.”
“Maksud kakak, kayak ada makna terselubung ...?”
“ya gitu deh ...”
“Aaaaaa ....” Nadin segera berteriak, tapi kemudian ia menutup
kembali mulutnya.
“ada apa sih dek?” ara tampak bingung.
“kakak..., kenapa kau polos sekali ..., pantas saja kakak
berkacamata, pasti yang di liat Cuma buku, kayak aku nih suka liatnya cogan.”
“Apa itu cogan?”
“cowok ganteng ...”
“Dasar ya kamu kecil-kecil. Jangan ngeledek kakak, kakak timpuk nih
...”
Kemudian Nadin menjelaskan apa yang di maksud. Ia memberitahu
kakaknya jika mungkin Rendi juga menaruh perasaan pada kakaknya.
Di tengah obrolannya tiba-tiba Ara mendekat ke arah cendela, dia melihat
mobil di luar sana.
“dek , itu mobil siapa?”
“paling juga orang beli bahan bangungan.” Tapi sejurus kemudian
Nadin pun menepuk kepalanya, ia baru ingat kenapa dia masuk ke kamar kakaknya.
“iya kak dia mencari kakak ...”
“kakak ...?” kemudian Ara mengamati kembali mobil itu, dan benar
saja ia baru ingat itu mobil siapa.
“mereka siapa kak?” tanya Nadin.
“itu ibunya pak Agra sama tangan kanannya.”
Ara ikut duduk dengan mereka. Suasana tegang tercipta. Ada apa?
Mungkin itu yang Nadin pikirkan saat itu. Ternyata mereka datang untuk melamar
Ara.
Roy begitu kecewa dengan Ara, dengan apa yang terjadi. Setelah
kejadian itu ayah kehilangan keceriaannya. Nadin hanya bisa berusaha menghibur
ayahnya dan tentunya kakaknya. Banyak yang ingin dia tanyakan. Tapi rasanya
sangat salah jika ia terlalu ikut campur urusan kakaknya.
Kakak akan menikah dengan bosnya. Dan baru kemarin Nadin mendengar
kakaknya baru putus dari Doi, kok bisa? Kak Agra. Dia baik tapi bukan tipe
kakak.
***
Rendi melihat
Ara menemui Agra. Ia melihat bagaimana Agra memperlakukan Ara. Rasanya tidak
terima tapi apa yang bisa ia lakukan selain menerimanya.
Saat Ara menuju
ke parkiran karyawan, ingin segera menghampirinya. Tapi ia ragu.
.
Tapi ternyata
langkahnya lebih cepat dari pada pikirannya. Ternyata ia sudah sampai di depan
Ara.
“Ara ...”
“Pak Rendi ...”
Ingin rasanya
aku memeluknya dan meluapkan segala perasaanku, perasaan yang sudah aku pendam
selama empat tahun ini. Haruskah berakhir begini saja.
Tapi
keberaniannya tak sekuat hatinya.
“Kenapa kamu di
sini, bukankah masih cuti? Katanya tadi masih mau istirahat di rumah”
“Tadi nemuin
pak Agra sebentar.”
Apa dia
terluka? Apa dia baik-baik saja?. Aku benar-benar belum bisa rela. Sesakit
inikah merelakannya bersama orang lain.
“ketemu ..?”
ucap Rendi yang sedikit tertahan.
“Ketemu ..., ya
sudah pak saya permisi ya.” Ara berbalik hendal melangkahkan kakinya. Tapi
kemudian terhenti saat Rendi kembali menahannya.
“Ra ...”
“Ya ....” Ara
kembali berbalik. Hingga mereka saling bertatapan.
“Maafkan Agra,
dia sedang banyak pikiran.” Ara hanya mengangguk.
“ya udah pak,
saya permisi.” Kali ini Rendi tak mampu menahannya lagi. Ara menaiki motornya
meninggalkan Rendi. kemudia Rendi pun menghampiri Agra.
“Gra ...”
Agra
menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara. Walaupun kelihatannya
hubungan mereka terlihat baik, tapi di dalam, Agra masih menyimpan kebencian
terhadap Rendi.
“Boleh gue
bicara sebentar sebagai teman?” tanya Rendi.
“Duduklah ...”
Rendi pun duduk
di samping Agra.
“Mau bicara
apa? Apa kau juga mau menyalahkanku?”
“Aku Cuma mau
lo bahagiain Ara. Walaupun sekarang mungkin cinta itu belum ada, tapi ada
kehidupan lain dalam kehidupan kalian yang harus kalian jaga.” Begitu sakit
saat mengatakan itu. Ya Rendi tahu. Dari Ratih, saat Ratih mengatakannya pada
Rendi. Rendi begitu hancur, sangat hancur. Seakan dunianya hilang. Ia tidak
pernah mencintai wanita seperti dia mencintai Ara.
“lo ..., lo
tahu dari mana?”
“Nyonya sudah
memberi tahu padaku.”
“Saudah ku
duga, kenapa juga gue harus bertanya, emang nyokap gue lebih efair sama elo
dari pada gue.”
Saat Agra
mengatakan itu. Rasanya Rendi ingin sekali berteriak. Ia tidak pernah bermaksud
seperti itu. Agra masih menyalahkannya. Ia menganggak bahwa Rendi lah penyebab
kerenggangan hubungannya dengan ibunya.
“Lo salah Gra,
nyonya tetap menempatkan lo di tempat teratas.”
“Gue nggak bisa
mikir Rend, lo jaga aja nyokap gue, mungkin suatu saat gue bakal menyerah.”
“Gue yang nggak
akan ngebiarin lo nyerah.”
Lo dengar itu
Gra, itu janjiku. Apapun yang terjadi. Aku tidak akan pernah meningalkanmu.
Cuma lo saudara gue.
“Terserah lo
...” Agra meninggalkan Rendi.
Ada banyak yang
lo nggak tahu Gra, tapi aku akan tetap berada di belakangmu. Mendorongmu saat
kau tak mampu lagi beranjak. Menopangmu saat tubuhmu tak mampu lagi berdiri.
***
Hari ini adalah
hari pernikahan Ara. Dan hari itu juga merupakan pertemuan ke dua Nadin dengan
Rendi. setelah peristiwa kecelakaan itu. Saat orang-orang itu membawa Ara. Tak
berapa lama datang lagi seseorang yang mungkin akan di takdirkan untuk bertemu
dengan Nadin.
Tok tok tok
Lagi-lagi pintu
di ketuk. Hari ini memang hari yang cukup sibuk di rumah itu.
“iya ...
sebentar ...” teriak Nadin dari dalam.
“biar saya buka
aja bi, bibi lanjutin pekerjaannya saja.” Ucap Nadin pada pembantu rumahnya.
Nadin pun
segera menuju ke arah pintu. Ia membuka pintu itu. Ia sedikit terkejut dengan
apa yang ia lihat. Pria tampan nan angkuh itu datang ke rumahnya. Apa ia mau
meminta ganti rugi atas mobilnya? Mungkin itu yang di pikiurkan Nadin.
“kau ...” ucap
Rendi tanpa ekspresi.
“kau ..., apa
kau ingin meminta ganti rugi? Jangan sekarang ya. Di rumah masih ada acara.
Jadi aku mohon urusan kita, kita lanjutkan lusa. Ya lusa aku janji ...” ucap
Nadin memelas. Ia tidak ingin ada keributan di rumahnya diwaktu yang tidak
tepat ini.
“Nak Rendi ...”
ucapan seseorang dari dalam segera menghentikan ocehan Nadin. Dia adalah Roy.
Roy yang baru saja keluar dari kamar, melihat keributan di depan pintu. Ia pun
segera melihatnya. Dan benar saja di sana sudah ada Rendi yang di tahan
putrinya agar tidak masuk ke dalam rumah.
Nadin pun
secara otomatis menyingkir dari balik pintu. Rendi tanpa permisi segera masuk
melewati Nadin yang masih belum sepenuhnya paham.
“dia tampan
..., sayang ..., kaku ...” batin Nadin sambil meninggalkan ruangan itu.
Ternyata Rendi
datang untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membawa WO untuk acara
pernikahan ini.Nadin pun segera di seret masuk ke dalam kamar untuk di make
over.
Setelah selesai
make over dan mengenakan baju yang di bawa WO. Nadin pun di minta untuk keluar.
Kembali menghampiri Rendi.
“Untuk apa aku menemuinya?”batin
Nadin.
“sebaiknya nona
ikut saya, menjemput nona Ara ..” ucap Rendi. tapi lebih terdengar seperti perintah.
Nadin pun hanya menurut saja. Ia mengikuti di belakan Rendi.
“Silahkan masuk
...” ucap Rendi sambil membuka pintu mobil.
“kenapa dia jadi manis sekali ...” batin Nadin, sambil berbunga-bunga.
“oh ..., astaga
..., apasih yang kamu pikirkan Nadin. Dasar mata ...., nggak bisa bohong kalau
liat yang bening-bening.” Gerutu Nadin
Ia duduk di
kursi belakang. Ia pikir akan duduk sendiri. Tapi ternyata salah. Ia harus
duduk di samping Rendi. rendi menatap Nadin sekilas hingga mata mereka saling
bertemu. Kerena sedari tadi Nadin tak pernah beralih memperhatikan pria dingin
itu.
“ternyata bocah
ini cantik juga ...,”bantin Rendi. tapi ia segera mengalihkan tatapannya.
“gerggghhh ...”
Rendi menguasai dirinya. Membetulkan duduknya dan jasnya.
“jalan pak ...”
“baik tuan ...”
Di dalam mobil
itu terasasenyap. Tak ada percakapan. Nadin yang biasanya cerewet. Suaranya
seakan hilang di telan bumi. Canggung.
Krik krik krik
Mobil pun
sampai di depan salon.
“silahkan
tunggu di sini. Dan jangan melakukan apapun. Saya masuk dulu.” Ucap Rendi yang
terdengar seperti peringatan. Nadin pun hanya bergiidik ngeri.
Rendi
meninggalkan Nadin di dalam mobil. Ia masuk ke dalam salon. Lima menit, sepuluh
menit, tiga puluh menit, satu jam. Nadin mulai bosan. Ingin rasanya keluar dari
mobil dan meregangkan otot-ototnya tapi peringatan dari Rendi berkali-kali
mengiang di telinganya.
Tak berapa
lama, Rendi pun keluar. Tapi hanya seorang diri. Lalu mana Ara? Rendi mengetuk
pintu mobil yang ada di sebelah Nadin. Nadin pun menurunkan kacanya, dan
menaikkan alisnya. Tanda bertanya.
“Turun ...!”
perintah Rendi.
“hah ...” Nadin
di buat bingung dengan perintah Rendi.
“Turun dari
mobil ...”
“dasar sekali
waktu lembut, sekali waktu kasar kayak robot ....!” batin Nadin
sambil membuka pintu mobil.
“ada apa?”
tanya Nadin ketus.
“Nona Ara akan
keluar, jadi kita harus menyambutnya.”
Tak berapa lama
Ara keluar dari salon. Mereka menyambut Ara. Setelah semua masuk ke dalam
mobil. Mereka kembali ke rumah Roy. Di sana sudah di laksanakan ijab qobul.
Sepanjang acara
Nadin hanya memperhatikan satu orang, orang yang sedari pagi telah berhasil
menyita perhatiannya. Dia adalah Rendi.
Pria dingin
itu, entah kenapa berhasil mengalihkan perhatiannya. Mata pria itu tak pernah
beralih dari kakaknya. Terlihat kesedihan di matanya. Bibirnya yang tak pernah
tersenyum sekarang di tambah dengan mata sendunya.
Dia mencintai
kakakku? Kenapa? Dia sangat terluka. Tapi berusaha menutupinya dengan wajah
dinginnya.
Rendi tiba-tiba
menghilang dari dalam pesta. Kemana dia? Nadin pun tanpa sadar mencarinya.
Entah kenapa ia jadi perduli pada pria dingin itu.
***
Aku berusaha
kuat, tapi ternyata tak sekuat itu, aku mencoba bertahan. Tapi ternyata
pertahananku tak sekeras itu.
Rendi keluar
dari rumah Roy. Ia memilih sendiri. Ia duduk di atas kap mobil depan melipat ke
dua tangannya di atas dada. Memejampakan matanya. Mencoba menetralkan kembali
perasaannya.
Nadin hampir
saja menghampirinya. Tapi langkahnya terhenti, saat lebih dulu seseorang
menghampiri Rendi.
“lo kenapa
sih?” tanya pria itu. Pria yang seumuran dengannya. Dia adalah Frans. Sahabat
Rendi dan Agra.
“gue Cuma cari
udara segar.” Ucap Rendi yang masih memejamkan matanya.
“lo jangan
bohongi diri lo sendiri men ..., kalau sakit nangis, jangan di tahan.”
“emang gue
cewek apa.”
“kali aja ...”
“dasar lo ...”
ucap Rendi sambil melayangkan tangannya ke kepala sahabatnya yang berkaca mata
itu.
“katanya lo
sudah rela, kalau rela ya ikhlasin aja, kata lo kebahagiaan Agra kebahagiaan lo
juga. Jadi berbahagialah ...”
“gue bahkan
tidak yakin harus bahagia atau sedih, ini tak seperti pernikahan yang di
landasi cinta.”
“lalu ...?”
“gue harus
mastiin sesuatu.”
“apa itu ..?’
“mereka harus
bahagia ...”
“itu tugas lo
...”
Nadin yang
sedari tadi mendengarkan percakapan dua sahabat itu, tanpa terasa menitikkan
air mata.
“kakak
beruntung ..., dia di cintai begitu besar oleh pria sepertinya. Aku ingin
merasakan cinta yang sama ...”
Entah kenapa
perasaannya kini tak menetu pada p[ria angkuh itu. Pria dingin yang telah
menyita perhatiannya.
“seandainya
boleh. Bolehkah aku menggantikan kakakku di hatimu ...?” ucap Nadin tanpa ada
yang mendengarnya. Seakan pria itu bisa mendengarnya.
*****
. “Berbahagialah, bukan karena segala sesuatu baik. Tetapi karena kamu mampu melihat, hal baik dari segala sesuatu.”
BERSAMBUNG
Jangan lupa kasih like dan komentarnya ya
kasih Vote juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Sabar ren... Jodohmu sdang otw😂😂😂
2022-01-27
1
✰͜͡v᭄pit_hiats
na saha ieu nu make bawang woyy😒te kira2 sugan kot loba2 teuing kieu😒😒😒irit atuh mahal bawang teh
2021-02-08
1
Ety Indriwati
cerita awal ny ku udh baca d cerita Agra dan ara
2020-12-28
0