"Papa, ini nggak lucu deh, Pa." Ujar Riana tetap tidak mempercayai apa yang didengarnya dari mulut Pak Darmawan.
"Sayang, Papa yakin kamu bisa jadi istri yang baik, walau dengan usia kamu yang masih muda. Ini sudah menjadi keputusan kami, Sayang. Papa harap kamu ngerti. Papa dan Om Santoso kan sudah menjalin erat persahabatan, dan juga ia sudah sangat sering membantu keluarga kita, baik dalam hal apapun masa kamu tega ngerusak semuanya." Jelas Papa Riana panjang lebar.
"Tapi, Pa? Gimana sekolah ku? Gimana dengan masa depan ku, Pa? Aku ingin menjadi wanita karir sebelum menikah, aku ingin bahagiain Papa dan Mama dulu." Riana sudah tidak kuat menahan bendungan air matanya, hingga akhirnya mengalir jua." Bu Rahmah mencoba menenangkan Riana dengan memeluk Riana seraya mengelus bahu Riana.
"Lima bulan lagi sekolah kamu selesai, Riana. Kamu masih bisa melanjutkan sekolah mu. Dan perihal membahagiakan, kami sebagai orang tua mu, akan sangat bahagia jika kamu tidak menolak permintaan Papa ini."
"Tapi, Pa ... " Belum sempat Riana melanjutkan bicaranya, kini Pak Darmawan sudah menyelanya dengan pukulan meja yang membuat Riana dan Bu Rahmah tersentak kaget. Lalu disusul dengan bentakannya yang kian semakin membuat Riana tegang dengan keadaannya sekarang.
"Cukup Riana! Papa nggak mau dengar alasan apapun lagi. Apa kamu ingin menjadi anak pembangkang, hah?" Pak Darmawan membesarkan bulatan matanya.
"Papa jahat! Papa menjual anak Papa sendiri." Riana melepaskan pelukan Bu Rahmah dan kemudian berlari menuju kamarnya, membanting pintu kamar hingga terdengar oleh asisten rumah tangga mereka yang sedari tadi membersihkan kamar di sebelah kamar Riana.
"Kenapa sih ya, Tuhan? Kenapa ini berlaku sama aku. Aku belum siap, apalagi aku belum pernah melihat calon suamiku sendiri dan nggak mungkin aku menikah tanpa ada perasaan cinta. Apa jadinya keluarga ku nanti, bukankah menikah itu untuk seumur hidup? Tapi jikalau begini, apa aku harus menjadi janda muda nanti, karena tidak adanya keharmonisan dalam rumah tanggaku. Ah, aku nggak pernah membayangkan itu semua singgah di hidupku. Aku nggak mau..." Air mata Riana mengalir deras di pipinya.
Cekrek....
Suara pintu kamar Riana yang dibuka, dan kini sudah ada Bu Rahmah berdiri di depan pintu, lalu mencoba mendekati Riana yang terus saja menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Sayang, Mama minta maaf karena Mama nggak bisa berbuat apa apa. Kamu tau sendirikan bagaimana sifat keras Papa kamu dan terlebih lagi Papa kamu nggak ingin mengecewakan Om Santoso." Ujar Bu Rahmah sembari mengelus kepala Riana.
"Hiks..Hiks..Hiks... Aku anak satu satunya Mama dan Papa, tapi kenapa Papa nggak ingin anak semata wayangnya ini sukses terlebih dahulu? Kenapa malah masa depan ku dihancurkan? Hiks.. Ma, aku nggak mau nikah, Mah." Riana memeluk Bu Rahmah.
"Sayang, kamu masih bisa membahagiakan Mama dan Papa, Ya. Kamu masih bisa kuliah. Kamu tau kan papa ingin kamu kuliah di jurusan yang Papa inginkan? Tapi sekarang Papa membebaskan kamu untuk memilih sendiri jurusan yang ingin kamu ambil." Jelas Bu Rahmah.Ya, Pak Darmawan memang sangat menginginkan Riana masuk kuliah dijurusan yang dia inginkan agar bisa bekerja di kantornya nanti. Berbeda dengan keinginan Riana, ia sendiri ingin kuliah dijurusan pilihannya, yaitu Bidang Kecantikan. Pak Darmawan tetap dalam pilihannya dan tidak mau mendengarkan pendapat Riana sedikitpun.
\\\ 🍉🍉🍉 \\\\
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Tatik Pkl
Biasanya cewek yg baru lulus, ga kerja ga kuliah pingin nikah dinikahin sama ortu,, ini kebalikan ya...😀
2021-06-11
0
Intan Putri
nanti enak kok
2020-06-09
0
R Vin
kasian riana, hrus sllu mnurti keinginn ayhny. y mw gmn lgi alny dia kn ank tnggl, lw bkn dia yg akn mwarisi prshaan ayhny, siapalg atw mgkn nnt suaminy yg ambl alih.
2020-04-28
3