"Baghh.." Riana tidak sengaja menabrak tubuh laki laki yang lebih besar dan tinggi darinya. Minuman yang sedari tadi ada ditangannya tentu saja menumpahi jas laki laki itu.
"Ah, maaf Kak maaf. aku bersihin ya.." Riana secepat kilat mengambil tissue dan mencoba membersihkan jas itu.
"Nggak perlu, lo punya mata nggak sih! Cantik cantik tapi buta. Acaranya belum mulai jas gue sudah lu bikin lecek gini." Ucap laki laki itu yang tidak lain adalah Davee. Ia meninggikan suara di depan Riana.
Riana sudah ingin mengeluarkan tangis mendengar bentakan Davee. Seumur - umur hanya kali ini ia dibentak dengan keras.
"Iya maaf Kak. Sini, biar aku bersihin." Riana sekali lagi mengulurkan tangannya ke arah jas Davee, dan lagi lagi Davee memundurkan tubuhnya, untuk menjauhi tangan Riana.
"Gue bilang nggak perlu! Punya telinga nggak sih! Mending lo pergi dari hadapan gue sekarang!"
Riana berlari pergi sambil membawa tangisnya yang sedari tadi ia tahan. Ia berhenti berlari ketika sudah berada di hadapan sahabatnya.
"Loh kok kamu nangis, Ya? Siapa yang bikin kamu nangis?" Amanda sedikit mengguncang bahu sahabatnya itu
"Gue kesel banget sama cowok itu, dia kenapa sih nggak punya perasaan banget ngebentak orang kaya gitu. Cowok apaan sih, sama cewek aja dia berani - beraninya gitu. Pokoknya gue kesel banget, Man. Lu berdua tau nggak sih, gue kesel banget. Masa gue dibentak di depan teman teman dia dan dia sama sekali nggak mau nerima tangan gue buat bersihin jasnya yang kena tumpahan air minum gue."
"Gue penasaran sama orangnya, gue pasti tau namanya." Ucap Linda dengan masang wajah datar
"Secara lu kan ratu cowok di sekolah ini. Blaaa.." Amanda menjulurkan lidahnya kearah Linda
"Ih, kok lo berdua biasa aja sih dengan penderitaan gue?" Riana mengerucutkan bibirnya, untung saja tangisannya kini sudah berhenti.
"Eh, iya iya maaf, ya udah ayo kita labrak dia." Ajak Linda dengan gaya menegakkan badannya.
"Ih sok bener lu!" Amanda menyentil kepala Linda. "Tapi kita boleh juga nyamperin tu cowok gue penasaran sama cowok yang berani - beraninya sama cewek gitu."
Amanda menarik tangan Riana dan Linda.
*
"Ih, gue nggak mau nongolin muka gue di depan dia lagi."
"Ya udah kita berdiri disini dan lo tunjukin yang mana orangnya." Linda begitu semangatnya memandang wajah wajah alumni di balik tirai panggung, terutama tentu saja arah pandangannya ke arah kaum laki laki.
"Itu tuh, yang pakai jas hitam, yang lagi pegang gelas, terus yang lagi ketawa ketawa nggak jelas tuh." Riana mengarahkan telunjuk ke orang yang ia sebutkan ciri cirinya.
"Eh, yang bener aja lo abis nabrak dia, Ya? Ganteng banget... Badannya tegas gitu. Ya ampun ganteng banget." Linda menggigit jarinya.
"Gue mau ambil minum dan pura pura nabrak dia deh." Amanda celingak celinguk mencari minuman di dekat mereka.
"Ih yang bener aja lo, emang lo mau dimaki maki kaya gue tadi?"
"Gue rela dimaki maki dia, asal gue bisa bersentuhan sama dia."
"Ganteng sih ganteng tapi perangainya buruk banget. Nggak punya hati!" Sungut Riana, Ia masih memasang muka kesalnya, ditambah lagi ketika melihat wajah Davee. Rasanya ingin ia melemparkan sepatunya ke muka Davee.
"Bentar gue lupa lupa ingat deh namanya, emmm.." Linda mengentuk ngetuk dahinya menggunakan telunjuknya. "Oh iya, gue ingat namanya Dav, Dave eh, Dava, oh iya Davee. Iya namanya Davee." Linda kegirangan sendiri setelah merasa berhasil mengingat nama alumni ganteng itu.
Ketika mereka bertiga masih berbincang soal Davee di belakang panggung, seorang panitia acara tiba tiba menghampiri mereka.
"Riana, 5 menit lagi acara akan dimulai kamu tampil sebagai pembuka. Sudah siapkan?" Panitia itu memberikan mic ke tangan Riana. Tentu saja Riana kaget karena seharusnya bukan penampilannya sebagai pembuka acara.
"Bukannya kemarin Riana tampil setelah sambutan kepsek, Kak?" Riana mengernyitkan dahinya.
"Iya, maaf Ria. Tadi malam ketika geladi bersih itu semua sudah dibahas dan kamu tidak bisa hadirkan?"
"Eh iyasih, Kak. ya udah deh. Aku siap kok." Riana menaiki anak tangga panggung.
"Halo kaka dan teman teman sekalian, perkenal nama aku Riana Putri Ningsih. Disini aku sebagai pembuka acara akan membawakan sebuah lagu berjudul pura pura lupa."
🎼🎼🎼
"Pernah aku jatuh hati🎶
Padamu sepenuh hati🎶
Hidup pun akan kuberi🎶
Apapun akan kulalui🎶
🎼🎼🎼
Tapi tak pernah ku bermimpi🎶
Kau tinggalkan aku pergi🎶
Tanpa tahu rasa ini🎶
Ingin rasa ku membenci🎶
🎼🎼🎼
Tiba-tiba kamu datang🎶
Saat kau telah dengannya🎶
Semakin hancur hatiku🎶
🎼🎼🎼
Jangan datang lagi cinta🎶
Bagaimana aku bisa lupa🎶
Padahal kau tahu keadaaannya🎶
Kau bukanlah untukku🎶
🎼🎼🎼
Jangan lagi rindu cinta🎶
Ku tak mau ada yang terluka🎶
Bahagiakan dia🎶
Aku tak apa🎶
Biar aku yang pura-pura lupa🎶
🎼🎼🎼
Tiba-tiba kamu datang🎶
Saat kau telah dengannya🎶
Semakin hancur hatiku🎶
🎼🎼🎼
Jangan datang lagi cinta🎶
Bagaimana aku bisa lupa🎶
Padahal kau tahu keadaaannya🎶
Kau bukanlah untukku🎶
🎼🎼🎼
Jangan lagi rindu cinta🎶
Ku tak mau ada yang terluka🎶
Bahagiakan dia🎶
Aku tak apa🎶
Biar aku yang pura-pura lupa🎶
🎼🎼🎼
Jangan datang lagi cinta🎶
Bagaimana aku bisa lupa🎶
Padahal kau tahu keadaaannya🎶
Kau bukanlah untukku🎶
🎼🎼🎼
Jangan lagi rindu cinta🎶
Ku tak mau ada yang terluka🎶
Bahagiakan dia🎶
Aku tak apa🎶
Biar aku yang pura-pura lupa🎶
🎼🎼🎼
Bahagiakan dia🎶
Aku tak apa🎶
Biar aku yang pura-pura lupa🎶"
"Terimakasih..." Riana membungkukkan badannya. Lalu disusul suara tepuk tangan semua orang di dalam ruangan itu kecuali Davee, ia sama sekali tidak bergeming melihat penampilan Riana.
"Lu kenapa sih, Dav? Masa lu nggak kagum sama penampilannya. Sudah cantik, suaranya bagus pula." Kata Randy pada sahabatnya itu.
"Jelek." Kata Davee dengan wajah datar.
"Eh, elu dasar aneh!" Randy mendorong kepala Davee.
*
Setelah jam menunjukkan jam dua belas siang. Para alumni serta tim lainnya bersiap untuk mengambil makanan siang yang sudah tersedia. Begitu juga dengan Davee, ia meninggalkan kursinya dan memilih makanan yang ia inginkan. Ia memilih dengan lauk ayam panggang. Sementara Riana yang juga merasa perutnya keroncongan dan perlu segera diganjal dengan makanan, langsung mengarah ke tempat makanan bersusun. Ia memilih menu ayam goreng dengan sedikit menambahkan sambal dan sayuran di dalam piringnya. Riana yang merasa ia sedang dengan Amanda untuk mengambil makanan, ia pun menyerocos bicara tentang Davee yang menurutnya menyebalkan dan terlalu menyebalkan sejagat raya itu. Tapi ternyata Riana salah, Amanda memang ingin mengikutinya. Namun setengah jalan kemudian ia berbelok untuk mengambil tasnya yang tertinggal di belakang panggung tanpa Riana ketehui.
"Kita harus cepet cepet nih, Man. Gue nggak mau ketemu si cowok gila itu lagi. Kalau sampe gue ketemu, gue nggak mau lagi hidup di dunia ini." Riana terus saja berbicara sembari menambahkan nasi dipiringnya.
"Lo gila ya?!" Tiba - tiba seperti petir yang sangat memekik telinga Riana, kini muncul. Suara orang yang sama seperti yang ia dengar pagi tadi, yang membuat kesal setengah mati dirinya. Siapa lagi kalau bukan Davee yang ternyata ada di depannya, mengantri untuk mengambil nasi juga, sama seperti Riana.
"Siapa yang gila? Gue ngomong sama ... " Riana celingak celinguk mencoba mencari Amanda sahabatnya itu. "Tadi gue ngomong sama temen gue." Riana menjawab lagi dengan wajah malu.
"Temen lo jin? Mana ada orang ada di dekat kamu dari tadi kali. Jangan jangan lo emang temenan sama jin ya? Gila ya lo, masih sekolah berani beraninya melihara makhluk kaya gituan."
"Heh, lo songong banget sih! sudah tadi ngebentak gue. Lo itu banci ya, hah? beraninya sama cewek.." Riana mengangkat wajahnya karena tubuh Davee yang tinggi darinya.
"Eh, apa lo bilang?"
"Banci! lo banci."
"Lo cewek gila!" Davee baru menyadari ternyata sedari tadi perseteruannya itu mengundang perhatian orang orang. Ia langsung meninggalkan Riana yang memandangnya dengan penuh kebencian.
_____________🌺🌴🌴🌴🌺______________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Yati Maryati
baru mampir
2020-06-22
1
Intan Putri
syukkkaaa
2020-06-09
1
KomaLia
benci jadi cinta
2020-06-05
1