I Love You Came Too Late
Hana Malika (Hana) memiliki dua orang sahabat perempuan dan satu orang sahabat laki-laki semenjak dia duduk di bangku sekolah dasar.
Namita Adnan (Mita) dan Nadira Kinanti (Dira) adalah dua sahabat perempuan Hana. Mereka bersahabat meski mereka tidak pernah berada di sekolah yang sama sejak SD sampai lulus perguruan tinggi.
Persahabatan Hana dan kedua sahabatnya itu terjalin karena mereka bertetangga. Rumah mereka bertiga bahkan saling bertetangga kiri kanan. Mereka juga sama-sama merupakan anak bungsu di keluarga mereka dan memiliki usia yang sama.
Namun meski sama-sama anak bungsu, Hana memiliki sikap lebih dewasa jika dibandingkan dengan kedua sahabatnya itu atau bahkan anak seusianya pada umumnya.
Berasal dari keluarga yang sangat sederhana, menuntun bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan itu untuk hidup sederhana dan gigih dalam mengejar cita-citanya untuk bisa merubah kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik di masa depan ketika dia besar nanti.
***
Sahabat laki-laki Hana bernama Destian Andradi (Andra). Hana mengenalnya sejak mereka sama-sama berada di bangku sekolah dasar dan persahabatan mereka dimulai sejak dua tahun terakhir mereka di bangku sekolah dasar. Tepatnya ketika mereka berusia sepuluh tahunan.
Andra selalu diantar jemput ke sekolah dengan neneknya yang dia panggil 'mbah' sampai depan pintu kelas mereka. Ditambah dengan fisik Andra yang memiliki postur tubuh gendut dan pipi chubby, membuat dirinya sering di ejek teman-teman lainnya di kelas mereka.
'Anak gendut manja yang masih di antar jemput nenek', begitulah ejekan yang sering dilontarkan kepadanya. Dan ketika itu terjadi di depan Hana, Hana pasti tidak segan-segan membelanya dan memarahi anak-anak tersebut. Itulah salah satu sebab persahabatan Hana dan Andra bermula.
"Sudah besar kok masih di antar jemput mbah kamu sih, padahal kamu anak laki-laki. Aku saja yang anak perempuan berangkat dan pulang sendiri."
Komentar itu pernah Hana utarakan kepada Andra waktu mereka duduk di bangku kelas enam sekolah dasar.
"Si mbah yang maksa, padahal aku sudah bilang tidak usah antar jemput lagi," jawab Andra waktu itu.
Kedua orang tua Andra bekerja dan sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka hampir tidak punya waktu untuk datang ke sekolah apalagi sekedar mengantar atau menjemput Andra.
Meski Andra anak tunggal dan berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, dia merasa dirinya kesepian dan kurang mendapat perhatian serta kasih sayang dari kedua orang tuanya yang terlalu sibuk bekerja.
Untuk mengisi kekosongan harinya, Andra lebih suka mengurung diri di perpustakaan kecil di rumahnya dengan membaca buku-buku yang ada di sana. Kedua orang tua Andra memang memfasilitasi Andra menyalurkan hobby membacanya itu dengan menyediakan perpustakaan kecil di rumahnya serta membelikan Andra buku-buku.
Hobby membacanya ini sedikit banyak menyebabkan dirinya harus memakai kaca mata ketika usianya sekitar sepuluh tahun. Selain membaca, hari-hari Andra di luar jam sekolah lebih sering ditemani oleh neneknya dan supir pribadinya yang biasa dia panggil Pak Mul.
***
Lanjut ke bangku sekolah menengah pertama. Hana dan Andra yang kini berusia tiga belas tahunan, menjadi semakin akrab karena mereka satu sekolah lagi. Mereka berdua sama-sama berhasil diterima di SMP Negeri favorit yang ada di kota mereka.
"Hana, tunggu!"
Andra setengah berteriak memanggil Hana sambil menutup pintu mobil yang mengantarnya ke sekolah pagi itu ketika dia melihat Hana memasuki gerbang sekolah mereka.
Setelah menoleh ke arah suara yang memanggilnya, Hana pun menghentikan langkahnya.
"Tidak usah buru-buru, masih ada waktu 15 menit sebelum bel masuk kok."
Hana berkata pada Andra saat sahabatnya itu sudah berdiri di hadapannya setelah berlari kecil mengejarnya tadi.
"Iya aku tahu," jawab Andra singkat.
Mereka berdua lalu berjalan menuju lantai dua di mana kelas mereka berada.
"Jadi sekarang mbah kamu sudah tidak ikut mengantar ke sekolah lagi?" tanya Hana sambil tersenyum meledek.
"Iya, akhirnya... lagi pula aku kan sudah SMP sekarang. Jadi di drop dan di jemput Pak Mul sudah cukup," jelas Andra.
Mereka berpisah ketika Hana memasuki kelasnya dan Andra lanjut berjalan menuju kelasnya sendiri yang berada di ujung lorong lantai dua sekolah mereka.
Meski satu sekolah, di tahun pertama ini mereka tidak satu kelas. Namun persahabatan mereka tetap terjalin di sekolah menengah pertama ini. Andra dan Hana suka mengunjungi kelas mereka satu sama lain untuk sekedar menyapa atau mengajak pergi bersama ke kantin ketika jam istirahat tiba. Kadang mereka berdua saling bertemu dengan membawa teman sekelas mereka masing-masing.
Hana yang sedang beranjak tumbuh menjadi gadis remaja mulai menemukan situasi dimana dia harus menghadapi teman lawan jenisnya yang mulai mengalami puber pertama.
Dilihat secara fisik, Hana memang cukup menarik perhatian beberapa teman lawan jenisnya. Hana memiliki wajah yang manis dan kulit putih bersih. Mata bulat yang indah dengan bulu mata yang panjang dan lentik serta rambut panjang tebal bergelombang yang hitam bercahaya. Selain itu Hana juga anak yang tergolong cerdas dan supel dalam bergaul.
Namun saat itu sepertinya Hana belum menemukan ketertarikan terhadap teman-teman lawan jenis di sekitarnya. Dia lebih sering menghabiskan waktu senggangnya bersama dengan sahabat kecilnya Mita dan Dira jika di rumah dan Andra serta beberapa teman akrab di kelasnya jika di sekolah.
***
Siang itu setelah jam pulang sekolah, Hana sedang berjalan sendiri dari gerbang sekolah menuju halte bus yang letaknya tidak jauh dari gedung sekolahnya. Hari itu dia memang keluar agak terlambat dari anak-anak yang lain di kelasnya. Wali kelasnya yang kebetulan guru Matematika meminta Hana membantu mengoreksi lembar jawaban ulangan Matematika beberapa siswa dari kelas lain.
Kebetulan kelas itu adalah kelasnya Andra. Jadi Hana tanpa sengaja sudah mengetahui berapa nilai ulangan Matematika Andra saat itu dan dia tidak sabar ingin menyampaikan berita tersebut kepada Andra jika mereka bertemu nanti.
Ketika hampir mendekati halte bus, Hana dihadang oleh seorang anak laki-laki yang memakai baju seragam yang sama dengan dirinya. Ternyata dia adalah kakak kelas Hana yang duduk di bangku kelas tiga. Dia memperkenalkan dirinya pada Hana dan mereka berkenalan sambil bersalaman singkat.
Namanya Ivan dan dia menawarkan Hana untuk ikut pulang diantar mobil dengan supir pribadinya yang sedang menunggu tak jauh dari tempat mereka berdiri. Namun Hana menolaknya dengan sopan. Sebenarnya dia merasa tidak nyaman jika harus satu mobil dengan orang yang baru saja dia kenal.
Ivan sedikit memaksa dengan terus membujuk Hana dan dia masih belum beranjak pergi.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di hadapan mereka.
Hana refleks menoleh ke arah mobil tersebut. Dia merasa tak asing dengan mobil itu dan mengenali siapa pemilik mobil tersebut.
Tak lama kemudian Andra keluar dari mobil tersebut lalu berdiri di samping mobil sambil membukakan pintu belakang.
"Hana, ayo kita pulang!... Aku sudah menunggu dan mencari kamu dari sepulang sekolah tadi."
Suara Andra terdengar lantang dan tegas.
Setelah pamit basa-basi dengan Ivan, akhirnya Hana menuruti instruksi Andra dan masuk ke dalam mobil.
Hana merasakan aura yang beda dari Andra saat itu. Dan dia juga tidak habis pikir kenapa dia langsung menuruti instruksi Andra untuk masuk ke dalam mobilnya.
Sejak masuk SMP, Hana memang pernah dua kali ikut pulang bersama dengan Andra diantar oleh Pak Mul, supir pribadi Andra. Itupun karena Andra yang memaksanya karena Hana selalu menolak.
Rumah mereka memang searah dan jaraknya dari sekolah cukup jauh untuk sekedar berjalan kaki. Tapi Hana lebih suka pulang pergi sekolah dengan menaiki angkutan umum. Dia tidak suka merepotkan atau bergantung pada orang lain.
Kali ini menjadi ketiga kalinya Hana pulang bersama Andra dengan mobilnya disupiri oleh Pak Mul.
Selama perjalanan, di dalam mobil mereka saling terdiam. Hana duduk sendiri di bangku belakang mobil dan Andra duduk di bangku penumpang disamping Pak Mul.
Hana terdiam karena dia merasa lelah dan menahan rasa lapar akibat belum makan siang. Dia sampai lupa untuk memberitahu Andra bahwa dia sudah mengetahui nilai ulangan matematika Andra yang dia koreksi tadi di sekolah.
Sedangkan Andra, dia juga hanya terdiam karena sepertinya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu dan berada di dunianya sendiri.
Di dalam mobil itu hanya Pak Mul satu-satunya makhluk hidup yang masih terdengar suaranya ketika dia sesekali mengomentari suasana jalanan di luar sambil mengemudikan mobil.
🍁🍁🍁
Happy reading... 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Aida Sofia
dr awal critanya dah menarik😘
2021-07-01
0
Fira Ummu Arfi
pembaca setia hadirrrr..
sukaaa ceritanyaaa thorrr 😍
tinggalin jejak juga yaaa di novelku ASIYAH AKHIR ZAMAN 😊
2021-03-08
1
Rosni Lim
Wow salam kenal
2021-02-18
0