Setelah kepergian Andra, Hana menjalani hari-hari di sekolah dengan tetap fokus belajar hingga akhirnya dia berhasil masuk ke SMA Negeri favorit di kotanya ketika dia menginjak usia enam belas tahun.
Masa SMA sekaligus masa remajanya dia habiskan dengan tetap memprioritaskan pendidikannya. Tidak ada pengalaman yang terlalu spesial di masa SMA Hana. Waktunya lebih banyak dihabiskan dengan belajar dan belajar.
Berbeda dengan kebanyakan anak remaja perempuan seusianya yang mulai berpacaran dengan lawan jenis, Hana sama sekali tidak memikirkan ke arah situ.
Masuk SMA favorit yang nota bene persaingannya semakin ketat dengan anak-anak berprestasi lainnya, membuat Hana harus tetap fokus belajar demi mewujudkan cita-cita jangka pendeknya... yaitu bisa masuk perguruan tinggi negeri terbaik lewat jalur prestasi dan mendapat beasiswa. Karena dia tahu orang tuanya tidak akan mampu membiayai kuliahnya jika dia masuk ke perguruan tinggi swasta.
"Rencananya kalian mau pilih jurusan dan universitas apa nanti?"
Tanya Dira pada Hana dan Mita ketika mereka bertemu dan bercengkrama bersama pada suatu akhir pekan di tahun terakhir mereka di SMA.
Mereka bertiga memang hampir setiap akhir pekan bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Mulai dari sekedar mengobrol tentang hal-hal di sekolah mereka sampai kadang ke hal yang berhubungan dengan lawan jenis.
"Eh, kalian tahu tidak?... Di kelasku ada cowok ganteng banget yang ditaksir banyak cewek di sekolah. Namanya Reyhan. Tapi kayanya dia naksir aku deh, karena... bla.. bla.. bla...," terdengar Mita sedang bercerita.
Dari cerita Mita tersebut, Hana menangkap ada cowok keren di sekolah Mita yang bernama Reyhan sedang melakukan pendekatan dengannya. Hana tidak menangkap hal lainnya yang menurutnya harus dia ingat.
Ketiga sahabat itu kini sudah berusia 18 tahun dan sebentar lagi akan lulus SMA.
Seiring waktu yang mengiringi pertumbuhan mereka menjadi gadis remaja, banyak hal yang telah mereka lalui bersama baik saat suka maupun duka. Salah satu saat dukanya adalah ketika ibu Mita sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit serta divonis dokter tidak akan bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama. Mita sangat terpukul saat itu... tapi Hana dan Dira sebisa mungkin selalu berusaha menemani dan menghiburnya dengan tulus.
Kondisi sakit ibu Mita menjadikan Mita bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Setelah lulus SMA, Mita meneruskan kuliah dengan mengambil jurusan Ilmu Kedokteran di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggal mereka. Dia tidak lolos masuk ke perguruan tinggi negeri dengan mengambil jurusan tersebut.
Dira yang lebih tertarik dengan jurusan sosial sewaktu SMA, akhirnya memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan dia berhasil diterima di salah satu universitas negeri di kota kembang, Bandung.
Sedangkan Hana, akhirnya dia diterima sebagai mahasiswi fakultas Teknik Industri di universitas negeri terbaik di Indonesia melalu jalur prestasi dan mendapat beasiswa.
Hana sangat bersyukur karena kegigihan dan ketekunannya tidak sia-sia bahkan membuahkan hasil yang manis. Hana meyakini bahwa siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil... (Man Jadda Wajada)
Setelah masuk ke perguruan tinggi, intensitas mereka bertemu di akhir pekan menjadi berkurang. Mereka memiliki kesibukan masing-masing beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Apalagi posisi Dira yang kini berkuliah di Bandung, menyebabkan dia harus kos dan hanya bisa pulang ke Jakarta ketika liburan semester. Saat liburan semester itulah mereka gunakan untuk menyempatkan bertemu dan berbagi cerita satu sama lain.
***
"Apa?? Andradi temen SD dan SMP kamu yang gendut chubby itu kan?"
Mita bertanya dengan nada terkejut kepada Hana saat mereka bertiga sedang bertemu melepas kangen pada saat memasuki tahun ketiga mereka di perguruan tinggi.
"Iy-iya benar dia."
Hana menjawab sedikit terbata karena tidak menyangka respon Mita akan seperti itu padanya.
"Sebentar, bukankah dulu kamu pernah cerita pada kita kalau dia pindah ke Kanada saat kalian kelas dua SMP?" tanya Dira.
"Iya... jadi kemarin itu aku tidak sengaja bertemu dengan mbahnya Andra di Rumah Sakit. Kebetulan aku sedang mengantar kakak keduaku kontrol kehamilannya karena kakak iparku lagi ada tugas ke luar kota dan ibuku kebetulan lagi tidak bisa menemaninya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggal," jelas Hana.
Sejak kepergian Andra ke luar negeri, baru kali itu Hana bertemu dengan seseorang yang ada hubungannya dengan Andra.
Setelah perpisahan singkat dirinya dengan Andra kurang lebih tujuh tahun silam di depan gerbang kompleks perumahan Hana, berita mengenai Andra hilang begitu saja tak terdengar lagi olehnya.
Hana bukan tidak berusaha mencari tahu. Tapi dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa karena Hana mengira seluruh keluarga Andra termasuk neneknya pindah ke luar negeri waktu itu.
Hana juga teralihkan dengan kesibukannya mewujudkan cita-cita yang telah dia raih sekarang yaitu masuk perguruan tinggi negeri terbaik lewat jalur prestasi dan mendapat beasiswa.
"Terus, terus... Mbah nya Andra kasih tahu ke kamu tentang kabar Andra sekarang, Han?" tanya Mita lagi dengan nada penasaran.
"Aku tidak ngobrol terlalu banyak sama mbah nya Andra kemarin itu.. karena beliau langsung dipanggil suster untuk masuk ke ruangan dokter," lanjut Hana.
"Mbah nya Andra cuma sempat cerita bahwa Andra pindah dari Indonesia dan tinggal bersama ibunya di Kanada setelah kedua orang tuanya bercerai. Ibu Andra mendapatkan hak asuh penuh untuk merawat Andra. Karena mbah adalah ibu dari ayah Andra, makanya beliau tidak ikut mereka ke luar negeri."
"Setelah kepergian mereka ke luar negeri, Andra dan ibunya benar-benar hilang kontak dengan mbah dan seluruh keluarga dari pihak ayahnya Andra di Indonesia."
"Aku bisa lihat dan merasakan kesedihan di mata mbah saat beliau cerita tentang hal tersebut.. Kasihan mbah..." sambung Hana dengan nada sedih penuh empati.
Itulah cerita terakhir yang Hana dengar mengenai Andra dari perjumpaan tidak sengajanya dengan nenek Andra di rumah Sakit.
***
Kakak kedua Hana sudah melahirkan dan kini bayi perempuannya berusia sembilan bulan. Hari itu adalah jadwal keponakan Hana tersebut untuk mendapatkan imunisasi. Kakak Hana meminta tolong pada Hana untuk menemani suaminya membawa bayi mereka ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit.
Kakak Hana kebetulan sedang ada tugas luar kota dari perusahaan tempatnya bekerja sampai akhir pekan ini. Makanya dia meminta Hana menemani suaminya karena khawatir pasti akan kerepotan jika harus membawa bayi mereka sendiri ke dokter.
Sejak menikah sampai punya bayi, kakak Hana dan suaminya masih tinggal di rumah orang tua Hana. Mereka belum percaya jika bayi pertama mereka akan aman di asuh oleh orang lain selama mereka berdua bekerja. Karena kedua orang tua suaminya tinggal jauh di luar kota, makanya kakak Hana meminta tolong ibunya untuk sementara mengawasi dan mengasuh bayi mereka sampai cukup besar nanti.
Jika sedang tidak sibuk dengan kuliahnya, Hana kadang juga ikut membantu ibunya mengasuh keponakannya itu. Contohnya seperti sekarang ini. Ketika ibunya sedang ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan, Hana lah yang dimintai tolong kakaknya ketika dirinya berhalangan.
Kebetulan jadwal imunisasinya pada hari Sabtu dan Hana memang sedang libur sebelum semester akhir tiba. Sehingga dia bisa memenuhi permintaan tolong kakaknya itu.
***
Hana menggendong keponakannya diiringi kakak iparnya yang berjalan di samping Hana ketika mereka hendak menuju lantai atas Rumah Sakit tempat praktek dokter spesialis anak berada. Mereka memilih menggunakan tangga jalan ketimbang lift.
"Hana, sini si adek biar Mas saja yang gendong..."
Kakak ipar Hana menawarkan diri untuk menggendong anaknya yang sedang bersama Hana.
"Tidak usah Mas... biar Hana saja... khan mas sudah repot juga bawa tas bayi tuh..."
Hana menjawab sambil melirik ke tas bayi yang sedang dibawa kakak iparnya itu.
Bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan mengira kalau Hana dan kakak iparnya itu adalah sepasang suami istri yang baru memiliki seorang bayi.
Hana bisa merasakan itu ketika sesekali dia melihat tatapan aneh dari beberapa orang yang berpapasan dengan mereka di sepanjang jalan.
Usia Hana dan kakak keduanya memang hanya terpaut lima tahun. Sedangkan usia kakak ipar Hana seumuran dengan kakaknya itu. Jadi tak heran jika orang lain mengira dia adalah istri kakak iparnya itu.
Tanpa diduga dan disadari sama sekali oleh Hana, ternyata ada sesosok mata yang memperhatikannya dari arah berlawanan.
Sosok mata itu berada di tengah keramaian orang yang juga menaiki tangga jalan yang sama seperti yang dirinya gunakan. Dari arah yang berlawanan, sosok mata tersebut berpapasan dengan Hana yang sedang berdiri di atas tangga jalan sambil menggendong keponakannya yang masih bayi tadi.
🍁🍁🍁
Happy reading... 😘
Penasaran sosok mata siapakah itu?? ...
Ikutin terus ceritanya yaa.. dan jangan lupa like, vote, rate 5 and comment.. Terima Kasih!.. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
BELVA
💞💞💞💞💞
2021-01-26
1
Nimranah AB
hadir
2021-01-25
1
Deska wu
like
2020-12-31
1