Hana Malika (Hana) memiliki dua orang sahabat perempuan dan satu orang sahabat laki-laki semenjak dia duduk di bangku sekolah dasar.
Namita Adnan (Mita) dan Nadira Kinanti (Dira) adalah dua sahabat perempuan Hana. Mereka bersahabat meski mereka tidak pernah berada di sekolah yang sama sejak SD sampai lulus perguruan tinggi.
Persahabatan Hana dan kedua sahabatnya itu terjalin karena mereka bertetangga. Rumah mereka bertiga bahkan saling bertetangga kiri kanan. Mereka juga sama-sama merupakan anak bungsu di keluarga mereka dan memiliki usia yang sama.
Namun meski sama-sama anak bungsu, Hana memiliki sikap lebih dewasa jika dibandingkan dengan kedua sahabatnya itu atau bahkan anak seusianya pada umumnya.
Berasal dari keluarga yang sangat sederhana, menuntun bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan itu untuk hidup sederhana dan gigih dalam mengejar cita-citanya untuk bisa merubah kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik di masa depan ketika dia besar nanti.
***
Sahabat laki-laki Hana bernama Destian Andradi (Andra). Hana mengenalnya sejak mereka sama-sama berada di bangku sekolah dasar dan persahabatan mereka dimulai sejak dua tahun terakhir mereka di bangku sekolah dasar. Tepatnya ketika mereka berusia sepuluh tahunan.
Andra selalu diantar jemput ke sekolah dengan neneknya yang dia panggil 'mbah' sampai depan pintu kelas mereka. Ditambah dengan fisik Andra yang memiliki postur tubuh gendut dan pipi chubby, membuat dirinya sering di ejek teman-teman lainnya di kelas mereka.
'Anak gendut manja yang masih di antar jemput nenek', begitulah ejekan yang sering dilontarkan kepadanya. Dan ketika itu terjadi di depan Hana, Hana pasti tidak segan-segan membelanya dan memarahi anak-anak tersebut. Itulah salah satu sebab persahabatan Hana dan Andra bermula.
"Sudah besar kok masih di antar jemput mbah kamu sih, padahal kamu anak laki-laki. Aku saja yang anak perempuan berangkat dan pulang sendiri."
Komentar itu pernah Hana utarakan kepada Andra waktu mereka duduk di bangku kelas enam sekolah dasar.
"Si mbah yang maksa, padahal aku sudah bilang tidak usah antar jemput lagi," jawab Andra waktu itu.
Kedua orang tua Andra bekerja dan sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka hampir tidak punya waktu untuk datang ke sekolah apalagi sekedar mengantar atau menjemput Andra.
Meski Andra anak tunggal dan berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, dia merasa dirinya kesepian dan kurang mendapat perhatian serta kasih sayang dari kedua orang tuanya yang terlalu sibuk bekerja.
Untuk mengisi kekosongan harinya, Andra lebih suka mengurung diri di perpustakaan kecil di rumahnya dengan membaca buku-buku yang ada di sana. Kedua orang tua Andra memang memfasilitasi Andra menyalurkan hobby membacanya itu dengan menyediakan perpustakaan kecil di rumahnya serta membelikan Andra buku-buku.
Hobby membacanya ini sedikit banyak menyebabkan dirinya harus memakai kaca mata ketika usianya sekitar sepuluh tahun. Selain membaca, hari-hari Andra di luar jam sekolah lebih sering ditemani oleh neneknya dan supir pribadinya yang biasa dia panggil Pak Mul.
***
Lanjut ke bangku sekolah menengah pertama. Hana dan Andra yang kini berusia tiga belas tahunan, menjadi semakin akrab karena mereka satu sekolah lagi. Mereka berdua sama-sama berhasil diterima di SMP Negeri favorit yang ada di kota mereka.
"Hana, tunggu!"
Andra setengah berteriak memanggil Hana sambil menutup pintu mobil yang mengantarnya ke sekolah pagi itu ketika dia melihat Hana memasuki gerbang sekolah mereka.
Setelah menoleh ke arah suara yang memanggilnya, Hana pun menghentikan langkahnya.
"Tidak usah buru-buru, masih ada waktu 15 menit sebelum bel masuk kok."
Hana berkata pada Andra saat sahabatnya itu sudah berdiri di hadapannya setelah berlari kecil mengejarnya tadi.
"Iya aku tahu," jawab Andra singkat.
Mereka berdua lalu berjalan menuju lantai dua di mana kelas mereka berada.
"Jadi sekarang mbah kamu sudah tidak ikut mengantar ke sekolah lagi?" tanya Hana sambil tersenyum meledek.
"Iya, akhirnya... lagi pula aku kan sudah SMP sekarang. Jadi di drop dan di jemput Pak Mul sudah cukup," jelas Andra.
Mereka berpisah ketika Hana memasuki kelasnya dan Andra lanjut berjalan menuju kelasnya sendiri yang berada di ujung lorong lantai dua sekolah mereka.
Meski satu sekolah, di tahun pertama ini mereka tidak satu kelas. Namun persahabatan mereka tetap terjalin di sekolah menengah pertama ini. Andra dan Hana suka mengunjungi kelas mereka satu sama lain untuk sekedar menyapa atau mengajak pergi bersama ke kantin ketika jam istirahat tiba. Kadang mereka berdua saling bertemu dengan membawa teman sekelas mereka masing-masing.
Hana yang sedang beranjak tumbuh menjadi gadis remaja mulai menemukan situasi dimana dia harus menghadapi teman lawan jenisnya yang mulai mengalami puber pertama.
Dilihat secara fisik, Hana memang cukup menarik perhatian beberapa teman lawan jenisnya. Hana memiliki wajah yang manis dan kulit putih bersih. Mata bulat yang indah dengan bulu mata yang panjang dan lentik serta rambut panjang tebal bergelombang yang hitam bercahaya. Selain itu Hana juga anak yang tergolong cerdas dan supel dalam bergaul.
Namun saat itu sepertinya Hana belum menemukan ketertarikan terhadap teman-teman lawan jenis di sekitarnya. Dia lebih sering menghabiskan waktu senggangnya bersama dengan sahabat kecilnya Mita dan Dira jika di rumah dan Andra serta beberapa teman akrab di kelasnya jika di sekolah.
***
Siang itu setelah jam pulang sekolah, Hana sedang berjalan sendiri dari gerbang sekolah menuju halte bus yang letaknya tidak jauh dari gedung sekolahnya. Hari itu dia memang keluar agak terlambat dari anak-anak yang lain di kelasnya. Wali kelasnya yang kebetulan guru Matematika meminta Hana membantu mengoreksi lembar jawaban ulangan Matematika beberapa siswa dari kelas lain.
Kebetulan kelas itu adalah kelasnya Andra. Jadi Hana tanpa sengaja sudah mengetahui berapa nilai ulangan Matematika Andra saat itu dan dia tidak sabar ingin menyampaikan berita tersebut kepada Andra jika mereka bertemu nanti.
Ketika hampir mendekati halte bus, Hana dihadang oleh seorang anak laki-laki yang memakai baju seragam yang sama dengan dirinya. Ternyata dia adalah kakak kelas Hana yang duduk di bangku kelas tiga. Dia memperkenalkan dirinya pada Hana dan mereka berkenalan sambil bersalaman singkat.
Namanya Ivan dan dia menawarkan Hana untuk ikut pulang diantar mobil dengan supir pribadinya yang sedang menunggu tak jauh dari tempat mereka berdiri. Namun Hana menolaknya dengan sopan. Sebenarnya dia merasa tidak nyaman jika harus satu mobil dengan orang yang baru saja dia kenal.
Ivan sedikit memaksa dengan terus membujuk Hana dan dia masih belum beranjak pergi.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di hadapan mereka.
Hana refleks menoleh ke arah mobil tersebut. Dia merasa tak asing dengan mobil itu dan mengenali siapa pemilik mobil tersebut.
Tak lama kemudian Andra keluar dari mobil tersebut lalu berdiri di samping mobil sambil membukakan pintu belakang.
"Hana, ayo kita pulang!... Aku sudah menunggu dan mencari kamu dari sepulang sekolah tadi."
Suara Andra terdengar lantang dan tegas.
Setelah pamit basa-basi dengan Ivan, akhirnya Hana menuruti instruksi Andra dan masuk ke dalam mobil.
Hana merasakan aura yang beda dari Andra saat itu. Dan dia juga tidak habis pikir kenapa dia langsung menuruti instruksi Andra untuk masuk ke dalam mobilnya.
Sejak masuk SMP, Hana memang pernah dua kali ikut pulang bersama dengan Andra diantar oleh Pak Mul, supir pribadi Andra. Itupun karena Andra yang memaksanya karena Hana selalu menolak.
Rumah mereka memang searah dan jaraknya dari sekolah cukup jauh untuk sekedar berjalan kaki. Tapi Hana lebih suka pulang pergi sekolah dengan menaiki angkutan umum. Dia tidak suka merepotkan atau bergantung pada orang lain.
Kali ini menjadi ketiga kalinya Hana pulang bersama Andra dengan mobilnya disupiri oleh Pak Mul.
Selama perjalanan, di dalam mobil mereka saling terdiam. Hana duduk sendiri di bangku belakang mobil dan Andra duduk di bangku penumpang disamping Pak Mul.
Hana terdiam karena dia merasa lelah dan menahan rasa lapar akibat belum makan siang. Dia sampai lupa untuk memberitahu Andra bahwa dia sudah mengetahui nilai ulangan matematika Andra yang dia koreksi tadi di sekolah.
Sedangkan Andra, dia juga hanya terdiam karena sepertinya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu dan berada di dunianya sendiri.
Di dalam mobil itu hanya Pak Mul satu-satunya makhluk hidup yang masih terdengar suaranya ketika dia sesekali mengomentari suasana jalanan di luar sambil mengemudikan mobil.
🍁🍁🍁
Happy reading... 😘
Di tahun kedua sekolah menengah pertama, akhirnya Hana dan Andra satu kelas. Usia mereka kini sekitar empat belas tahun.
Karena sekelas, mereka sekarang jadi bisa saling bertemu di sekolah tiap hari, kecuali hari sabtu dan minggu karena sekolah mereka libur. Namun sayangnya hal tersebut tidak berlangsung lama.
Memasuki bulan ketiga mereka di kelas yang sama, Andra terlihat jarang sekali masuk sekolah. Hal itu membuat Hana bertanya-tanya.
Hana pernah mencoba bertanya kepada wali kelas mereka mengenai alasan kenapa Andra tidak masuk sekolah. Jawaban yang Hana terima waktu itu adalah bahwa Andra izin tidak masuk sekolah karena ada keperluan keluarga.
Sebenarnya Hana kurang puas dengan jawaban yang dia terima dari wali kelasnya itu. Namun dia juga tidak memiliki kesempatan untuk bertanya pada Andra langsung ketika Andra beberapa kali masih datang ke sekolah walau hanya setengah hari.
Pada saat itu Hana sedang disibukkan dengan persiapan kegiatan acara pentas seni sekolah mereka yang akan diadakan seusai pekan ulangan berakhir nanti.
Hana dan beberapa orang teman seangkatannya terpilih menjadi salah satu anggota panitia untuk acara tersebut mewakili angkatan mereka. Hal tersebut menyebabkan dirinya menjadi sibuk karena harus rutin menghadiri setiap pertemuan yang diadakan oleh ketua panitia bersama dengan seluruh anggota panitia lainnya.
Pertemuan yang dijadwalkan sehari dua kali, yaitu setiap jam istirahat di sekolah dan setelah jam pulang sekolah, cukup menyita waktu Hana.
Panitia harus kejar tayang menyelesaikan persiapan acara pentas seni tersebut sebelum pekan ulangan berlangsung. Tujuannya adalah agar mereka semua bisa fokus ketika menjalani ulangan nanti dan tidak terganggu lagi dengan persiapan acara pentas seni sekolah.
Tanda tanya dan rasa penasaran Hana akhirnya terjawab ketika wali kelas mereka mengumumkan di depan kelas bahwa Andra mengundurkan diri dari sekolah karena harus ikut orang tuanya pindah ke luar negeri.
Deg!...
Hana terkejut dan agak kecewa mendengar berita itu.
"Kenapa begitu mendadak?
Kenapa Andra tidak pernah cerita sebelumnya padaku?"
Hana menggumamkan pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dalam pikirannya.
"Aah mungkin karena kita memang hampir tidak pernah bertemu selama dua minggu terakhir ini."
Hana menjawab pertanyaannya sendiri dalam diam.
Jadwal ulangan harian makin dekat. Saat ini adalah pekan terakhir mereka di sekolah sebelum menghadapi pekan ulangan. Hana sibuk belajar mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Akhirnya perhatiannya tentang berita kepindahan Andra pun teralihkan. Cita-cita yang dia miliki sejak dari bangku sekolah dasar untuk bisa merubah ekonomi keluarganya menjadi lebih baik, membuat dirinya harus fokus dalam pendidikannya.
Hana memiliki pemikiran, jika dia bisa memperoleh nilai yang baik maka dia akan memiliki kesempatan yang besar untuk bisa bersekolah di sekolah favorit sampai jenjang perguruan tinggi nanti melalui jalur prestasi dan beasiswa. Setelah memiliki gelar sarjana, dia berharap nanti akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang baik tentunya.
***
Hari terakhir ulangan di sekolah, menjelang sore hari Hana pulang ke rumah dengan perasaan merdeka. Hari itu cukup melelahkan baginya karena setelah ulangan berakhir, semua siswa di sekolahnya mengadakan acara pentas seni yang berlangsung sampai sore hari.
Hari Jum'at sore itu memang saat yang dinantinya sejak awal minggu ini. Karena dia akan bertemu dengan Mita dan Dira sahabat kecilnya dan menghabiskan waktu bersama mereka selama akhir pekan.
Ketika Hana sedang berjalan memasuki gerbang kompleks rumahnya, dia mendengar suara yang akrab di telinganya berteriak memanggil namanya.
"Hana!"
Suara Andra memanggilnya dari dalam mobil yang kaca jendela pintu belakangnya terbuka.
Hana menoleh ke arah suara dan didapatinya Andra sedang melambaikan tangannya sambil mengeluarkan kepalanya dari kaca jendela mobil tersebut. Kemudian Andra turun dari mobil dan berjalan tergesa mendekati Hana yang masih berdiri mematung di tempatnya.
Mobil itu bukan mobil yang biasa Andra pakai sehari-hari ke sekolah. Dan dilihat dari kaca depan yang masih bisa terlihat dari luar ke dalam, sepertinya bukan Pak Mul yang duduk di bangku supir melainkan orang lain yang Hana belum pernah lihat sebelumnya.
"Andra??!" tanya Hana setengah terkejut.
"Kamu ke..."
Sebelum Hana sempat melanjutkan kalimatnya, Andra yang sudah berdiri di hadapannya itu memotongnya berbicara.
"Aku mau pamit Han... Kamu pasti sudah mendengar kabar bahwa aku akan pindah ke luar negeri."
Suara Andra terdengar agak tertahan dan sedih.
"Kamu mau pindah ke negara mana An?... dan kenapa begitu mendadak?" tanya Hana.
Sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan yang mau Hana berondong ke Andra tapi dia tahan.
"Aku akan pindah ke Kanada, Han".
Andra menjawab singkat dengan suara yang terdengar tidak bersemangat. Banyak hal yang mau dia katakan saat itu tapi semuanya tertahan dan entah mengapa tidak bisa dia keluarkan.
"Andra.. ayo lekas Nak, kita hampir terlambat."
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dewasa dari dalam mobil yang jendela kacanya masih terbuka tadi.
"Iya, mam..." jawab Andra sambil menoleh ke arah mobil.
"Ooh wanita itu adalah mamanya Andra..." batin Hana ketika sekilas dia melihat ke arah sumber suara tadi.
Hana memang baru sekali melihat secara langsung wajah ibunya Andra. Waktu itu adalah saat pesta ulang tahun Andra yang ke-12 dimana hanya dirinya satu-satunya anak perempuan di kelas mereka yang diundang Andra untuk datang ke pesta ulang tahunnya itu.
Hana tidak akan melupakan peristiwa saat dia menghadiri pesta ulang tahun Andra tersebut.
(Flash back ON)
Waktu itu adalah pengalaman pertama Hana diundang ke acara ulang tahun teman laki-lakinya. Andra memberikan undangan kepada Hana sangat mendadak, yaitu satu hari sebelum acara pesta.
Tentu saja hal itu berhasil membuat Hana kerepotan mencari kado apa yang pantas untuk dia berikan ke Andra, yang saat itu sudah menjadi sahabatnya di sekolah.
Meski Andra memberitahunya untuk tidak perlu membawa kado saat datang ke pesta ulang tahunnya nanti, tetap saja Hana tidak menghiraukannya. Hana merasa tidak enak jika datang ke undangan pesta sahabat sendiri dengan tangan kosong.
Akhirnya dengan bantuan kakaknya, Hana berhasil menemukan kado untuk Andra yang dia berikan di pesta ulang tahunnya. Satu set alat tulis bertema gajah yang menggemaskan!
Ya, Hana memang menggambarkan Andra sahabatnya itu seperti seekor gajah yang menggemaskan. Meskipun gajah berukuran besar, namun katanya gajah adalah hewan yang lembut dan setia kawan. Hana pernah membahas hal tersebut dengan Andra dan dia sama sekali tidak keberatan jika Hana menganggapnya seperti hewan yang satu itu... 😁
Kado Hana yang dibungkus sederhana terlihat sangat mencolok ketika diletakkan di antara kado-kado lainnya yang Andra terima di pesta itu. Hana sedikit dihantui perasaan malu saat itu dan berharap semoga Andra tidak menyadari kalau kado yang paling sederhana itu adalah pemberian dari dirinya.
(Flash back OFF)
"Maaf Han.. aku harus segera pergi ke bandara. Tadi kebetulan lewat sini jadi sekalian mampir untuk mengucapkan selamat tinggal padamu."
Andra tersenyum sekilas lalu perlahan membalikkan badannya berjalan menuju ke mobil.
Hana masih terdiam mematung melihat kejadian yang masih belum dia sadari sepenuhnya.
Andra sudah berada di dalam mobil dan duduk sambil melihat ke arah Hana dari kaca jendela yang terbuka, lalu mobil tersebut melaju dan perlahan hilang dari pandangan Hana.
"Andraaa..."
Hana mengucap nama itu dengan lirih dan tentu saja hanya dia yang bisa mendengarnya.
Hana masih mencerna semua yang baru saja terjadi sampai akhirnya dia tersadar sepenuhnya. Sahabatnya itu telah pergi. Pergi jauh dan entah akan kembali lagi atau tidak... dia tidak tahu.
Yang terekam di ingatannya sekarang dan mungkin sampai dia dewasa nanti adalah hal yang dia lihat barusan. Ucapan perpisahan yang singkat dari Andra, sahabat masa kecilnya.
🍁🍁🍁
Happy reading to all readers... ☺
Semoga berkenan memberikan like dan komen serta menjadikan novel ini favoritnya yaa... ketjuuupp... 😘😘 dan terima kasiiih... 🙏🙏🙏
Setelah kepergian Andra, Hana menjalani hari-hari di sekolah dengan tetap fokus belajar hingga akhirnya dia berhasil masuk ke SMA Negeri favorit di kotanya ketika dia menginjak usia enam belas tahun.
Masa SMA sekaligus masa remajanya dia habiskan dengan tetap memprioritaskan pendidikannya. Tidak ada pengalaman yang terlalu spesial di masa SMA Hana. Waktunya lebih banyak dihabiskan dengan belajar dan belajar.
Berbeda dengan kebanyakan anak remaja perempuan seusianya yang mulai berpacaran dengan lawan jenis, Hana sama sekali tidak memikirkan ke arah situ.
Masuk SMA favorit yang nota bene persaingannya semakin ketat dengan anak-anak berprestasi lainnya, membuat Hana harus tetap fokus belajar demi mewujudkan cita-cita jangka pendeknya... yaitu bisa masuk perguruan tinggi negeri terbaik lewat jalur prestasi dan mendapat beasiswa. Karena dia tahu orang tuanya tidak akan mampu membiayai kuliahnya jika dia masuk ke perguruan tinggi swasta.
"Rencananya kalian mau pilih jurusan dan universitas apa nanti?"
Tanya Dira pada Hana dan Mita ketika mereka bertemu dan bercengkrama bersama pada suatu akhir pekan di tahun terakhir mereka di SMA.
Mereka bertiga memang hampir setiap akhir pekan bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Mulai dari sekedar mengobrol tentang hal-hal di sekolah mereka sampai kadang ke hal yang berhubungan dengan lawan jenis.
"Eh, kalian tahu tidak?... Di kelasku ada cowok ganteng banget yang ditaksir banyak cewek di sekolah. Namanya Reyhan. Tapi kayanya dia naksir aku deh, karena... bla.. bla.. bla...," terdengar Mita sedang bercerita.
Dari cerita Mita tersebut, Hana menangkap ada cowok keren di sekolah Mita yang bernama Reyhan sedang melakukan pendekatan dengannya. Hana tidak menangkap hal lainnya yang menurutnya harus dia ingat.
Ketiga sahabat itu kini sudah berusia 18 tahun dan sebentar lagi akan lulus SMA.
Seiring waktu yang mengiringi pertumbuhan mereka menjadi gadis remaja, banyak hal yang telah mereka lalui bersama baik saat suka maupun duka. Salah satu saat dukanya adalah ketika ibu Mita sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit serta divonis dokter tidak akan bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama. Mita sangat terpukul saat itu... tapi Hana dan Dira sebisa mungkin selalu berusaha menemani dan menghiburnya dengan tulus.
Kondisi sakit ibu Mita menjadikan Mita bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Setelah lulus SMA, Mita meneruskan kuliah dengan mengambil jurusan Ilmu Kedokteran di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggal mereka. Dia tidak lolos masuk ke perguruan tinggi negeri dengan mengambil jurusan tersebut.
Dira yang lebih tertarik dengan jurusan sosial sewaktu SMA, akhirnya memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan dia berhasil diterima di salah satu universitas negeri di kota kembang, Bandung.
Sedangkan Hana, akhirnya dia diterima sebagai mahasiswi fakultas Teknik Industri di universitas negeri terbaik di Indonesia melalu jalur prestasi dan mendapat beasiswa.
Hana sangat bersyukur karena kegigihan dan ketekunannya tidak sia-sia bahkan membuahkan hasil yang manis. Hana meyakini bahwa siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil... (Man Jadda Wajada)
Setelah masuk ke perguruan tinggi, intensitas mereka bertemu di akhir pekan menjadi berkurang. Mereka memiliki kesibukan masing-masing beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Apalagi posisi Dira yang kini berkuliah di Bandung, menyebabkan dia harus kos dan hanya bisa pulang ke Jakarta ketika liburan semester. Saat liburan semester itulah mereka gunakan untuk menyempatkan bertemu dan berbagi cerita satu sama lain.
***
"Apa?? Andradi temen SD dan SMP kamu yang gendut chubby itu kan?"
Mita bertanya dengan nada terkejut kepada Hana saat mereka bertiga sedang bertemu melepas kangen pada saat memasuki tahun ketiga mereka di perguruan tinggi.
"Iy-iya benar dia."
Hana menjawab sedikit terbata karena tidak menyangka respon Mita akan seperti itu padanya.
"Sebentar, bukankah dulu kamu pernah cerita pada kita kalau dia pindah ke Kanada saat kalian kelas dua SMP?" tanya Dira.
"Iya... jadi kemarin itu aku tidak sengaja bertemu dengan mbahnya Andra di Rumah Sakit. Kebetulan aku sedang mengantar kakak keduaku kontrol kehamilannya karena kakak iparku lagi ada tugas ke luar kota dan ibuku kebetulan lagi tidak bisa menemaninya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggal," jelas Hana.
Sejak kepergian Andra ke luar negeri, baru kali itu Hana bertemu dengan seseorang yang ada hubungannya dengan Andra.
Setelah perpisahan singkat dirinya dengan Andra kurang lebih tujuh tahun silam di depan gerbang kompleks perumahan Hana, berita mengenai Andra hilang begitu saja tak terdengar lagi olehnya.
Hana bukan tidak berusaha mencari tahu. Tapi dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa karena Hana mengira seluruh keluarga Andra termasuk neneknya pindah ke luar negeri waktu itu.
Hana juga teralihkan dengan kesibukannya mewujudkan cita-cita yang telah dia raih sekarang yaitu masuk perguruan tinggi negeri terbaik lewat jalur prestasi dan mendapat beasiswa.
"Terus, terus... Mbah nya Andra kasih tahu ke kamu tentang kabar Andra sekarang, Han?" tanya Mita lagi dengan nada penasaran.
"Aku tidak ngobrol terlalu banyak sama mbah nya Andra kemarin itu.. karena beliau langsung dipanggil suster untuk masuk ke ruangan dokter," lanjut Hana.
"Mbah nya Andra cuma sempat cerita bahwa Andra pindah dari Indonesia dan tinggal bersama ibunya di Kanada setelah kedua orang tuanya bercerai. Ibu Andra mendapatkan hak asuh penuh untuk merawat Andra. Karena mbah adalah ibu dari ayah Andra, makanya beliau tidak ikut mereka ke luar negeri."
"Setelah kepergian mereka ke luar negeri, Andra dan ibunya benar-benar hilang kontak dengan mbah dan seluruh keluarga dari pihak ayahnya Andra di Indonesia."
"Aku bisa lihat dan merasakan kesedihan di mata mbah saat beliau cerita tentang hal tersebut.. Kasihan mbah..." sambung Hana dengan nada sedih penuh empati.
Itulah cerita terakhir yang Hana dengar mengenai Andra dari perjumpaan tidak sengajanya dengan nenek Andra di rumah Sakit.
***
Kakak kedua Hana sudah melahirkan dan kini bayi perempuannya berusia sembilan bulan. Hari itu adalah jadwal keponakan Hana tersebut untuk mendapatkan imunisasi. Kakak Hana meminta tolong pada Hana untuk menemani suaminya membawa bayi mereka ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit.
Kakak Hana kebetulan sedang ada tugas luar kota dari perusahaan tempatnya bekerja sampai akhir pekan ini. Makanya dia meminta Hana menemani suaminya karena khawatir pasti akan kerepotan jika harus membawa bayi mereka sendiri ke dokter.
Sejak menikah sampai punya bayi, kakak Hana dan suaminya masih tinggal di rumah orang tua Hana. Mereka belum percaya jika bayi pertama mereka akan aman di asuh oleh orang lain selama mereka berdua bekerja. Karena kedua orang tua suaminya tinggal jauh di luar kota, makanya kakak Hana meminta tolong ibunya untuk sementara mengawasi dan mengasuh bayi mereka sampai cukup besar nanti.
Jika sedang tidak sibuk dengan kuliahnya, Hana kadang juga ikut membantu ibunya mengasuh keponakannya itu. Contohnya seperti sekarang ini. Ketika ibunya sedang ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan, Hana lah yang dimintai tolong kakaknya ketika dirinya berhalangan.
Kebetulan jadwal imunisasinya pada hari Sabtu dan Hana memang sedang libur sebelum semester akhir tiba. Sehingga dia bisa memenuhi permintaan tolong kakaknya itu.
***
Hana menggendong keponakannya diiringi kakak iparnya yang berjalan di samping Hana ketika mereka hendak menuju lantai atas Rumah Sakit tempat praktek dokter spesialis anak berada. Mereka memilih menggunakan tangga jalan ketimbang lift.
"Hana, sini si adek biar Mas saja yang gendong..."
Kakak ipar Hana menawarkan diri untuk menggendong anaknya yang sedang bersama Hana.
"Tidak usah Mas... biar Hana saja... khan mas sudah repot juga bawa tas bayi tuh..."
Hana menjawab sambil melirik ke tas bayi yang sedang dibawa kakak iparnya itu.
Bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan mengira kalau Hana dan kakak iparnya itu adalah sepasang suami istri yang baru memiliki seorang bayi.
Hana bisa merasakan itu ketika sesekali dia melihat tatapan aneh dari beberapa orang yang berpapasan dengan mereka di sepanjang jalan.
Usia Hana dan kakak keduanya memang hanya terpaut lima tahun. Sedangkan usia kakak ipar Hana seumuran dengan kakaknya itu. Jadi tak heran jika orang lain mengira dia adalah istri kakak iparnya itu.
Tanpa diduga dan disadari sama sekali oleh Hana, ternyata ada sesosok mata yang memperhatikannya dari arah berlawanan.
Sosok mata itu berada di tengah keramaian orang yang juga menaiki tangga jalan yang sama seperti yang dirinya gunakan. Dari arah yang berlawanan, sosok mata tersebut berpapasan dengan Hana yang sedang berdiri di atas tangga jalan sambil menggendong keponakannya yang masih bayi tadi.
🍁🍁🍁
Happy reading... 😘
Penasaran sosok mata siapakah itu?? ...
Ikutin terus ceritanya yaa.. dan jangan lupa like, vote, rate 5 and comment.. Terima Kasih!.. 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!