Dibawah Payung Hitam

Dibawah Payung Hitam

pindah ke Jogjakarta

" Bagaimana, Non, apa semuanya sudah siap?!"

Ghavi tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Bu Yoyon yang entah kapan berada dibelakangnya.

" Hmmm ..." Ghavi menghela napas dalam.

" Sudah, kok, Bu." jawabnya lantas melangkah turun dari jendela.

" Kalau sudah siap sebaiknya Non Ghavi segera berangkat. Takut ketinggalan bus. Itu Pak Yoyon sudah siap digarasi." beritahu Bu Yoyon sembari membawa koper yang hendak dibawa cucu almarhum majikannya itu.

" Oh, ya, Bu. Apa Pak Yoyon sudah memberi kabar orang dirumah eyang yang di Jogja?" tanya gadis berrambut hitam lurus sebahu yang sedang memakai kardigan hitam kesayangannya itu.

Kakinya melangkah keluar kamar mengikuti pembantunya menuruni anak tangga. Dilihatnya kamar yang untuk beberapa waktu kedepan akan ditinggalkannya entah sampai kapan.

" Bu, aku pamit, ya. Tolong jaga rumah ini dengan baik. Banyak kenangan dirumah ini." pamitnya dengan mata berkaca-kaca.

" Sudah, Non!" jawab Bu Yoyon memeluk gadis 18tahun didepannya itu penuh kasih

"Iya, Ibu janji akan merawat rumah ini dengan sebaik mungkin. Dirumah ini juga Ibu dan Bapak mengais rejeki." sahutnya parau.

Merekapun melangkah keluar rumah dan mendapati Pak Yoyon yang sudah siap dibelakang kemudi.

" Mari, Non!"

Tak butuh waktu lama bagi Pak Yoyon untuk segera sampai diterminal. kecakapan menyetirnya memang sudah tidak diragukan lagi.

" Hati-hati, Non! Semoga perjalanannya menyenangkan dan selamat sampai tujuan. Bapak sudah memberi kabar orang rumah untuk menjemput Non Ghavi begitu Non sampai di Jogja nanti." Pak Yoyon mengantar nona mudanya hingga diterminal keberangkatan.

" Terima kasih, Pak. Jaga diri kalian baik-baik, ya. Aku janji akan memberi kabar begitu sampai nanti" ucap Ghavi memeluk Pak Yoyon dengan erat. Dia begitu sayang pada sepasang suami istri yang telah merawatnya dirinya sejak masih bayi merah tersebut.

" Salam untuk Ibu dirumah." lanjutnya seraya melepas pelukan.

" Baik, Non. Hati-hati!" balas Pak Yoyon menyeka sudut matanya yang basah dengan lengan seragam supir yang dikenakannya.

🚌🚍

Perjalanan bus dari Jakarta-Jogjakarta masih jauh. Ghavi yang sedari tadi melihat pemandangan luar bus melalui jendela pun mulai bosan. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Setelah mencari posisi tidur yang pas, dikatupkannya matanya untuk segera lelap. Kepalanya direbahkan pada jendela bus karena kebetulan dia mendapat tempat dipinggir jendela.

Seharusnya itu menjadi posisi yang pas tanpa harus terganggu oleh lalu lalang orang yang keluar masuk bus.

Sepuluh menit berlalu. Tapi dirinya masih belum juga terpejam meski sudah berusaha keras. Entah kenapa dia justru gelisah. Atau mungkin karena ini perjalanan pertama kalinya menggunakan bus?? Entahlah. Yang jelas gadis itu bukannya tertidur, malah semakin terjaga.

" Huufft ...!!" iapun menghela napas dalam dan berat.

Akhirnya demi mengusir kebosanan, dibukanya ponsel untuk mengusir jenuh. Tangannya berselancar mencari-cari Universitas mana yang menurut dia bagus dan sesuai kemampuan akademiknya.

Jari jemarinya masih aktif menscroll informasi tentang syarat pendaftaran di Universitas yang akan dia daftar nantinya, sampai dia dikejutkan oleh sebuah suara di sampingnya.

" Boleh aku duduk disini??" tanya sebuah suara.

Ghavi pun menoleh asal suara dan mengangguk. Matanya kembali fokus pada benda tipis ditangan kirinya.

Merasa tak ada penolakan, orang tersebut langsung menjatuhkan tubuhnya pada kursi kosong disebelah gadis mungil yang sedang asyik dengan dunianya.

" Thanks!" ujarnya dengan napas cukup memburu.

Sepertinya orang itu baru saja berlari mengejar bus agar tidak tertinggal. Terlihat dari caranya duduk barusan dengan napas terengah. Dibukanya kemasan botol air mineral yang ada ditangan kanannya lalu ditenggaknya hingga sisa setengah.

" Kemana tujuanmu??" tanyanya sok akrab.

Ghavi hanya mengendikkan bahu tanda tak peduli.

" Kenalkan, namaku Harry. Kamu?!"

Ghavi masih saja cuek. Bahkan dia sengaja memasang earphonenya demi menutupi telinganya guna menghindari percakapan orang asing disampingnya yang dianggap berisik dan menganggu konsentrasinya berselancar.

Orang itupun sedikit geram merasa pertanyaannya tak ada tanggapan.

" Heh, kamu tuli, ya?"

Ghavi masih terus asyik berselancar diinternet tanpa mau menjawab pertanyaan orang disebelahnya yang sok akrab itu. Toh dia tidak kenal ini, pikirnya. Lagipula, orang itu adalah orang asing yang perlu diwaspadai. Jadi, jangan sok akrab, pikirnya lagi.

Merasa tak ada tanggapan, orang itupun kesal. Dilepaskannya earphone ditelinga Ghavi dengan kasar.

" Heh! Kau tuli atau bagaimana?? Dari tadi aku tanya tak dijawab." sungutnya marah.

Ghavi pun tersentak. Dia marah karena earphonenya diambil paksa.

" Kkau ...!!" geramnya.

Gadis itu benar-benar tidak mengira orang yang ternyata seorang laki-laki muda itu berani merebut paksa benda miliknya.

Mata keduanya bersitatap tajam.

' Hmm ... cantik juga, nih bocah. Sayang mukanya terjal seperti jalan gunung yang baru dibuka dan belum tersentuh aspal.' bathin si laki-laki.

Sementara si gadis bergumam dalam hati:

' Cakep. Hidungnya mancung. Pipinya mulus layaknya jalan tol.'

Tidak seperti dirinya yang bopeng penuh bekas jerawat.

' Aahh!! Mikir apa, si aku '. gumamnya sembari menggelengkan kepalanya.

" Heh, kau cari masalah, ya?! Balikin earphoneku!!" gertak Ghavi lumayan kencang sampai-sampai penumpang yang ada disamping sebrang kursi mereka menoleh terganggu.

" Enggak!" sahut si laki-laki yang mengaku bernama Harry itu menjauhkan benda yang dimaksud Ghavi.

" Balikin, nggak?!" ancam Ghavi mulai kesal.

" Kalau aku nggak mau balikin, kau mau apa??" tanyanya memancing.

" Balikin!!" tukas Ghavi sembari mencondongkan tubuhnya berusaha merampas kembali kepunyaannya.

Sejenak tubuhnya merasa terhipnotis.

' Gila. Wangi sekali, nih cowok. Sudah cakep, wangi lagi.' gumamnya dalam hati.

Sementara laki-laki itu juga tertegun. Dia tidak menyangka posisi keduanya akan begitu dekat seperti itu. Dia pun merasa tersihir dengan wangi rambut si gadis.

Untuk ke sepersekian detik keduanya tersadar dengan sikap mereka.

" Balikin, nggak. Itu punyaku. Sini!!"

" Nggak, sebelum kau minta maaf padaku." ujar Handy membetulkan duduknya.

" Whaatt?? Nggak salah, itu earphoneku jadi aku berhak memintanya. Dan lagi, kau yang salah jadi kau yang seharusnya meminta maaf. Cepat balikin!" pinta Ghavi jengah.

" Ssstt ... !!! Berisik. Suara kalian mengganggu kenyamanan penumpang lain."

Terdengar suara ibu-ibu yang duduk di seberang mereka. Merasa diperingatkan, Ghavi dan Harry pun menutup wajah mereka karena malu.

" Aiissh ... kau, sih. sini cepat balikin earphoneku." bisik Ghavi masih dengan nada kesal. Suaranya dibuat sepelan mungkin takut mendapat teguran lagi. Malu.

" Enggak, sebelum kau meminta maaf karena sudah bersikap tidak sopan karena mengabaikan pertanyaanku." sahut Harry ikut-ikutan memelankan suaranya.

Ghavi pun akhirnya menyerah. Dia tidak mau bersitegang lagi dengan laki-laki asing disampingnya itu. Dia berharap dengan meminta maaf Harry tidak akan mengganggunya lagi.

" Ok, ok, maaf!" ucap Ghavi mengalah.

" Sekarang balikin punyaku." pintanya menengadahkan tangan kanannya.

" Nggak, sebelum kau jawab pertanyaanku tadi."

" Pertanyaan yang mana??"

Melihat mata Harry melotot, Ghavi pun akhirnya menyerah.

" Baik, lah. Namaku Ghavi. Aku dari Jakarta dan ingin ke Jogja, puas??!!"

Harry mengulum senyum tanda kemenangan.

" Nah, gitu, dong. Dari tadi, kek. Gak perlu bersitegang dulu, kan. Nih ... !" diserahkannya benda berkabel itu pada si pemiliknya.

Ghavi pun memasangkan earphonenya bermaksud tidur. Namun, baru beberapa menit berlalu Harry mencolek tangannya.

" Eh, jangan tidur, dong! Temani aku ngobrol."

" Apaan, sih. Aku ngantuk mau tidur."

" Please, jangan tidur. Temani aku ngobrol. Kalau kamu tidur, nanti aku juga ikut ketiduran. Sebentar lagi aku harus turun."

Harry terus membujuk Ghavi untuk menemaninya ngobrol.

" Aku itu lagi capek. Kalau kamu nggak temani aku ngobrol nanti aku bisa ketiduran. Terminal depan aku turun soalnya."

Akhirnya Ghavi mengalah. Dia pun lebih banyak mendengarkan cerita Harry daripada dirinya yang bercerita. Hanya sesekali dia menanggapi. Tapi, karena tubuhnya sudah lelah setelah berjam-jam duduk dibus, akhirnya dia mulai mengantuk. Lama-lama dia menanggapi cerita Hari hanya dengan gumaman hingga pada akhirnya Ghavi menyerah dan terkulai dipundak Harry.

Harry pun tersenyum melihat Ghavi yang benar-benar terlelap. Akhirnya Harry membiarkan pundaknya sebagai sandaran.

Satu jam kemudian bus yang meraka tumpangi sampai diterminal tujuan Harry. Harry bermaksud membangunkan Ghavi, sebab dirinya harus turun. Tapi dia tidak tega melihat betapa pulasnya gadis itu tertidur.

***

#maaf jika ada banyak kesalahan,

maklum baru pemula.

saya tidak memaksa reader untuk memberikan apreasinya. semua tergantung keikhlasan kalian saja. tapi, kalau ada yang mau kasih kritik dan saran membangun silakan, saya sangat berterima kasih sekali.🙏🙏

Terpopuler

Comments

erik yk

erik yk

semangat kak, ghavi suruh mampir k tmpatku y kak
aku jg orang jogja

2022-05-15

1

Lady Athena

Lady Athena

menyimak..

2021-08-05

0

🦄NY

🦄NY

Uwuw

2020-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 pindah ke Jogjakarta
2 hari yang melelahkan
3 pertemuan yang tak terduga
4 dosen baru
5 memberitahu eyang
6 menyampaikan surat wasiat
7 Mungkinkah DIA?!
8 Pingsan
9 sebuah keputusan.
10 kalang kabut
11 Pergi bertiga
12 Pulang
13 menjenguk eyang
14 terbang ke Jakarta
15 sebuah pengakuan
16 sebuah pengakuan
17 jalani saja dulu
18 menjadi orangtua sehari
19 aku puas
20 Panggil aku 'Papa'
21 merajuk
22 Merasa dibodohi
23 Tidurlah dengan tenang dan bahagia
24 kesalah pahaman
25 Kalian orang yang berbeda
26 jangan panggil aku 'bapak' lagi
27 Kamu, tuh aneh, deh, Mas.
28 just information
29 hubungan yang rumit
30 persetujuan
31 tua asal kaya
32 kerumah sakit
33 Apa aku mengganggu?!
34 firasat
35 kalian?!
36 kejutan satu
37 kejutan dua
38 istilah roti tawar
39 sebuah pengakuan
40 kaget
41 mulai mencintainya
42 meninggal
43 menghibur atau meledek?!
44 sekilas info
45 pengumuman lagi
46 Telpon tengah malam
47 Sesak
48 Undangan
49 Say Thanks
50 Rekomendasi pertukaran mahasiswi
51 Tawaran ke Ausie ( juga)
52 Marah
53 perjalanan baru dimulai
54 bertemu dengan jagoan kecil
55 Tante Obat Gosok
56 Kecelakaan kecil
57 Gagal membujuk
58 Drama Pagi Hari
59 Malam Pertama Bintang
60 Belut
61 Baby ARISAN
62 Kedatangan Harry
63 Kabar yang Terlewat
64 Telpon dari Bintang
65 Menagih Oleh-oleh
66 Berjumpa dengan Teman Kecil
67 Bertemu Lagi ( 1 )
68 Bertemu Lagi ( 2 )
69 " Bisakah kita memulainya lagi dari awal?!"
70 Menahan Rasa Ingin ...
71 Menjenguk ( 1 )
72 Menjenguk ( 2 )
73 Tetangga Baru, Orang Lama
74 Meminta Ijin
75 Pulang Satu Mobil
76 Sekilas info
77 Seperti Seorang Ibu dan Anak
78 Jadi Penculik
79 Habis Dilahap Berdua
80 Habis Dilahap Berdua
81 Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
82 Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
83 Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
84 Sekedar pemberitahuan
85 Calon
86 sekedar unek-unek saja
87 Keceplosan
88 Cemburukah Dia?!
89 Perkara Sayur
90 Kenyataan Pahit
91 Tamu Jauh
92 Maunty ( Mama-Aunty )
93 Berrebut Perhatian
94 Pilih Kasih
95 Andai Saja
96 Kabar Buruk
97 Tersinggung
98 Berkunjung ke Rumah Sakit
99 Tamu tak Diundang
100 Iri
101 Alergi
102 Seandainya saja ...
103 Gegara celengan
104 Kedatangan Vika
105 Memohon
Episodes

Updated 105 Episodes

1
pindah ke Jogjakarta
2
hari yang melelahkan
3
pertemuan yang tak terduga
4
dosen baru
5
memberitahu eyang
6
menyampaikan surat wasiat
7
Mungkinkah DIA?!
8
Pingsan
9
sebuah keputusan.
10
kalang kabut
11
Pergi bertiga
12
Pulang
13
menjenguk eyang
14
terbang ke Jakarta
15
sebuah pengakuan
16
sebuah pengakuan
17
jalani saja dulu
18
menjadi orangtua sehari
19
aku puas
20
Panggil aku 'Papa'
21
merajuk
22
Merasa dibodohi
23
Tidurlah dengan tenang dan bahagia
24
kesalah pahaman
25
Kalian orang yang berbeda
26
jangan panggil aku 'bapak' lagi
27
Kamu, tuh aneh, deh, Mas.
28
just information
29
hubungan yang rumit
30
persetujuan
31
tua asal kaya
32
kerumah sakit
33
Apa aku mengganggu?!
34
firasat
35
kalian?!
36
kejutan satu
37
kejutan dua
38
istilah roti tawar
39
sebuah pengakuan
40
kaget
41
mulai mencintainya
42
meninggal
43
menghibur atau meledek?!
44
sekilas info
45
pengumuman lagi
46
Telpon tengah malam
47
Sesak
48
Undangan
49
Say Thanks
50
Rekomendasi pertukaran mahasiswi
51
Tawaran ke Ausie ( juga)
52
Marah
53
perjalanan baru dimulai
54
bertemu dengan jagoan kecil
55
Tante Obat Gosok
56
Kecelakaan kecil
57
Gagal membujuk
58
Drama Pagi Hari
59
Malam Pertama Bintang
60
Belut
61
Baby ARISAN
62
Kedatangan Harry
63
Kabar yang Terlewat
64
Telpon dari Bintang
65
Menagih Oleh-oleh
66
Berjumpa dengan Teman Kecil
67
Bertemu Lagi ( 1 )
68
Bertemu Lagi ( 2 )
69
" Bisakah kita memulainya lagi dari awal?!"
70
Menahan Rasa Ingin ...
71
Menjenguk ( 1 )
72
Menjenguk ( 2 )
73
Tetangga Baru, Orang Lama
74
Meminta Ijin
75
Pulang Satu Mobil
76
Sekilas info
77
Seperti Seorang Ibu dan Anak
78
Jadi Penculik
79
Habis Dilahap Berdua
80
Habis Dilahap Berdua
81
Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
82
Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
83
Bertemu Om dan Tante Rudi ( Lagi )
84
Sekedar pemberitahuan
85
Calon
86
sekedar unek-unek saja
87
Keceplosan
88
Cemburukah Dia?!
89
Perkara Sayur
90
Kenyataan Pahit
91
Tamu Jauh
92
Maunty ( Mama-Aunty )
93
Berrebut Perhatian
94
Pilih Kasih
95
Andai Saja
96
Kabar Buruk
97
Tersinggung
98
Berkunjung ke Rumah Sakit
99
Tamu tak Diundang
100
Iri
101
Alergi
102
Seandainya saja ...
103
Gegara celengan
104
Kedatangan Vika
105
Memohon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!