“Suatu saat nanti, sa bakal lihat apa yang selama ini ko pendam. Bahkan..jauh lebih luar biasa dibanding piala yang bakal sa terima di atas panggung.”
♡♡♡
Duduk sembari memotret lewat bola mata, banyak piala berjejer rapi akan diserahkan kepada sang juara baik bidang materi pun olahraga.
Kok dentuman tak enak berasal dari Rara saat tak ikhlas melihat mereka akan menerima piala terbaik itu terbentang depan mata sendiri?
Jujur, ini menyakitkan. Sangat.
Kenapa sih Tuhan tidak memberikan dia kesempatan buat menang juara dua atau paling tidak tiga deh di bidang olahraga, badmintoon. Kok selalu saja mencetak kegagalan bukan keberuntungan?
Kan, badmintoon itu hobi paling digemari Rara sejak masih SMP bahkan sempat di bawa latihan langsung oleh tantenya, Salwa di teman baiknya. Tapi berhenti karena beliau tidak menemani latihan lagi.
Hanya tersenyum miring.
O2SN yang kali pertama diadakan oleh smk ypkp adalah catatan sejarah panjang yang bakal terngiang dalam benak mereka sudah ikutserta lomba yang sudah disediakan oleh panitia.
Apalagi mereka yang sudah berada di penempatan terbaik, sang juara. Tentu bakal menjadi cerita nanti ke anak-anak mereka.
Lalu cerita apa yang bakal di tuangkan Rara suatu saat bakal memiliki anak? Dulu mamamu bodoh, Nak, tidak pernah menduduki juara apalagi yang harus dibanggakanyah kan, Nak? Punya Mama bodoh seperti ini lalu Rara tersenyum sangat retak.
Menghalau pikiran jelek itu, “cie..yang juara debat bahasa inggris,” dengan cara menyenggol sahabatnya penuh irama gelisah masih belum terima tidak masuk juara di badmintoon.
“Haha ini belum dari akhir segalanya, Ra. Sa masih banyak belajar juga.” Avisa berusaha menenangkan perasaan dia, sudah jelas dari intonasi itu terdapat cemburu tidak bisa menjadi juara walau sekalipun di bidang olahraga di mana adalah hobi Rara sendiri.
Debat bahasa inggris, indonesia, bultang, tenis meja, fisika, kimia, animasi dan akuntansi. Lomba yang sudah diraih pemenang akan diberikan piala tersebut dengan wajah mengembang senang.
Oh yah mengingat lomba animasi, kok menambah retak dada Rara? Benar saja, dulu waktu SMP menginginkan posisi bisa gambar animasi. Tapi, tidak perlu berharap banyak juga sih karena memang dari lahir Rara payah dalam hal apapun termasuk badmintoon.
Dan menjadi juara animasi tahun ini adalah Indra dan Andi, teman sekelas yang memang terkenal dengan hobi menggambar yang luar biasa bagi family multimedia.
Jadi, tidak heran kalau mereka berdua menempati posisi penjuaran kategori animasi.
Avisa melihat dia menahan getir hebat, “sudah, tra usah pikirkan lomba ini, hanya antar-kelas kok. Bukan senasional.” Kata Avisa menenangkan. Tapi tetap buat gadis itu merasa tak berguna sama sekali.
Kan, ingin membanggakan orang rumah selalu melambung tinggikan saudara-saudaranya terutama kakak kandungnya yang selalu memborong peringkat satu atau dua.
“Kalau begitu ndak usah mi palle ikut lombanya lagi.” Saat daun telinga mendengar penolakan halus grandma, Shita. Cukup buat hati Rara tertohok.
Saat terbangun sudah telat buat ikut semi final badmintoon, semakin buat Rara protes kenapa grandma tidak membangunkannya padahal malam itu berpesan buatdibangunkan.
“Ah, masa tidak ikut tuh? Sudah main capek-capek baru, Nek.” Sempat Rara berseru protes saat mengadu pengen sakit karena lelah ikut lomba tadi di sekolah.
“Dari pada nanti kamu sakit?”
Buyar sudah ingatan itu, saat mc mengambil alih posisi untuk berbincang-bincang dan memberi apresiasi sekolah mereka kali pertama mengadakan lomba O2SN.
Kadang-kadang Rara tertawa hambar saat, “ke kamarnya sana, banyak makanan,” atau “tra usah tanggapi kalau dia bicara.” Sedih. Rara menanggapi diri memang tidak dibutuhkan atau lebih tepat semesta tidak ikhlas dia ada dalam menapaki kaki di bumi.
Kalau memang ada yang bruntung di dapati Rara dalam pertemanan, paling nggak di manfaatin doang lewat fasilitas berupa rupiah atau benda-benda sedang booming dimiliki gadis itu.
Sempat merasa dimanfaatin kala duduk di bangku SMP, tapi Tuhan kirimkan kado terbaik lewat Avisa, memberi sayap-sayap tulus menjelma aroma surga, hidayah tak terduga. Saling melengkapi, kadang gantian traktiran. Seperti .. Avisa adalah sahabat terbaik dalam mengerti situasi hati pun materi.
Kembali ke nafsi tak bisa dihandalkan. Berbanding terbalik dengan saudara-saudaranya selalu memborong prestasi di sekolah. Ah, payah..getir Rara dalam batin.
Rara selalu iri dengan satu sahabatnya itu, selalu di dukung apapun keputusan dilantang dengan resiko terberat sekalipun orangtuanya tidak pernah mengatakan tidak atau menolak.
Jadi, kecantikan sebenarnya hanya pada otak dan rendah hati seorang perempuan saat disanjung pintar. Tidak sombong istilahnya.
“Suatu saat nanti, sa bakal lihat apa yang selama ini ko pendam. Bahkan..jauh lebih luar
biasa dibanding piala yang bakal sa terima di atas panggung.” Avisa berbisik sangat lembut penuh makna, sembari telunjuk mengarah pelan ke arah panggung.
Buat Rara sontak bengong, “pendam? Hal apa?”
“Yah, paling tidak sebuah bakatlah. Ko bakal tahu sendiri kok, Ra. Please yah..dont
crying. Ini hanya lomba antar-kelas, okay?!” Lagi, Avisa memberi penyemangat dalam nafsi terbentang oleh gagal dialamatkan ke Rara.
Bakat yang terpendam. Apa eh? Pikir Rara susah payah. Nihil, tidak menemukan sercecah apapun mengenai perkataan sahabat sendiri.
Apa Avisa ingin menertawai dirinya kalau tidak memiliki apa-apa selain payah dan selalu saja gagal? Hah?
“Wih, bro..bro, ko dapat juara pertama eh? Selamat!” Ucap salah satu teman kelas Rara
duduk tak jauh dari mereka berdua. Dibelakang bangku ke lima dari posisi dua perempuan itu.
“Iyo eh, sa juara dua nih we! Jan lupakan sa disini juga pemenang.” Kata Andi, protes belum diberikan apresiasi oleh teman-temannya.
Diam-diam Rara melirik ke belakang, ada pemandangan yang buat hati itu semakin tenggelam akibat diksi iri dan cemburu belum bisa mendapatkan yang terbaik.
“Ada bandnya Kak Luthfi mau tampil, Ra?!” Seru Avisa sambil menunjuk-nunjuk arah panggung.
Rara pun berbalik, tersenyum samar. Masih belum sembuh akibat overdosis iri itu berasal dari teman sekitarnya termasuk sahabat sendiri.
Kok terlihat kebingungan, semakin buat satu kening Rara terangkat.
Deg. Tetiba telinga Rara berdenyut perih.
Apa yang terjadi di atas panggung semakin buat penonton berlarian membubarkan diri.
Rara masih bisa menangkap wajah sesal cowok itu sambil menenangkan penonton untuk kembali ke tempat semula. Nihil. Mereka sudah berpencar.
“Ra?! Kenapa masih duduk kah, ayo..kita pulang sudah! Sa telinga sakit nih.” Kesal Avisa menarik lengan sahabatnya dengan kasar.
Oh, God. Penampilan itu gagal karena kabel dihubungkan dari gitar mengalami keretakkan menimbulkan decih perih di pendengaran orang lain.
♡♡♡
Rara sudah penasaran lagu apa yang bakal dibawakan cowok terbilang cuek itu di atas panggung.
Arg. Mendesah sepanjang perjalanan ke warung bakso langganan.
“Setelah makan dari sini, sa rebahan kah di ko rumah?” Kata Avisa dengan riang.
Dia hanya melamun tak mendengar dengan baik.
“Ko kenapa Ra? Dari tadi melamun trus, ko capek kah?” Lagi, Avisa berbicara berusaha menarik perhatian sahabatnya yang hanya diam dari tadi.
Menggeleng dan tersenyum. Sebisa mungkin tidak menampilkan kecurigaan Avisa apa yang buat dia melamun dan gelisah seperti itu, “sip. Nanti kita singgah dulu ke sa rumah, sa tahu kalau ko tulang-tulang retak karena duduk terlalu lama.” Kata Rara dengan kekehan.
“Ji..pikir sa sudah tua kah, sembarang saja!” Avisa berseru protes. Selepas makan dari warung favorit mereka sudah berada dalam kamar Rara.
“Jan kasih nyala ac! Nanti yang ada sa pulang menggigil besok tra bisa masuk sekolah.” Avisa langsung cemberut yang dibalas tawa-derai mengejek.
Rara pun rebahan lalu bermain HP sedangkan perempuan itu sudah tampak mengendus sebuah kebohongan diantara mereka berdua. Jelas dari raut wajah itu mengernyit apa benar yang ditakutkan terjadi?
“Ra?” Panggil Avisa dengan intonasi berbeda, jelas semakin buat gadis itu risi lalu berbalik malas dengan dehaman.
Avisa menggeleng dan mengatakan tidak jadi deh lalu duduk di kursi putar Rara sambil melihat-lihat novel koleksi sahabatnya itu dengan pikiran yang tatumpuk.
Penasaran.
Tapi, Avisa takut mengatakan sebenarnya yang ada dia bakal mengamuk, sudah tahu sendiri kalau Rara sensitif. Toh, Avisa sadar diri juga kok kalau sahabatnya itu cantik dan wajar saja kalau ada cogan menyukai dia.
“Ra kalau memang ko ada rasa sama Kak Luthfi, bilang saja. Sa tra bakal marah kok.” Doar. Akhirnya tercetus juga kan.
Sontak buat Rara terkejut dengan penuturan sahabatnya itu, memperbaiki posisi dengan
duduk, “sejak kapan sa bilang begitu ke ko?” Jujur, Rara sangat kaget kenapa bisa sahabat sendiri tahu?
Avisa tertawa sumbang, “tra usah tutupi lagi, Ra. Sa sudah bisa baca dengan jelas saat ko masih duduk bingung dan penasaran lagu apa yang bakal Kak Luthfi bawakan toh?”
Deg. Sempurna sudah pernyataan Avisa membenarkan apa yang dirasakan gadis itu
tadi di sekolah.
“Kalau memang ko sudah tahu, sa lebih pilih sahabat karena..”
“Tra mau persahabatan kita hancur? Tahu kita suka cowok yang sama?” Avisa memotong dengan cepat.
Avisa lalu menceritakan kenapa tidak menginginkan hal itu terjadi karena mereka
bertemu karena mantan yang sama. Dan, tidak ingin merasakan patah hati kedua kali.
“Sa ikhlas kok, Ra kalau memang ko mau dengan Kak Luthfi. Lagian ko cantik kok, wajar kan kalau ada cogan yang kejar ko?” Avisa pun berterus terang.
Kok Rara semakin jengkel dengan kalimat sahabatnya itu?
“Dengar eh?! Sa paling tra suka disangkut pautkan dengan namanya cantik atau semacamnya!Karena memang sa merasa tidak seperti apa yang ko bilang! Ko juga, sa sudah bilang toh kalau sa lebih pilih persahabatannya kita bukan cinta!” Buar! Pecah sudah amarah itu.
Semakin buat Avisa tertegun lalu menarik ransel disampingnya, “sa balik dulu, Ra,
pialaku sa titip di rumahmu dulu. Kapan-kapan baru sa ambil, assalamualaikum, salam
juga buat mamamu.” Sebisa mungkin perempuan itu menahan bulir yang hampir jatuh dengan sombong dipelupuk mata.
Apa yang Rara lakukan selain lihat sahabatnya pulang begitu saja, kebetulan ada anak buah Omnya datang mengambil barang di gudang samping rumah Rara, jadi..tidak perlu ada pembicaraan buat menahan Avisa lebih lama lagi.
“Maaf..” Getir Rara sendiri, saat sudah melihat Avisa pergi.
Kalau perlu, ingin kembali memutar detak retak melebur kidung persahabatan mereka tidak menggunakan diksi kasar. Sebab, Avisa itu sahabat paling mengerti diri pun tahu kondisi ekonomi orangtuanya, batas penjual kue seribuan, kadang Avisa yang traktir lebih kalau pergi ke Mall Jayapura. Sahabat tahu, nafsi tak memiliki rupiah banyak, hanya bergantung pada keluarga, itu pun kena semprot protes kenapa meminta rupiah
terbilang banyak?
“Avisa, kayaknya kita ke MJ kapan-kapan saja eh? Soalnya, sa nenek marah-marah jadi, kalau sa minta uang lebih, apalagi kemarin su minta. Minggu depan begitu kah? Supaya sa bisa kumpul uangnya?” Sempat Rara menginfokan dengan getir.
Tidak ada teman terbaik yang mengerti posisi materi pun terkulai atau menjerit oleh lembar-lembar dalam dompet kecuali Avisa.
Memang, Avisa mengerti keadaan lembar tersebut dalam dompet kalau sesak tidak bisa melulu minta uang lebih. Kadang, perempuan hijabers itu lihat sendiri, Rara kalau ingin membeli sesuatu pasti menabung walau berat.
Kembali ke kamar dan membuang badan dengan kasar, melihat piala itu dengan perasaan campur aduk.
“Kenapa sih ko dicampakkan? Padahal semua orang pengen rebutkan ko bukan cinta.” Rara tertawa miring.
Rara sadar kok, kalau pertemuan mereka karena mantan yang sama seperti dikatakan Avisa tadi dalam kamar.
Ironis bukan? Keretakan itu bakal terulang lagi dan berakhir bukan seindah saat Avisa lebih dulu menciptakan obrolan di chat facebook.
Apa mereka tidak bakal bertemu selama mood kurang bagus setelah apa yang Rara lontarkan tanpa sadar meninggikan nada itu ke sahabat sendiri?
Rara mengelus sangat harap pada piala milik sahabatnya itu, “maaf..sa tahu sa salah, tapi kalau memang dia tra mau bicara sama sa, tra bakal menyalahkan dia juga.” Rara berucap sangat lirih. []
Notes :
Tong \= Kita
Mi dan Palle \= Kata Imbuhan dari Logat Makassar.
Jang \= Jangan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Lusiana Rossa Official
rara, lop yu. ayo semangat terus❤
2020-11-20
1