2. Angan sebatas Imajiku

“Mendadak kepikiran saat bermain petikan gitar, bisa menjadi warning kalau Avisa tahu, menginginkan sebuah kidung tersebut.”

Album terlampir lembar nostalgia, sambil memikirkan apa kesalahan diri di masa lalu, “tidak ada sama sekali.” Cetus Rara dengan getir.

Cinta yang di berikan oleh mantan, begitu sulit di lupakan, karena hanya ia dan Avisa menganggap dirinya manusia saat yang lain melihat sampah tidak berguna.

“Rara!” Teriak perempuan itu dari arah bawah, melihat dengan malas.

Hambar. Perasaan itu berkecamuk. Setiap kali ingin bernostalgia di tangga sendiri, selalu saja telinga Rara mendapatkan penuturan begitu berbalut keki dari sahabat.

“Kenapa sih masih hobi sendirian?! Tra baik melamun begini, nanti ko sakit lagi.” Avisa mengingatkan sambil mengelus pundak sahabatnya.

Sakit? Apa kah orang rumah bakal menaruh peduli saat tahu Rara merasakan sakit.

Avisa amnesia kah? Kalau di rumah saja, tidak memiliki tempat untuk pulang mengadu, kenapa harus peduli dirinya melamun begitu?

Kehilangan semangat. Saat Rey memilih pergi.

“Jangan siksa diri lagi, Ra. Kasihan badanmu.” Avisa mencoba menenangkan patah hatinya.

“Trada, hanya bingung saja sih. Padahal kan, dulu sa isikan Rey pulsa tanpa sepengetahuannya, supaya de tidak dapat marah, karna minta jatah pulsa di Mamanya ulang-ulang.” Ada yang sakit, saat mengatakan kalimat itu.

Avisa tertunduk melihat wajah yang masih sama, mencintai satu orang yang sulit terhapuskan begitu saja dalam dada.

“Bagaimana kalau kita ke kantin depan sekolah saja? Pen makan bakso,” rajuk Avisa dengan pupy eyesnya. Buat Rara tersenyum, lalu berdiri ke kelas mengambil dompet dalam ransel.

Saat sampai di sana,

“Kenapa ko lebih pilih masuk di smk sih? Bukannya ko mau masuk di smansa?” Rara heran sendiri sambil menunggu pesanan mereka datang.

Justru Avisa terdiam sambil memberikan senyum terbaik, itu bukan bahagia tapi menyembunyikan luka.

Tidak lama kemudian, “sa lebih pilih keperawatan saja, karena di smk ada ko, trapp sa sudah ikhlaskan teman- temanku di sana walau sempat di protes sih sa tra masuk sama-sama mereka.” Setelah itu di selingi tawa.

Bukan. Ada senyum miring di tampilkan, karena yang di butuhkan Rara adalah keterbukaan bukan menenangkan diri. Harus kah mengorbankan pertemanan untuk memilih Rara yang tidak sebaik mereka di sekolah yang berbeda dengannya?

Tidak, ini bukan kali pertama Rara mendengarkan alasan itu, karena dulu menunggu martabrak, lagi nyander di samping motor, “sa pengen jadi dokter, supaya bisa obati keluarga. Ko tahu sendiri toh, Ra? Kalau sa ade sering sakit-sakitan. Apalagi adeku yang paling kecil. Makanya, sa ambil jurusan keperawatan di smk.” Penuh dengan intonasi lirih pun bercampur harap.

Apa kah itu adalah alasan utama yang menjadi prioritas Avisa berada di smk?

Rara mengambil jurusan multimedia. Jurusan yang menjadi mimpi waktu masih sekolah menengah pertama. Tak luput dari gagal, saat pengambilan nilai raport di sekolah.

Ada cita ingin di kembangkan lewat jurusan yang di pilihnya. Hanya sebatas dalam angan pun di kemas sendiri tanpa bercerita, sebab otak di bawah rata-rata.

“Ra! Kenapa makan sambel banyak! Sa kasih tahu ko nenek sekarang nih?!” Avisa berseru kesal, tak memerhatikan sahabatnya menuangkan sambel terbilang banyak dalam mangkuk baksonya.

“Ih, jan lebay sudah, sedikit ini lagian macam ko brani lapor sa nenek saja.” Rara justru membalas dengan mencemooh.

Avisa berdecak pinggang, tak habis pikir dengan dia. Selalu saja mencari cela buat menyakiti diri sendiri, “jangan dzolimi diri sendiri, Allah tidak suka itu, Ra.” Kok mendadak Avisa sangkutpautkan agama sih?

Jelas Rara senang dan tidak ada protes yang di perlihatkan setiap kali di nasehati. Sebagai seorang sahabat bukan hanya senang saja melainkan mengajak ke jalan kebaikan. Hanya kalau sudah masuk persoalan sambel, Rara tetap ngeyel.

Mendengar tutur kata yang mencegat makan sambel, Rara teringat perkataan Faqih dalam membicarakan diri Rara yang tidak sesuai fakta. Itu sangat sakit. Rara tidak terfokus soal perasaan yang masih sama, melainkan kenangan manis yang di lakukan Avisa, sama persis.

“Katanya sih Mamanya Rey bilang ko orangnya matre, Ra. Makanya dia selalu dapat marah setiap kali minta uang jajan lebih, terutama uang pulsa. Selalu minta dan habis trus.” Terus terang Faqih kala Rara minta penjelasan to the point. “Tapi, Ra yang sa lihat dari matanya Rey, masih ada rasa sayang dengan ko. Tapi, dia berusaha tutupi dengan cara cuek setiap kali ketemu ko.” Lanjut Faqih, tapi Rara sudah berjalan gusar ke kantin tetap masih terdengar di telinga.

Menusuk tanpa melihat pembuktian nyata, dulu Rara sembunyi-sembunyi mengirimkan pulsa lebih. Kenapa, selalu saja di salah pahamkan sama orang lain? Mereka hanya pandai menilai dari cover namun bodoh dalam menganalisis lebih detail.

Selalu saja peka dan menangkap nestapa di wajah Rara. “Kenapa?” Lalu di berikan sebuah tanya penasaran.

“Ah, trada,” Rara berusaha mengelak.

●●●●●●

Lagi, terduduk dengan termangu menatap nostalgia tampak bertamu di pikiran Rara dengan belagu.

“Ra?” Ada yang memanggil dari arah bawah, tapi bukan suara Avisa.

Hanya melihat ke arah bawah dan memberikan senyum sekena saja.

Sejak Rey mengumandangkan pamit dari dua puluh empat januari, Rara merasakan sepi. Seolah-olah teman sejurusan pada pergi dari dirinya. Apalagi tahu Avisa belum keluar kelas.

Itulah yang buat dia hobi duduk melamun, bukan mencari validasi melainkan ketenangan diri yang bahkan sudah menjadi pusat perhatian warga smk sedang berlalu-lalang menggunakan tangga.

“Ra?” Lagi, dengan suara yang sama. Lalu di balas dehaman saja.

“Daa..”

“Eh?” Spontan buat Rara melongo.

Ah. Kenapa ada desir aneh lagi bertebaran di perut seperti.. Jatuh cinta?

“Dor! Kenapa melamun lagi sih? Masih pikir Rey? Sudah ah tra usah berharap dia kembali, soalnya cowoknya pengecut!” Bukan semangat, saat Avisa datang menghampiri melainkan sedikit risi, karena ada desir yang mengusik isi hati gadis itu.

Fiuh. Harus kah memaksa seseorang melupakan perasaan yang selama ini menanggapi nafsi manusia setelah di perilakukan tak adil di rumah?

Rara tidak banyak bicara, melainkan berjalan gontai ke kelas yang di susuli Avisa di belakang.

“Ra, kenapa sih, masih pikir dia? Kan, sudah sa bilang, kalau ko butuh buktikan saja dengan apa yang sudah di tuduhkan tidak-tidak sama mamanya. Jujur, sa juga tra suka sama mamanya, sombong.” Kesal Avisa.

Syukur sama sekali tidak ada teman sekelas Rara yang mengenal dekat Rey. Jadi, umpatan dari mulut Avisa tidak perlu di dengar. Lebih bagus lagi, kalau daaa barusan tidak perlu Avisa tahu. Bakal repot.

Sisi lain, menginginkan lebih dekat semenjak beberapa hari lalu mendengar kakak kelas itu jago bermain gitar pun barusan di berikan daaa begitu cukup manis bagi Rara.

Lucu memang. Tapi, tidak tahu kenapa ada angan sebatas imaji ingin menggandeng jemari itu menjadi kita bukan kakak-adik kelas saja.

“Ko sudah jarang tidur toh di kelas?” Sedikit terkejut, saat di bangunkan dari lamunan panjang, pun penuturan di luar nalar.

“Kenapa jadi kalau sa tidur dalam kelas? Apa ada yang sa

rugikan begitu?” Rara menjawab dengan sewot.

Avisa tersenyum sambil menghembuskan napas sabar, “bukannya begitu, Ra. Soalnya sa dengar teman-temanmu kalau ko bukan tidur tapi pingsan. Dan, sa tra percaya soal itu, kan sa tahu kalau ko tidur kek kebo, susah memang di kasih bangun.” Ucap Avisa dengan gemas.

Rara hanya tersenyum getir. Tidak tahu kenapa, badannya terasa berat, kalau sudah tidur nyenyak dalam kelas yang mengira dirinya pingsan.

Ini terjadi sejak putus dengan mantan kekasih.

Esok hari,

Rara tergesa untuk segera masuk ke kelas, karena ini jam pertama dari Bu Tri. Tapi, di lorong menuju toilet sekolah, dia bertemu tidak sengaja dengan kakak kelas yang selalu mengusik isi pikiran gadis itu, terdengar ledekan itu sangat akrab.

Kenapa bisa? Rara bertanya bingung.

Kadang merasa diri baka saat menggoda Avisa yang akhir-akhir ini selalu membicarakan kakak kelas mempunyai petikan gitar yang sudah mencuri dua hati perempuan itu.

Menyangkal, kalau Rara juga menyuarakan isi hati, tidak mau mengulang kisah terpahit; mantan sama. Dan menyimpan kecemburuan.

“Cie, sa sampaikan ko cinta ke dia kah?” Begitulah yang sempat Rara cetuskan.

“Ah.. Jangan-jangan! Biar saja sa yang pendam perasaan ini. Trapp kok. Sudah biasa tersakiti juga.” Hal paling sangat di benci Rara adalah kalimat tersakiti.

Kenapa cantik selalu di utamakan dalam percintaan? Bukan kah nyaman jauh lebih menguntungkan? \[\]

Notes :

Pen \= Pengen \*Singkatan Bahasa Gaul Papua\*

Trapp \= Tidak Apa-Apa \*Bahasa Papua\*

Trada \= Tidak ada \*Bahasa Papua\*

Baka \= Bodoh \*Bahasa Jepang\*

SMANSA adalah Sekolah SMA Negeri Satu Sentani

Terpopuler

Comments

none

none

shutttt.

aku mampir'kakak

2021-08-20

2

Khusnul Winarlin

Khusnul Winarlin

pusing bacanya mesti mengingat2 bahasa. kenapa tidak pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar aja??

2020-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tentang Ko
2 2. Angan sebatas Imajiku
3 3. Kidung Delusi
4 4. Perpisahan
5 5. Penyerahan Hadiah O2SN
6 6. Perjuangkan Cinta?
7 7. Tukaran Pin BBM
8 8. Kakak Manis
9 9. Diajak Jogging
10 10. Nonton Berdua di Bioskop
11 11. Selfie di Kampus Stain Al-Fatah
12 12. Kampus Bareng
13 13. Panggilan Istimewa
14 14. Naskah A Dreams
15 15. Usaha Luthfi
16 16. Sorry?
17 17. DC, Seriously?
18 18. Murobbi oh Murobbi
19 19. Bertemu seorang Translation
20 20. Hobi Produktif
21 21. Oyong yah?
22 22. Luthfi Rewel
23 23. Komunitas
24 24. Bekal Istimewa
25 25. Suara merdu Adzan Luthfi
26 26. Cerita tentang Penyakitmu
27 27. Kepergianmu tanpa Jejak...
28 28. Pulpen Berharga
29 29. Tra Peka
30 30. SK Luthfi
31 31. Mulai peka Setelah Kehilangan
32 32. Tentang Luthfi
33 33. Calon Mantu Buat Mama
34 34. Curhat lewat Musikalisasi
35 35. Kidung Persahabatan
36 36. Saat Sa Terluka
37 37. Nada dalam Tangis
38 38. Not-Not Indah
39 39. Rindu Sikap Menyebalkanmu
40 40. Kehiran
41 41. Peluk cintamu Lewat aksara
42 42. Potongan Nada yang Hilang
43 43. Komba
44 44. Extra Part, Sepertiga Malam
45 45. INFORMASI SEKUEL SEPOTONG NADA
46 Thanks for Readers SNYH
47 Trilala
48 Autornya belum Move On
49 HAPPY NEW YEARS ..
50 Author update versi formal
51 Tentang Kamu (Versi Formal)
52 Angan sebatas Imajiku (Versi Formal)
53 Kidung Delusi (Versi Formal)
54 Perpisahan (Versi Formal)
55 Penyerahan hadiah O2SN (Versi Formal)
56 Perjuangkan Cinta? (Versi Formal)
57 Tukaran pin BBM (Versi Formal)
58 Kakak Manis (Versi Formal)
59 Di ajak Jogging (Versi Formal)
60 Nonton Berdua di Bioskop (Versi Formal)
61 Selfie di Kampus Stain Al-Fatah (Versi Formal)
62 Kampus Bareng (Versi Formal)
63 Panggilan Istimewa (Versi Formal)
64 Naskah A Dreams (Versi Formal)
65 Usaha Luthfi (Versi Formal)
66 Sorry? (Versi Formal)
67 DC, Seriously? (Versi Formal)
68 Murobbi oh Murobbi (Versi Formal)
69 Bertemu seorang Translation (Versi Formal)
70 Hobi Produktif (Versi Formal)
71 Oyong Yah? (Versi Formal)
72 Luthfi Rewel (Versi Formal)
73 Komunitas (Versi Formal)
74 Bekal Istimewa (Versi Formal)
75 Suara merdu Adzan Luthfi (Versi Formal)
76 Cerita tentang Penyakitmu (Versi Formal)
77 Kepergianmu tanpa Jejak (Versi Formal)
78 Pulpen Berharga (Versi Formal)
79 Tidak Peka (Versi Formal)
80 SK Luthfi (Versi Formal)
81 Mulai peka Setelah kehilangan (Versi Formal)
82 Tentang Luthfi (Versi Formal)
83 Calon Mantu Buat Mama (Versi Formal)
84 Curhat Lewat Musikalisasi (Versi Formal)
85 Kidung Persahabatan (Versi Formal)
86 Saat ku Terluka (Versi Formal)
87 Nada dalam Tangis (Versi Formal)
88 Not-Not Indah (Versi Formal)
89 Rindu Sikap Menyebalkanmu (Versi Formal)
90 Kehiran (Versi Formal)
91 Peluk Cintamu lewat Aksara (Versi Formal)
92 Potongan Nada yang Hilang (Versi Formal)
93 Komba (Versi Formal)
94 Extra Part, Sepertiga Malam (Versi Formal)
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Tentang Ko
2
2. Angan sebatas Imajiku
3
3. Kidung Delusi
4
4. Perpisahan
5
5. Penyerahan Hadiah O2SN
6
6. Perjuangkan Cinta?
7
7. Tukaran Pin BBM
8
8. Kakak Manis
9
9. Diajak Jogging
10
10. Nonton Berdua di Bioskop
11
11. Selfie di Kampus Stain Al-Fatah
12
12. Kampus Bareng
13
13. Panggilan Istimewa
14
14. Naskah A Dreams
15
15. Usaha Luthfi
16
16. Sorry?
17
17. DC, Seriously?
18
18. Murobbi oh Murobbi
19
19. Bertemu seorang Translation
20
20. Hobi Produktif
21
21. Oyong yah?
22
22. Luthfi Rewel
23
23. Komunitas
24
24. Bekal Istimewa
25
25. Suara merdu Adzan Luthfi
26
26. Cerita tentang Penyakitmu
27
27. Kepergianmu tanpa Jejak...
28
28. Pulpen Berharga
29
29. Tra Peka
30
30. SK Luthfi
31
31. Mulai peka Setelah Kehilangan
32
32. Tentang Luthfi
33
33. Calon Mantu Buat Mama
34
34. Curhat lewat Musikalisasi
35
35. Kidung Persahabatan
36
36. Saat Sa Terluka
37
37. Nada dalam Tangis
38
38. Not-Not Indah
39
39. Rindu Sikap Menyebalkanmu
40
40. Kehiran
41
41. Peluk cintamu Lewat aksara
42
42. Potongan Nada yang Hilang
43
43. Komba
44
44. Extra Part, Sepertiga Malam
45
45. INFORMASI SEKUEL SEPOTONG NADA
46
Thanks for Readers SNYH
47
Trilala
48
Autornya belum Move On
49
HAPPY NEW YEARS ..
50
Author update versi formal
51
Tentang Kamu (Versi Formal)
52
Angan sebatas Imajiku (Versi Formal)
53
Kidung Delusi (Versi Formal)
54
Perpisahan (Versi Formal)
55
Penyerahan hadiah O2SN (Versi Formal)
56
Perjuangkan Cinta? (Versi Formal)
57
Tukaran pin BBM (Versi Formal)
58
Kakak Manis (Versi Formal)
59
Di ajak Jogging (Versi Formal)
60
Nonton Berdua di Bioskop (Versi Formal)
61
Selfie di Kampus Stain Al-Fatah (Versi Formal)
62
Kampus Bareng (Versi Formal)
63
Panggilan Istimewa (Versi Formal)
64
Naskah A Dreams (Versi Formal)
65
Usaha Luthfi (Versi Formal)
66
Sorry? (Versi Formal)
67
DC, Seriously? (Versi Formal)
68
Murobbi oh Murobbi (Versi Formal)
69
Bertemu seorang Translation (Versi Formal)
70
Hobi Produktif (Versi Formal)
71
Oyong Yah? (Versi Formal)
72
Luthfi Rewel (Versi Formal)
73
Komunitas (Versi Formal)
74
Bekal Istimewa (Versi Formal)
75
Suara merdu Adzan Luthfi (Versi Formal)
76
Cerita tentang Penyakitmu (Versi Formal)
77
Kepergianmu tanpa Jejak (Versi Formal)
78
Pulpen Berharga (Versi Formal)
79
Tidak Peka (Versi Formal)
80
SK Luthfi (Versi Formal)
81
Mulai peka Setelah kehilangan (Versi Formal)
82
Tentang Luthfi (Versi Formal)
83
Calon Mantu Buat Mama (Versi Formal)
84
Curhat Lewat Musikalisasi (Versi Formal)
85
Kidung Persahabatan (Versi Formal)
86
Saat ku Terluka (Versi Formal)
87
Nada dalam Tangis (Versi Formal)
88
Not-Not Indah (Versi Formal)
89
Rindu Sikap Menyebalkanmu (Versi Formal)
90
Kehiran (Versi Formal)
91
Peluk Cintamu lewat Aksara (Versi Formal)
92
Potongan Nada yang Hilang (Versi Formal)
93
Komba (Versi Formal)
94
Extra Part, Sepertiga Malam (Versi Formal)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!