Rama duduk termenung di tepi tempat tidur. Keheningan malam membuatnya teringat pada Aisha. Pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang Aisha. Dia melihat Aisha sedang duduk di sofa sambil menatap dirinya.
"Aisha..."
Namun sebaik saja Rama memanggilnya, Aisha menghilang.
"Aisha kemana kamu?"
Ada kekecewaan di hati Rama. Lalu dia melihat Aisha duduk sambil menyisir rambutnya di depan kaca rias. Rama menghampirinya. Rama berniat ingin menyentuhnya.
"Aisha..."
Namun lagi-lagi Aisha menghilang. Rama kecewa sekali lagi. Dia pun terjatuh duduk di lantai. Ada butiran air bening yang jatuh dari pelupuk matanya. Rama begitu merindukan Aisha.
"Ya Tuhan, kenapa Kau hukum aku seperti ini? Aku tidak sanggup Tuhan..."
"Kau telah menganugerahiku seorang putri yang cantik. Tapi kenapa Kau malah mengambil ibunya Tuhan? hiks..."
"Oeeekkk... Oeeekkk..."
Samar-samar Rama mendengar suara tangisan bayinya.
"Kyara"
Rama mengusap air matanya. Dia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rama pun berdiri lalu melangkah keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Rama menghentikan langkahnya begitu sampai di depan pintu kamar Nayra. Suara tangisan Kyara sudah tidak terdengar lagi. Rama menempelkan daun telinganya ke pintu kamar Nayra.
"Cup cup cup sayang... kamu haus ya? Kasihan kamu... Minum susu dulu ya sayang ya!"
Rama bisa mendengar suara Nayra yang sedang berusaha menenangkan Kyara. Rama merasa lega karena Kyara sudah berhenti menangis. Dia pun kembali ke kamarnya.
Sampai di kamar, Rama menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Rama menatap langit-langit kamarnya. Rama teringat permintaan terakhir Aisha sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
"Mas, Aisha mohon, nikahilah Nayra demi anak kita Mas!"
"Aisha mohon Mas, penuhi permintaan terakhir Aisha! Biar Aisha bisa pergi dengan tenang..."
'Ya Tuhan, apa aku harus menikahi Nayra demi Kyara?'
'Apa aku harus memenuhi permintaan terakhir Aisha?'
Perlahan Rama bangun lalu beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Rama mau melaksanakan sholat sunnah istikharah. Dia mau meminta petunjuk kepada Allah sebelum mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
***
"Nay, sepertinya Kyara sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Lalu apa keputusanmu?" tanya Bu Aini.
Nayra bingung harus menjawab apa. Dia masih ragu. Di satu sisi dia sangat mencintai Aditya, tapi di sisi lain dia kasihan pada keponakannya, Kyara.
"Nayra bingung Bu. Menurut ibu, Nayra harus gimana?"
"Kalau menurut ibu, sebaiknya kamu menikah dengan Nak Rama. Ibu ingin kamu yang menjadi ibu sambung untuk Kyara. Ibu tidak bisa membayangkan kalau suatu saat nanti Rama menikah lagi dengan perempuan lain. Kasihan Kyara kalau harus punya ibu tiri. Entah bagaimana nasibnya nanti. Belum tentu ibu tirinya akan menyayangi Kyara seperti anak kandungnya sendiri. Mungkin sebab itu juga, Aisha meminta agar Nak Rama menikahimu Nay. Karena Aisha ingin kamu yang menjadi ibu Kyara"
"Tapi keputusan ada di tanganmu Nay. Ibu nggak akan memaksamu. Ikutilah kata hatimu"
Nayra terdiam sejenak untuk mencerna kata-kata ibunya.
"Nay kalau kamu masih ragu, mintalah petunjuk sama Allah dengan sholat istikharah. Dialah yang akan menghilangkan keraguan dalam hatimu"
"Iya Bu"
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Nayra pun beranjak mengambil air wudhu kemudian melaksanakan dua rakaat sholat sunnah istikaharah. Selesai sholat, Nayra berdoa meminta petunjuk kepada Allah. Setelah itu, Nayra berbaring di sebelah Kyara. Nayra melihat ibunya sudah kembali terlelap. Nayra pun perlahan mengecup pipi Kyara kemudian memejamkan matanya.
"Mama... Mama... Mama..."
Nayra melihat gadis kecil yang sedang berlari menghampirinya sambil memanggil-manggilnya dengan sebutan 'MAMA'. Gadis kecil itu sangat cantik dengan rambut hitam memanjang dan poni yang tersisir rapi.
Tiba-tiba Nayra membuka matanya kemudian duduk.
"Ternyata cuma mimpi"
Nayra mengusap keringat yang keluar membasahi keningnya.
Bu Aini pun membuka matanya. Jam di dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Bu Aini terkejut melihat Nayra sudah bangun sepagi ini. Bu Aini pun duduk.
"Nay kamu sudah bangun?"
Nayra menoleh ke arah ibunya.
"Nay tadi mimpi Bu"
"Kamu mimpi apa Nay? Kenapa kamu sampai keringetan begitu? Apa kamu mimpi buruk?"
"Nay mimpi ada gadis kecil yang memanggil Nay dengan sebutan 'MAMA' Bu. Apa ini sebuah petunjuk dari Allah? Apa gadis kecil itu adalah Kyara Bu?"
"Mungkin saja Nay. Petunjuk itu bisa datang melalui mimpi setelah kita melakukan sholat sunnah istikharah"
"Sekarang sebaiknya kita sholat malam. Mumpung belum masuk waktu subuh"
"Iya Bu"
Nayra dan Bu Aini pun bangun lalu mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat sunnah tahajud secara berjamaah. Setelah mendengar suara adzan, mereka pun lanjut sholat subuh.
***
Sejak kepergian Aisha, Rama selalu mengurung dirinya di dalam kamar. Dia tidak pernah keluar kamar kecuali ada yang memanggilnya.
Tok... Tok... Tok...
Rama mendengar pintu kamarnya diketok. Ia pun menoleh ke arah sumber suara.
"Kak Rama sarapan sudah siap Kak. Ayo kita sarapan dulu! Semuanya sudah menunggu di bawah" seru Alina dari balik pintu.
"Iya Alina, sebentar lagi Kakak turun"
Tak lama kemudian Rama beranjak keluar kamar dan menuruni anak tangga. Ia melangkahkan kakinya tanpa gairah. Semangat hidupnya seolah hilang setelah kepergian Aisha.
Sampai di meja makan, semua sudah berkumpul. Rama pun duduk bergabung bersama mereka.
"Rama, apa kamu baik-baik saja Nak? Matamu kelihatan sembab. Apa kamu habis menangis?" tanya Bu Maya.
"Nggak kok Ma. Rama baik-baik saja"
Mereka pun berdoa lalu mulai mengambil makanan.
"Rama, apa kamu sudah membuat keputusan?" tanya Pak Syamsul.
Semua mata tertuju pada Rama. Mereka penasaran ingin mengetahui jawaban Rama. Rama menatap wajah mereka satu per satu yang seolah menunggu jawaban dari Rama.
"Terserah Papa saja" kata Rama kemudian memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.
"Maksud kamu, apa kamu setuju menikah dengan Nayra?" tanya Pak Syamsul meminta kepastian.
"Iya Pa"
"Alhamdulillah"
Semua terlihat senang mendengar jawaban Rama, kecuali Nayra. Nayra hanya makan sambil menundukkan wajahnya.
"Lalu bagaimana denganmu Nayra?" tanya Pak Syamsul.
Nayra terkejut mendengar pertanyaan Pak Syamsul. Perlahan ia mengangkat wajahnya menatap Pak Syamsul.
"Emh.. Nayra... Nayra juga setuju Om. Tapi dengan satu syarat"
"Syarat? Syarat apa Nayra?"
"Nayra hanya mau menikah di KUA saja, tidak perlu ada pesta dan tidak perlu mengundang siapa pun. Cukup keluarga kita saja"
"Rama setuju dengan Nayra Pa. Rama juga tidak mau ada pesta"
"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kalian berdua. Kalau begitu kalian bersiaplah, besok pagi kalian menikah"
"Apa? Besok pagi? Apa tidak terlalu cepat Pa?" seru Rama.
"Iya Om. Kita kan belum mengurus surat-suratnya" imbuh Nayra.
"Kalian menikah saja dulu. Surat-suratnya nanti bisa menyusul. Lusa kami harus kembali ke Bogor. Papa ada proyek penting"
"Setelah menikah apa Nayra akan tinggal di sini? Lalu bagaimana dengan kuliah Nayra di Jogja Om?"
"Setelah menikah kamu bisa melanjutkan kuliahmu di sini Nayra. Biar Rama yang mengatur semuanya. Kamu tinggal pilih mau kuliah di universitas mana"
"Kalau Nayra pergi kuliah, lalu siapa yang akan menjaga Kyara di rumah Om?"
"Kamu tidak usah khawatir Nayra, nanti kami akan mencarikan seorang baby sitter untuk merawat Kyara selama kamu pergi ke kampus" Bu Maya menimpali.
Nayra tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak punya pilihan lain selain menuruti kata-kata Pak Syamsul dan Bu Maya. Rama juga tidak membantah ucapan kedua orang tuanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG....................
Jangan lupa LIKE dan komentarnya setelah membaca...!!!
Tengkyu 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Reza Indra
Baru baca.., dn Ceritanya bikin sedih.. jg bnyak Hikmah dr kisah ini.. 👍🏻👍🏻👍🏻❤❤🧡❤❤😘😘😘
2023-09-15
1
Tri Hartatik
semoga Rama dn nayra bahagia
2020-12-21
1
Sri Endang Warningsih
semangat Thor
2020-06-20
3