Pengorbanan Nayra
Hujan rintik-rintik mengiringi langkah kaki mereka menuju tempat pemakaman umum. Semua berpakaian serba hitam.
Mewakili rasa duka yang mendalam atas kepergian Aisha, kakak perempuan yang sangat Nayra sayangi. Satu-satunya kakak yang dia miliki di dunia ini.
Nayra mencoba untuk tegar menghadapi kenyataan pahit ini. Tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari pelupuk matanya. Nayra mencoba mengikhlaskan kepergian Aisha, agar jiwa kakaknya tenang di alam sana.
Rombongan telah sampai di area pemakaman. Nayra mengayunkan langkahnya dengan berat menuju tempat peristirahatan terakhir kakaknya. Seketika titik-titik air yang turun dari langit pun berhenti.
"Alhamdulillah ... hujannya sudah berhenti, ayo segera kita makamkan!" seru seorang laki-laki.
Selamat jalan Mbak Aisha ..., ucap Nayra dalam hati.
Jenazah Aisha pun dimakamkan. Sampai detik ini Nayra masih bisa menahan tangisnya agar tidak tumpah. Namun begitu jenazah Aisha selesai dikebumikan, Nayra tidak dapat membendung air matanya lagi. Tangisnya pecah. Dia jatuh terduduk di samping pusara kakaknya.
"Mbak Aishaaaa ... jangan tinggalin Nayra Mbak!" seru Nayra di Sela isak tangisnya.
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang memeluk Nayra dari samping, kemudian mengusap-usap pundaknya dengan lembut. Nayra sontak menghentikan tangisnya dan memutar kepalanya ke arah orang yang memeluknya itu. "Alina."
"Sabar ya, Nay! Allah lebih menyayanginya Kak Aisha. Jangan meratapi kepergiannya, ya! Kasihan dia," ucap seorang gadis yang bernama Alina.
Nayra pun menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan Alina. Perempuan yang tidak lain adalah adik ipar sekaligus sahabat baiknya.
"Lihatlah Kak Rama! Dia saja bisa tegar mengantar kepergian Kak Aisha," desis Alina sambil menatap wajah kakaknya.
Nayra pun menoleh ke arah laki-laki yang berdiri tegak di depan pusara istrinya. Wajahnya memancarkan sejuta kesedihan. Namun tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari pelupuk matanya. Rama hanya fokus memandang pusara Aisha.
Kenapa ada laki-laki setegar dia di dunia ini? Padahal dia baru saja kehilangan istri yang sangat dicintainya. Apa dia hanya bersandiwara di depan semua orang? Nayra bertanya dalam hati.
Setelah membacakan doa untuk arwah Aisha, rombongan pun berangsur meninggalkan area pemakaman. Kini hanya tinggal Nayra, Alina, Rama dan Pak Syamsul di tempat itu. Rama masih bergeming. Dia menatap pusara istrinya dengan penuh kesedihan.
"Ayo kita pulang, Nay! Kasihan ibu kamu di rumah. Sudah beberapa kali beliau pingsan," ajak Alina.
Mengingat ibunya di rumah, Nayra pun sontak berdiri lalu melangkah meninggalkan pemakaman. Alina terus mendampinginya.
"Rama, ayo kita pulang!" seru Pak Syamsul kemudian.
"Papa duluan saja! Rama masih ingin di sini menemani Aisha," sahut Rama tanpa memandang ayahnya. Kepalanya masih tertunduk memandang pusara Aisha.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama! Kasihan bayi kamu. Pasti dia sangat mrmbutuhkan ayahnya."
"Iya, Pa."
Pak Syamsul pun beranjak meninggalkan Rama sendirian di sana.
Saat semua orang sudah pergi, bulir-bulir kristal bening pun berjatuhan membasahi kedua pipi Rama. Dia sudah tidak mampu membendungnya lagi. Ternyata betul apa yang dipikirkan Nayra. Rama hanya berpura-pura tegar di hadapan semua orang. Padahal dialah orang yang paling rapuh.
Aisha, kenapa begitu cepat kau meninggalkan aku? Bagaimana aku menjalani hidup tanpamu, Aisha? Rasanya aku ingin mati saja bersamamu.
***
Malam itu, Rama, Alina, Nayra dan Bu Aini menunggu di depan ruang operasi dengan cemas.
Ya Allah, semoga Aisha dan bayi kami selamat. Aku mohon selamatkanlah mereka ya Allah ...' doa Rama yang diucapkannya berulang kali dalam hati.
Dia berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Sementara Alina, Nayra, dan Bu Aini duduk berdampingan di kursi. Mereka pun mencemaskan Aisha yang tengah berjuang untuk melahirkan bayinya ke dunia ini.
Satu jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Semua mata tertuju ke arah pintu itu. Keluarlah seorang suster, lalu berteriak, "Ayah bayi?"
"Iya, saya Sus," sahut Rama menghampiri suster itu.
"Silahkan masuk Pak! Bayi Anda sudah lahir," ucap suster itu sembari menyunggingkan senyuman di bibirnya.
"Alhamdulillah ya Allah," ucap Rama sembari menengadahkan kedua tangannya di depan dada.
Rama tersenyum lega begitu melihat bayi perempuannya telah lahir dengan selamat dan sehat. Rasa haru menyeruak ke dalam dadanya saat pertama kali ia menggendong malaikat kecilnya. Dia pun melantunkan azan ke telinga bayinya, kemudian mengecup kedua pipinya dengan lembut.
"Bagaimana Nak Rama? Apa cucu ibu sudah lahir?" tanya Bu Aini begitu melihat Rama keluar.
"Alhamdulillah bayinya sudah lahir, Bu. Dia cantik sekali seperti Aisha," sahut Rama sambil tersenyum.
"Alhamdulillah," seru Bu Aini, Nayra, dan Alina.
"Selamat ya Kak. Kak Rama sudah jadi ayah sekarang. Dan aku jadi tante," ucap Alina senang.
"Selamat ya Mas," ucap Nayra.
"Makasih Alina, Nayra," sahut Rama.
"Lalu bagaimana dengan Mbak Aisha, Mas?" tanya Nayra.
"Kata suster Aisha baik-baik saja. Tapi kita belum bisa melihatnya karena dia masih terpengaruh obat bius."
"Alhamdulillah," ucap semuanya.
"Terima kasih ya Allah, Engkau telah mendengarkan doa-doa kami" imbuh Bu Aini.
Setelah menunggu selama beberapa jam, akhirnya Aisha dipindahkan ke ruang rawat. Rama dan Bu Aini sudah menunggu di depan pintu ruang rawat sejak tadi. Alina dan Nayra sudah pulang karena jam besuk sudah habis. Mereka akan kembali besok pagi.
"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" Rama mengecup lembut kening Aisha.
"Perutku rasanya sakit banget Mas, semenjak obat biusnya hilang."
"Sabar ya, Sayang! Ada aku di sini. Aku akan selalu ada di sampingmu untuk menjagamu."
"Iya Aisha, kamu harus kuat demi bayi kamu." Bu Aini memberi semangat kepada putrinya.
Sebelum melahirkan Aisha diketahui mengalami preeklamsia, kondisinya tidak memungkinkan untuk segera melahirkan. Menurut dokter yang menangani, preeklamsia yang dialami oleh Aisha tergolong berat dan ketika itu trombositnya sangat rendah.
Dihadapkan pada situasi yang sulit, Aisha tidak bisa berpikir terlalu banyak. Belum lagi kondisi psikologisnya turut terpengaruh. Sementara Rama berpikir agar operasi caesar dijalankan ketika kondisi istrinya sudah benar-benar kuat. Namun saat itu tiba-tiba Aisha kejang yang merupakan efek preeklamsia, sehingga sudah tidak ada pilihan selain operasi.
Preeklamsia memang lebih mungkin terjadi pada kehamilan pertama. Dalam kondisi sehat, biasanya ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan waktu. Hal ini dilakukan guna mencegah komplikasi serius pada ibu dan janin dalam kandungan. Terlebih pasokan nutrisi pada janin menjadi terganggu karena preeklampsia membuat plasenta menjadi abnormal.
Semula operasi berjalan lancar dan dokter yang menangani juga merasa senang karena baik ibu maupun bayi berhasil diselamatkan. Hasil pemeriksaan setelah operasi caesar juga menunjukkan kondisi napas dan jantung ibu, maupun bayi terbilang bagus. Selain itu, kekhawatiran akan pendarahan berlebih saat operasi juga tidak terjadi.
Pada saat itu, tidak pernah terlintas atau terbayang di benak mereka kalau Aisha akan pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Namun nyatanya takdir berkata lain. Ketika dini hari, kondisi Aisha mulai menurun. Dia mengalami komplikasi dari preeklampsia yang mengarah ke HELPP Syndrome. Organnya banyak yang kena karena itu. Kurang dari dua puluh empat jam setelah operasi, Aisha mengembuskan napas terakhirnya.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ....................
Notes :
Wajib tekan LIKE dan berikan komentarnya setelah membaca ya! Sebagai bentuk dukunganmu terhadap penulis dan novel ini. Makasii 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Inooy
edisi memantauuuuu 🤭
2024-09-12
0
Deasy Dahlan
salam kenal thor
2024-04-29
1
gia anggi🌷
mampir lagi thor...
kangen nay sampe baca lagi
ke 4x nya nih
2022-06-29
2