Dosenku Kiler
Aku seorang mahasiswi fakultas sastra di salah satu perguruan tinggi yang ada di ibu kota. Cita-citaku ingin menjadi penulis novel terkenal seperti bunda Asma Nadia penulis novel Istri Kedua, duh... Apa ketinggian ya cita-citaku?.
Jujur aku sangat mengagumi beliau, karya-karyanya dangat memotivasi dan menggugah pembaca, salah satunya aku, kalau sudah baca novel beliau, rasanya ingin tamat satu hari, karena alur ceritanya enak bangat.
Aku meletakkan novel yang baru kubaca lima bab di atas nakas, menyambar handuk , masuk ke kamar mandi dam membersihkan diri. Sentuhan air membuat tubuhku terasa segar, biasanya aku bisa mandi dan berendam berjam-jam, tapi kali ini itu tidak kulakukan, karena pagi ini, aku masuk dengan pak Viktor, harus segera bergegas, kalau tidak ingin di mangsanya.
Selesai mandi, aku berpakaian, kemudian mematut-matut wajahku di depan cermin, memoleskan bedak dan lipstik sekadarnya.
Chaca temanku tinggal diapartement, sekaligus temanku satu kelas, masih duduk manis di depan laptop.
"Busyet, mati lagi " kata Chaca terlihat kesal, wajahnya ditekuk terlihat sangat jelek.
"Belum selesai tugasmu" sela ku sambil memasukkan buku-buku kuliah.
"Gimana mau selesai kalau dalam satu jam, lampu mati sampai tiga kali" Chaca menggerutu, laptop nyawanya tergantung sama listrik.
"Sabar ya." ledekku
"Yah... gitu dech." katanya sambil meluruskan kaki, munghilangkan pegal, karena kelamaan duduk.
"Didepan jalan sana, ada pohon tumbang, gara-gara ribut tadi malam, petugas juga lagi sedang berusaha, supaya lampu normal kembali." ujarku menjelaskan.
"Belum selesai juga, lamban kali tuh petugas kerjanya." gerutuknya
"Hahaha.... Bantuin sana, biar cepat." ujarku tertawa, melihat mimik wajahnya yang lucu.
"Tuh pakai laptopku" lanjutku sambil mencomot ransel navy, dan menyandang di pundak ku
"Bukannya kamu ada presentasi hari ini" tempel Chaca sambil membereskan kertas-kertas kerjanya.
"Dengan pak Viktor pagi ini aku ujian" ujarku melangkah mengambil kunci motor dan melaju, dari kejauhan masih kudengar terikan Chaca yang mengucapkan terima kasih.
Chaca orang pertama yang menyapaku 3 tahun lalu, ketika aku menginjakkan kaki di kampus ini, dan ternyata dia juga teman satu kelasku.
"Hay... Apa kamu mahasiswi baru." tanyanya waktu itu sambil menyodorkan tangannya.
"Iya." jawabku menerima uluran tangannya
"Chaca Ramunia." lanjutnya menyebutkan nama.
"Kayla Chara." panggil aku Kayla.
Mulai hari itu, aku dan Chaca berteman, Chaca orangnya ceria, lincah dan cantik, dengan perawakan sedang, bermata biru, rambut ikal bergelombang, dia ramah pada siapa saja. Dia betul-betul teman yang baik.
Aku dan Chaca sering mengerjakan tugas bersama-sama, Chaca yang hanya memiliki kepintaran pas-pasan, hanya bisa tiap semester mengambil 20 sks. Makanya dia banyak ketinggalan dariku, karena aku setiap semester mengambil 24 sks, bukannya sombong, aku memang punya kepintaran di atas rata-rata.
Lima bulan setelah ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan, aku mengajaknya tinggal di apertementku. aku hanya ingin membantu meringankan bebannya. paling tidak, dia tidak memikirkan membayar kost, dan aku juga ada teman.
"Tumben lambat" kata Ami sambil melirikku yang baru sampai di kelas.
"Biasa, ada kerjaan dikit" sahutku sambil berbisik, takut kedengaran pak Viktor yang sudah ada di meja kebesarannya.
Pak Viktor, dosen yang terkenal kiler di kampusku, orangnya pendiam dan tatapan matanya sangat tajam, seperti elang yang siap menyambar mangsa dan menelan hidup-hidup.
Selesai mengecek kehadiran kami, pak Viktor memberikan kertas ujian, yang berisi soal-soal esay sebanyak 10 buah.
"Selesaikan dalam waktu 1 jam 30 menit." katanya memberi intruksi.
"Ada pertanyaam." lanjutnya, suara kelas hening, tak ada yang bertanya satupun.
"Tidak pak." jawabku, deg... dia menatap kearahku, aku menebarkan senyum kepadanya, tapi dia membuang muka. ups sambong sekali dia, batinku sedikit kecewa.
"Baiklah, jika tidak ada pertanyaan, mulai kerjakan sekarang. serentak mahasiswa mengambil kertas soal dan membolak-balik soal.
Tak sampai 1 jam, aku dan teman-teman sudah banyak yang selesai mengerjakan, aku masih duduk memegang kertas jawaban, sengaja jadi yang terakhir mengumpulkan.
Pak Viktor kalau dilihat secara mendetail dia sangat tampan, tinggi, putih. hanya saja wajahnya terlalu dingin, andai saja dia tersenyum pasti manis, karena dia jarang tersenyum, jadi kesannya manyum sepanjang hari. pantas saja jadi jomblo abadi, karena para cewek pasti ngacir ketakutan bila didekatinya. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan para gadis yang ngacir gara-gara ketakutan
Diam-diam aku memperhatikan gerak-gerik pak Viktor, ada sesuatu yang menurutku sangat menarik di hidupnya, tapi aku tak tahu apa itu?
"Kayla Chara Handoko." pak Viktor menyebut nama lengkapku, membuat aku kaget dan tersadar dari lamunan
"I-iya pak." jawabku tergagap
"Apa kamu sudah siap."
"Su-sudah pak." ku pastikan wajahku terlihat pucat. ternyata aku tinggal sendiri di kelas, teman-teman yang lain sudah mengumpul dan keluar kelas. Sialan Ami, kok dia tidak mengajakku ke luar.
Aku beranjak dari kursi, sambil membawa kertas lembar jawaban, dan meletakkan diatas tumpukan lembar jawaban yang lainnya. Pak Viktor mengambil lembar jawabanku, kemudian membacanya dengan seriuas
"Pak, boleh ku bawa kertas-kertas ini ke ruang bapak." ujarku ketika kulihat pak Viktor meletakkan kembali kertas lembar jawabanku.
Tak ada jawaban, Pak Viktor hanya memandangku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku bergedik dibuatnya, Aku meraih kertas hasil jawabanku dan teman-temanku.
"Singkirkan tanganmu dari kertas itu." suara Pak Viktor terdengar sangat berat. aku sedikit kaget.
"Ta-tapi pak." ujarku yang sudah terlanjur mendekap kertas itu.
"Karena kertas itu sudah kau sentuh, malam ini kau kerumahku, mengulang ujian." bentaknya sambil menahan emosi. ups... apa hubungannya dengan menyentuh lembar jawaban, aku harus mengulang."batinku tentu dalam hati.
Ta-tapi pak."
"Kalau kau tidak datang, untuk seterusnya kau boleh keluar dari kelas ku. Mengerti!!." ujarnya sambil berdiri. Dan aku hanya mampu tertunduk dan mengangguk. percuma aku protes, malah akan memperpanjang masalah.
"Bawa kertas ini ke ruanganku." katanya meninggalkan ku yang masih termagu. OMG dasar manusia batu, tadi melarangku menyentuh, sekarang malah menyuruhku membawa. Dasar sinting, makiku, tentu dalam hati lagi.
"Sial." gumam ku dalam hati, duh... kamu dasar bodoh kayla... Kayla... ngapain juga berurusan dengan manusia batu seperti pak Viktor. Aku pun mengikuti langkah pak Viktor masuk ke ruang Prodi.
"Selamat pagi Kay!." sapa buk Ruri ketika melihatku masuk.
"Pagi juga bu." balasku sambil tersenyum.
"Bisa titip ini buat pak Viktor." ujarku sambil menyodorkan kertas lembar jawaban yang kubawa, karena pak Viktor berbicara dengan pak Haris sambil berdiri. Aku tidak mau mengganggunya dengan menyerahkan kertas lembaran itu.
"Latek saja di sini." aku meletakkan kertas lembar jawaban diatas meja bu Ruri, dan langsung meninggalkan ruangan itu setelah mengucapkan terima kasih.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Tien Doang
awal yg menarik
2021-11-07
1
cahaya kelembutan
Good thor....
2021-09-20
0
Sri Ningsih
dari baca sinopsisnya dah keren kok... karyanya bagus bund 👍
aku brusan yg koment di fb..
byk pmbca gitu kok bund..aku malah sdikit dri bunda
2021-08-05
2