"Selamat datang cucu kakek, yang ganteng dan hebat."
"Terima kasih kek." Viktor memeluk kakek Arman Atmaja dengan hangat.
"Bagaimana mengajarnya?, betahkan di kampus?." tanya kakek.
"I-iya kek." jawab Viktor, kalau mau jujur, sebenarnya dia malas bangat ke kampus, karena permintaan kakek, terpaksa dech, hukumnya wajib.
"Sesuai dengan janji kakek kemaren, karena kamu sudah jadi cucu yang penurut, maka kakek akan menyerahkan kepadamu, seluruh perusahaan kakek yang ada di Indonesia, termasuk kampus itu." ujar kakek Arman sambil menepuk bahu Viktor.
"Kampus itu?" Viktor mengercitkan dahinya
"Kampus itu milik mamamu, kakek memintamu untuk mengabdi di kampus itu, semata-mata permintaan almarhumah mamamu."
"Dia ingin sekali salah satu anaknya, menjadi dosen seperti dia, sekarang Amira sudah tidak ada, satu-satunya hanya tinggal kamu." ujar kakek menjelaskan.
Jadi mulai besok semua aset dan perusahaan kakek akan kakek serahkan ke kamu, pewaris tunggal Atmaja.
"Yang benar kek ?." Viktor kaget, rasa tak percaya kalau kakeknya akan menyerahkan semua asetnya.
"Ta-tapi kek."
"Tapi kenapa?, kamu tidak sanggup?."
"Iya kek, kebanyakan, nanti aku keteteran, harus ke kampus kemudian keperusahan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Kalimantan, Sumatra... ." ujar Viktor sambil memegang keningnya mengingat daerah mana saja tempat perusahaan kakek.
"Hahaha, kamu ini kayak anak kecil saja." kakek Arman mentertawakan Viktor sambil mengacak rambutnya. Viktor senang melihat kakek bisa sebahagia ini dan tertawa lepas lagi, sudah lama dia tak melihat kakek tertawa seperti ini, sejak Amira cucu kesayangannya meninggal karena kecelakaan.
Viktor mengikuti semua kemauan kakek, semua itu dilakukannya, agar kakek kembali ceria seperti dulu.
"Bisakah kakek menunda kepulangan kakek ke Jerman." Tanya Viktor, dia belum siap tinggal di Indonesia sendirian.
"Hahaha." Kakek tertawa melihat wajah Viktor memeles.
"Kakek percaya sama kamu, walaupun baru 6 bulan di Indonesia, kamu akan cepat beradaptasi, di setiap cabang perusahaan, kakek sudah menempat orang-orang kepercayaan. Jadi kamu tak perlu khawatir ya."
"Iya kek, tapi kakek janji, sering-sering mengunjungi aku ya." Kakek Arman mengangguk tanda setuju.
Kakek Arman menelpon pengacaranya, agar mempersiapkan berkas-berkas penyerahan semua aset ke cucunya Viktor. Dia berharap semua pengalihan asetnya sudah selesai, sebelum dia kembali ke Jerman.
Arman Atmaja memanggil sekretaris pribadinya, agar menyiapkan berkas-berkas penting untuk meting hari ini, dengan beberapa pengusaha besar di kota ini. Dia pun mengajak Viktor untuk ikut menghadiri pertemuan itu.
****
#Flashback
Aku yang baru sampai ke rumah, bergegas masuk ke kamar, menyambar handuk, segera mandi, kemudian memakai baju yang paling bagus menurutku.
Hari ini, aku akan menemani ayah kesebuah pertemuan, aku tidak ingin ayah kecewa. Setelah mengoleskan bedak tipis dan lipstik di bibirku, kurasa sudah cukup. Sekali lagi kulihat wajahku di pantulan cermin, sepertinya sudah sempurna, tidak ada yang kurang.
"Kay... Kayla, apa kamu sudah siap." kudengar suara ayah memanggilku. Aku bergegas keluar.
"Iya yah." sahutku dan langsung menemuinya. Ayah memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Hahaha, kenapa penampilanmu seperti pemain lenong." ayah tertawa terbahak-bahak.
"Ta-tapi yah."
"Ya sudah, ayah tak punya banyak waktu." ayah memotong pembicaraanku.
"Belajarlah berpakaian seperti seorang anak pengusaha atau belajar dengan adikmu Dalila, lihat penampilannya." ujar ayah tanpa memperdulikanku yang mulai berkaca-kaca.
"Ayuk... Dalila kita berangkat."
"Dah... kak ku yang manis." ujar Dalila sambil tersenyum sinis. Dalila memang terlihat sangat cantik, dengan dress pink di padu rok mini warna abu-abu dan high heels. Dalila sangat sempurna dengan tubuh yang tinggi dan kaki yang jenjang, membuat dia kelihatan sangat anggun dan cantik, sudah pasti akan jadi pusat perhatian siapapun.
Sepeninggal mereka, aku masuk ke kamar, menumpahkan semua kekesalanku, menangisi kekuranganku.
"Benar kata ayah, aku tidak pantas berdampingan dengannya, aku hanya membuat malu." hiks... hiks... aku menangis sejadinya. Kay... sadarlah, bukankah kamu sudah biasa diperlakukan seperti ini?, kenapa manangis?.
Aku menghapus air mataku, kembali melihat pantulan wajahku di cermin, "ah... aku juga cantik, hanya orang-orang buta saja yang mengatakan aku jelek." gumamku sambil menghibur diri. seketika aku teringat ibu, apa kabar dia sekarang?, apakah ibu masih ingat aku?.
Ponselku bergetar, dari layar ku lihat panggilan dari Chaca.
"Assalamualaikum cha."
"Kamu di mana?, kamu baik-baik ajakan?, tidak diapa-apakan pak Viktor?." Chaca memberondongku dengan beberapa pertanyaan. setelah menjawab salamku.
"Hay... bertanyanya satu-satu, kamu sudah kayak wartawan pemburu berita aja." terdengar tawa Chaca dari seberang sana.
"Yah... mana tahu dirimu disandra sama pak Viktor."
"Jangan-jangan pacaran ya, sampai tak pulang ke apartement." tawa Chaca meledak lagi, pasti dia merasa berhasil menggodaku.
"Hahaha." aku ikut tertawa, rasa sedihku sudah hilang. dari pada aku di rumah ayah, diperlakukan tidak adil, lebih baik pulang saja ke apartement.
"Sekarang masih di rumah ayah, Cha, sebentar lagi aku pulang."
"Okaylah kalau begitu." Chaca mengakhiri telponnya dengan salam.
Aku duduk di tepi ranjang sambil bertekuk lutut, memandang kamarku yang sudah beberapa bulan kutinggalkan, tidak ada yang berubah, tata letaknya masih sama. bersih dan adem, pasti bik Sri setiap hari membersihkannya. Saat aku mengajukan pindah ke apartement hanya bik Sri yang terlihat sedih.
"Ayah!, Kay mau pindah ke apartement, biar lebih dekat dengan kampus."
"Ayah tidak izinkan, di sana kamu sendiri, kalau ada apa-apa bagaimana." kata ayah waktu itu.
"Ayah... Kaylakan sudah mahasiswi, bunda yakin dia bisa jaga diri." ujar bunda Dania meyakinkan ayah.
"Biar dia mandiri yah, iya kan Kay?" tanya bunda.
"I-iya bunda." sahutku.
"Tapi bun, di sana Kayla sendiri, ayah tidak mau terjadi apa-apa dengan Kayla." ujar ayah masih bersekeras.
"Tenang yah, nanti Dalila sering-sering ke apartement kakak, buat nemani kakak." kata Dalila ikut meyakinkan ayah.
Akhirnya ayah menyetujuiku pindah ke apartemant, setelah aku berjanji akan sering pulang kerumah, apartement itu dibeli ayah sebagai hadiah kelulusanku di SMA, karena aku dapat predikat tertinggi disekolahku.
Sudah 2 tahun aku di sana, Dalila adikku belum pernah menginjakkan kakinya ke sana, begitu juga dengan bunda. sepertinya mereka bahagia aku tidak ada di rumah ini. Kay... sudahlah, jangan berpikir yang macam-macam, bunda dan Dalila masih sayang sama kamu. Jadi buang pikiran kotormu ya.
Aku keluar dari kamar, terus ke dapur mencari bik Sri.
"Non!, sudah mau pulang ya." tanya bibi keheranan, biasanya aku kalau sudah ke rumah ayah, paling tidak nginap dulu 2 hari.
"Iya bi, ada kerjaan kampus yang harus ku selesaikan." ujarku berbohong.
"Kenapa tak dikerjakan di sini saja, Non."
"Aku tak bawa laptop, Bi." bohongku lagi, pada hal aku ingin betul nginap beberapa hari di rumah ayah, karena aku masih kangen ayah, bunda, Dalila dan juga bibi. Tapi aku terlanjur kecewa sama ayah.
"Bibi masak rendang kesukaan non, non makan dulu." kata bibi sambil mengambil piring.
"Tidak bi, aku masih kenyang." sebenarnya aku lapar, tadi sarapan di tempat pak Viktor cuman sedikit, karena takut di bilang rakus, tapi selera makan ku hilang, karena perlakuan ayah tadi.
Bibi memasukkan rendang daging kerantang, tapi aku memintanya memindahkan ke dalam plastik saja, biar mudah membawanya. Aku sudah membayangkan makan rendang buatan bibi, yang enaknya tak terkalahkan. Aku memasukkan bungkusan itu ke dalam tasku.
"Bunda mana bi." tanyaku saat ingin berpamitan.
"Nyonya lagi ke luar kota, katanya hari ini pulang, apa tak kasih kabar ke non." tanya bik Sri.
"Tidak bi!." sahutku sambil menggeleng, sejak aku pindah ke apartement, bunda sudah jarang menghubungiku, mungkin bunda lagi sibuk dengan bisnisnya. aku pamitan dengan bibi.
"Hati-hati non, jangan ngebut." kata bibi.
"Iya bi." kataku sambil memeluk bibi, aku sudah menganggap bibi seperti ibuku, karena dari kecil bibi yang merawatku.
"Non baik-baik di sana ya." kulihat mata bibi berkaca-kaca, hanya bibi yang tulus menyayangiku.
"Iya bi." kataku sambil menghidupkan motor dan melaju menuju apartement.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ihsanul fikri
mulai terlihat kenapa ibunya ninggalin ayahnya kayla. ayahnya arogan dan terlalu duniawi
2023-06-02
0
Pricila Bianca Aidelin
kasian Kay di anak tirikan...
2022-03-31
0
Erma Wahyuni
sakit bila diperlakukan tidak adil😭😭
2022-01-01
1