Malam berhias gemerlap bintang, seluruh santri daruttakwa baru keluar dari masjid setelah selesai melaksanakan shalat Isya berjamaah.
Sudah empat malam kegiatan kami hanya belajar untuk persiapan ulangan pondok.
"Malam ini kita belajar dimana." Tanya zidan padaku.
"Di majelis juga boleh." jawabku.
"Di majelis terus tiap malam, bagaimana jika malam ini kita belajar di maksof." Usul wildan
"Ente sebenernya mau belajar atau mau jajan zidaaan." Jawabku.
"Ade firdaus maksud ane belajar disamping maksof." Jelas Zidan.
"Yakin mau belajar di samping maksof, disanakan dekat majlis asatidz nanti kalau ketiduran kena siram lagi." Ucapku.
"Ya jangan sampai ketiduran atau kita bawa kopi aja biar gak ngantuk." Ucap zidan.
"oke deh siaap." Jawabku.
"Okee." Ucap zidan, kulihat ia berlari menuju kamar mandi.
Aku pun berlari menaiki anak tangga, setelah sampai di kamar, aku segera mencari buku dan kitab yang malam ini hendak di pelajari. tapi entahlah, aku bisa ikut ujian atau tidak.
Sedangkan ini adalah malam jum'at, besok hari sabtu seharusnya aku sudah membayar kartu peserta ujian tapi karena abah belum juga mengirimi uang jadi aku hanya bisa pasrah saja.
Tidak berapa lama kemudian Zidan di sertai Hanif, Wildan dan Dzaki mulai memasuki kamar menaruh sorban dan sajadahnya diatas lemari.
"Beneran nih kita belajar di samping maksof." Tanya Dzaki pada Zidan.
"iyah, Adef juga setuju, iyaa kan def? Tanya Zidan padaku. Aku tersenyum mengangguk.
"Sekalian dech sambil bawa snac biar tambah semangat belajarnya." Ucap Hanif sambil membuka pintu lemarinya dan mengambil dua bungkus kripik singkong dan satu bungkus roti.
"Tapii ingat ya jangan sampai ketiduran." pesanku pada teman teman.
" Siapp." Jawab mereka.
Teriakan mudabir sudah terdengar jelas dari kamar ujung, kami pun cepat-cepat berlari keluar kamar.
Aula pesantren di penuhi oleh para santri Daruttakwa yang sedang belajar.
Kulihat majelis pun sangat ramai sekali.
kami berlima berjalan menuju samping maksof, sangat kebetulan di sana sepi,udaranya pun cukup segar.
Kami duduk melingkar, aku mulai membaca dan mempelajari ulang kitab Nahwu shorof begitu pula dengan teman teman. Hanif membuka snac dan menyodorkannya pada kami.
Ini salah satu keindahan hidup di pondok selalu bersama sama dengan teman. baik itu belajar,makan maupun tidur.
"Oh iya dep ente belum ambil kartu ujian ya." tiba tiba Dzaki bertanya padaku
"iyah." Jawabku pelan.
"Tadi di tanyain ustadz Badru soalnya, besok kan hari terakhir dep, ente ko belum bayar." Dzaki kembali bertanya.
"Abahku belum kirim uang." Jawabku padanya.
"Terus gimana dep, apa abahmu akan kesini besok." Tanya Zidan padaku, aku hanya menggeleng.
"Terus dep,ente ga ikut ujian." Tanya Hanif .
"Ane punya solusi." Teriak Wildan sambil mengacungkan tangannya.
"Solusi apa." Tanya Zidan.
"Solusi untuk Adef, ente pake aja dulu uang ane." usul Wildan.
"Engga ah itu kan uang jajan ente." Jawabku.
"Tenang aja, uang jajan ane masih ada ko, daripada ente ga bisa ikut imtihan." Ucap Wildan padaku.
"Iya dep pake yang ada aja dulu." Ucap Dzaki.
"Makasih yaa will." Ucapku padanya.
"Iya, sekarang kita ambil uangnya" ajak Wildan sambil menarik tanganku.
Ada rasa bahagia memiliki teman teman yang punya rasa solideritas tinggi, perhatian dan mengerti akan kesusahan temannya.
sesampainya dikamar Wildan
membuka lemarinya dan memberikan tiga lembar uang berwarna merah padaku.
"Ini uangnya,sekarang ente ke diwan pinta kartu ujiannya." Ucap wildan padaku.
"Makasih Wildan, you are the best." Ucapku padanya dengan tersenyum.
"Yes oke brother." Jawab Wildan sambil merangkul pundaku.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Puan Harahap
wildan malaikat penolong Adef
2021-01-23
0
Lee Jung So
aku datang 😎😎😎👍👍👌👌
#My love from the doll
2020-10-05
0
Bintang kecil
singgah keceritaku dong "ada cinta di langit jogjakarta". masih baru, tolong bantuannya ya. terima kasih 💕
2020-09-28
1