Siang ini para mudabir sibuk menempelkan jadwal ulangan di berbagai mading, ulangan dalam bahasa arab di sebut imtihan, kami terbiasa menyebutnya Imtihan.
Imtihan akhir semester kepondokan akan di laksanakan minggu depan selama sepuluh hari, maka kami punya waktu satu minggu untuk belajar dan murojaah pelajaran yang telah di pelajari.
Setelah para mudabir selesai menempelkan jadwal, kami berlari kearah mading dengan membawa buku dan pulpen untuk menulis jadwal.
"Deff ente mau nulis yang ini ga." Tanya Wildan sambil menunjuk kertas bertulisan percakapan bahasa arab yang nanti akan di gunakan sebelum di uji oleh penguji.
"Iyah mau ane tulis, kenapa emang." Aku balik bertanya.
"Ane ga nulis ah, masih hapal." Ucap wildan sambil menutup bukunya.
"Oh ya, yakin sudah hapal, coba ana tes 'madza turid' ? Tanyaku sambil terus menulis.
"Uridu an atba'a imtihanina fii hadzihi gurfah" jawab wildan, dia berdiri di sebelahku memperhatikan tulisanku.
"Ayu faslin jalasta." Tanyaku kembali .
"jalastu fil fasli sani aliyah." Jawabnya dengan lancar.
"ya sudah kalau memang yakin sudah hapal tidak perlu kau tulis." Jawabku sambil terus menyelesaikan tulisanku.
Setelah kami semua selesai mencatat, para mudabir menyuruh kami untuk berkumpul diaula pondok untuk mendapat pengarahan dari para asatidz.
aku dan Wildan duduk di barisan teman- teman santri lainnya. Setelah kami semua berkumpul barulah acara pengarahan di mulai.
ustadz Badru mengucapkan selamat kepada kelas kami yang sebentar lagi akan menjabat sebagai mudabir.
"Semoga kepemimpinan di angakatan tahun ini sangat lebih baik lagi." Ucap ustadz Badru.
"Aamiin." Ucap semua santri.
" Dan semangat untuk kalian yang insya Allah minggu esok akan melaksanakan ujian pondok." Ucap ustadz Badru.
"kalian punya waktu satu minggu untuk belajar dan seluruh asatidz telah setuju untuk meliburkan kegiatan malam hari kalian untuk fokus belajar, untuk jadwal bisa kalian lihat di mading dan untuk mendapatkan kartu ujian kalian di kenakan biaya sebesar dua ratus lima puluh ribu perorang, sampai sini apa ada pertanyaan." Ucap ustadz Badru
"Ustadz bagaimana jika belum bayar." Tanya seorang santri yang duduk paling depan.
"jika belum bayar otomatis dia tidak mendapatkan kartu ujian dan tidak boleh mengikuti ujian." Jawab ustadz Badru.
"Apa ada lagi pertanyaanya." Ucap ustadz Badru.
Aku mengangkat tanganku ustadz Badru tersenyum dan mempersilahkanku bertanya.
"Afwan ustadz paling lambat di bayar hari apa." Tanyaku.
" jika bisa sebelum hari sabtu semua santri harus sudah bayar dan mendapatkan kartu ujian." Jawab ustadz Badru.
Batinku mengeluh sudah satu minggu ini aku mogok jajan, kiriman abah pun tak kunjung datang, maklumlah abah hanya seorang petani, jika tidak sedang panen lantas apa yang mau abah jual dan dari mana lagi ia dapat uang. Aku paham dan mengerti kenapa abah belum mengirim uang, akupun tidak ingin mengabari abah, bahwa aku butuh uang, tapi bagaimana uang dua ratus lima puluh saat ini sangat aku butuhkan agar aku bisa ikut ujian pondok.
Setelah acara pengarahan dari asatidz di tutup para santri berhamburan keluar melanjutkan kembali aktifitas masing masing.
Zidan, Hanif dan Dzaki menghampiriku yang masih duduk bersama Wildan.
"Nanti malam kita belajar bareng yaa di belakang majlis." Ajak Dzaki sambil duduk berdekatan begitu pula dengan Zidan dan Hanif.
" Iyaaa, pokok nya kita harus belajar sampai jam satu." Ucap Wildan.
"Tidak perlu sampai jam satu nanti susah untuk bangun subuh, yang penting kita pokus belajar." Lirihku.
"setujuu." Ucap Hanif dan Zidan.
Sesekali aku iri pada teman teman yang lain mereka hanya berpikir untuk pokus belajar, masalah uang orang tua mereka tidak pernah telat mengirimnya.
bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Puan Harahap
semoga Adef dapat rejeki buat ujian
2021-01-23
0
Bunda Alza
like
2020-10-18
0
Nona sweet
sukaa....spirittttt
2020-10-14
0