"Hahahahaha... Baiklah, aku akan menghabisi nyawa kalian berempat karena kalian telah berani membuat onar di markas Klan Serigala Putih dan membunuh semua anggotaku," ucap Pendekar Sigong murka. Ia nampak sudah tidak sabar ingin menghabisi semua musuhnya itu.
"Jurus Gong iblis, Dengung Maut!"
Sebuah gong raksasa setinggi tiga meter tiba-tiba muncul di hadapan Sigong. Dalam waktu yang bersamaan, sebuah alat pemukul gong juga tiba-tiba muncul di genggamannya.
Sebelum keempat musuhnya sempat bereaksi, Sigong sudah terlebih dahulu memukul gong raksasa itu menggunakan benda yang ada di tangannya dengan kekuatan penuh.
Sebuah gelombang suara yang teramat dahsyat memenuhi seisi ruangan. Semua benda yang berada di ruangan itu melayang-layang di udara. Terlihat ratusan mayat manusia dan Serigala meliuk-liuk mengikuti gelombang suara yang ditimbulkan oleh Jurus Gong Iblis.
Pendekar Koroa dari Klan Konjo dan Pendekar Sparta dari Klan Yunan terlihat mengeluarkan darah dari mulut dan lubang hidungnya. Tidak lama kemudian, mereka berdua jatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.
Matsuhito dan Aron juga terlihat memuntahkan darah dari mulutnya. Meski begitu, mereka berdua masih bisa berdiri.
Gong raksasa dan suara dengung yg ditimbulkan oleh gong tersebut menghilang dalam waktu yang bersamaan. semua benda yang sebelumnya melayang-layang di udara, serentak jatuh ke lantai.
"Hahahahaha... Aku akui kalian berdua lumayan juga... Aku tidak menyangka kalian berdua masih bisa bertahan setelah terkena Jurus Gong Iblis," ucap Sigong sinis.
"Aku yakin kalian tidak akan mampu bertahan pada pukulan kedua." Tanpa menunggu reaksi lawannya, Sigong kemudian mengeluarkan jurus yang sama.
"Jurus Gong Iblis, Dengungan Maut!"
Sebuah gong raksasa kembali muncul di hadapan Sigong.
Di sisi lain, Aron dan Matsuhito terlihat tak mampu bergerak akibat luka dalam yang mereka berdua alami. Bahkan untuk berdiri saja mereka nyaris tak mampu.
"Kali ini tamatlah riwayat kalian," teriak Pendekar Sigong sambil melompat ke arah gong raksasa yang berada di hadapannya.
Tiba-tiba, "Ahhh... Apa yang terjadi?" pekik Sigong keheranan.
Sigong hanya memukul angin. Pada saat alat pemukulnya tinggal beberapa senti sebelum menyentuh gong raksasa, tiba-tiba gong raksasa itu menghilang seketika.
Sigong menjadi sangat waspada. Ia tidak menyangka akan ada orang lain di ruangan itu. Ia benar-benar tidak mampu mendeteksi kehadiran orang yang mampu mematahkan jurusnya itu.
"Sekarang saatnya, habisi orang tua itu!" Sin Toga memberi arahan kepada Sin Rara.
Sin Rara kemudian melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Sigong dan, "Prakkk." Sebuah tendangan tiba-tiba mendarat tepat di perut Sigong.
"Akhkh!" Sigong memuntahkan darah.
Belum sempat Sigong mengusap darah di sekitar mulutnya, sebuah tendangan kembali mendarat tepat di kepalanya.
Seketika itu juga, Pendekar Sigong jatuh tersungkur dan kemudian terkapar tak bernyawa.
Tampak ekspresi kebingungan di wajah Matsuhito. Nalarnya benar-benar tidak mampu membaca situasi yang telah terjadi. Ia heran melihat Sigong tiba-tiba mengerang kesakitan sambil memegang perutnya, dan tidak lama kemudian jatuh terkapar tak bernyawa.
Berbeda dengan Matsuhito, Aron justru tersenyum lembut menyaksikan situasi itu. Dengan kemampuan matanya, ia mampu melihat Sin Rara dan apa yang dilakukannya.
Sigong sang ketua Klan Serigala Putih akhirnya meregang nyawa tanpa tahu siapa yang telah menghabisi nyawanya. Semua terjadi tiba-tiba dan begitu cepat.
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Sigong sempat bertanya dalam hati, “Siapakah pendekar yang begitu hebat mampu membunuhku hanya dengan dua kali serangan?”
Matsuhito yang menyaksikan kejadian itu juga merasa sangat tercengang, dia tidak menduga kalau Sigong yang sebelumnya hampir memenangkan pertarungan justru bernasib sebaliknya.
“Apa yang terjadi. Apa yang telah menewaskan Pendekar Sigong?”
Belum sempat Matsuhito berpikir lebih jauh, ia kembali dikejutkan dengan kemunculan seorang lelaki tua dan seorang gadis cantik di dekat mayat Sigong secara tiba-tiba.
“Siapa mereka? Darimana datangnya kedua orang itu? Mungkinkah mereka yang telah menewaskan Pendekar Sigong?” gumam Matsuhito.
Melihat kedua orang itu melangkah ke arahnya, Matsuhito kemudian meningkatkan kewaspadaan. Ia ragu apakah kedua orang yang tak dikenalnya itu adalah teman atau lawan.
“Bagaimana keadaan kalian?” tanya Sintoga sambil memandang ke arah
Aron dan Matsuhito.
Matsuhito bungkam, mulutnya seperti terkunci. Setelah merasakan aura Sintoga dan Sin Rara dari dekat, ia baru menyadari kalau dua orang yang ada di depannya itu bukanlah manusia biasa.
Aron sebaliknya justru terlihat santai. Ia cukup yakin kalau dua sosok yang ada di depannya itu bukanlah musuh. Aron kemudian membungkukkan badan memberi hormat kepada Sin Toga dan Sin Rara.
“Kami terluka cukup parah. Namun kami bersyukur karena masih hidup dan itu berkat anda berdua, jadi kami ingin berterima kasih,” jawab Aron sambil memberi senyum hormat.
Sin Toga berjalan menghampiri Koroa dan Sparta yang tergeletak tak sadarkan diri. Ia kemudian mengalirkan energi yang terlihat berwarna biru dari telapak tangannya ke tubuh Koroa dan Sparta. Sesaat kemudian Koroa dan Sparta membuka mata. Keduanya kemudian bangkit dan terlihat sangat bugar. Mereka seolah-olah tidak pernah mengalami luka dari pertarungan sebelumnya.
Melihat Sin Toga menolong kedua rekannya, perasaan Matsuhito sedikit lega. Ia kemudian menghampiri Sin Toga lalu memberi hormat sambil bertanya, “Kami sungguh berterima kasih atas pertolongan anda. Namun bolehkah kami mengetahui siapa anda berdua dan apa tujuan anda datang ke tempat ini?”
“Nama saya Sin Toga, dan ini anak saya Sin Rara.”
Sin Toga kemudian menceritakan bahwa kedatangannya ke tempat itu adalah untuk menghentikan Klan Serigala Putih yang telah membuka Gerbang Naga dan telah menimbulkan kehancuran yang sangat besar di seluruh permukaan bumi.
Sin Toga juga menjelaskan, bahwa jalan satu-satunya untuk menghentikan para naga itu adalah dengan menghancurkan Tujuh Altar Naga.
Sin Toga juga menjelaskan bahwa Tujuh Altar Naga adalah tujuh batu besar yang berbentuk seperti peti mati dan terbuat dari batu mulia dan berasal dari Semesta Naga. Ketujuh Altar Naga itu diberikan oleh Raja Naga Merah kepada Klan Serigala Putih yang telah melakukan Kontrak Pengabdian dengan Raja Naga Merah. Dalam kontrak tersebut, Klan Serigala Putih harus mempersembahkan tujuh tumbal gadis perawan yang berdarah bangsawan setiap 12 purnama. Sebagai imbalan atas kesetiaan Klan Serigala Putih itu, sang Raja Naga Merah akan memenuhi beberapa permintaan Klan Serigala Putih. Hal itu sudah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu.
Akibat tidak diterimanya Klan Serigala Putih untuk bergabung dengan Perserikatan Bumi. Mereka memutuskan membuat ritual persembahan, tiga purnama sebelum masa perjanjian mereka. Hal itu mereka lakukan karena mereka ingin segera membalas penghinaan Perserikatan Bumi terhadap mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Yomz Tadde
ok
2022-04-21
1
Ali Imron
cukup menarik
2021-12-17
0
3 jagoan
💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪✍✍✍✍✍✍✍✍🙏🙏🙏🙏🙏🙏🤝🤝🤝🤝
2021-01-02
1