Pendekar Pedang Langit
Pedang Langit adalah sebuah pedang yang ditempah dari logam terkuat yang diambil dari tujuh semesta.
Pedang itu dibuat oleh Sin Sai sebelum menjadi penguasa langit dan pedang itu pulalah yang ia gunakan untuk mengalahkan Raja Naga Merah.
Sin Sai Sang Penakluk Tujuh Semesta sejatinya hanyalah seorang manusia biasa yang memiliki kesaktian yang amat dahsyat.
Namun karena kekuatan besar yang dimiliki oleh Sin Sai, Dewan Langit kemudian bersepakat untuk mengangkatnya menjadi Raja Langit demi melindungi Negeri Langit dari serangan Raja Naga Merah yang hendak menghancurkan Negeri Langit dan menguasai alam semesta kala itu.
Dewan Langit tidak sia-sia mengangkat Sin Sai menjadi raja di Negeri Langit.
Sin Sai berhasil menghancurkan pasukan Raja Naga Merah dan memaksanya mundur dan kembali ke Semesta Naga.
Dunia terbagi atas tujuh semesta. Semesta yang berada pada posisi paling tinggi adalah Semesta Langit yang juga disebut Negeri Langit, kemudian di bawahnya adalah Semesta Bumi, Semesta Naga dan Semesta Orbis yang berada pada jajaran yang sama.
Semesta terendah adalah Semesta Gion, Semesta Aljin dan Semesta Satan yang juga pada jajaran yang sama.
Walaupun Sin Sai berhasil melindungi Negeri Langit dari kehancuran, Keluarga Yong yang telah ribuan tahun menjadi penguasa Negeri Langit tidak rela jika terus-menerus menjadi bawahan Sin Sai yang hanya seorang manusia. Mereka kemudian berusaha menyingkirkan Sin Sai dengan melakukan berbagai tipu muslihat, hingga pada akhirnya tahta kerajaan berhasil direbut oleh keluarga Yong.
**
Ribuan tahun setelah runtuhnya kekuasaan Sin Sai di Negeri Langit, di suatu sore, di tepi Danau Teratai, terlihat seorang kakek tua bersama seorang pemuda sedang asyik memandangi danau.
“Sebentar lagi semua keindahan ini bakal sirna. Hanya dia satu-satunya harapan umat manusia,” gumam Sin Toga.
Kakek tua itu kemudian menoleh ke arah cucunya yang sedang asyik melemparkan batu-batu kecil ke arah air.
Terlihat batu-batu kecil yang dilemparkan oleh pemuda itu menggelinding di atas air beberapa kali hingga akhirnya tenggelam ke dasar danau.
Sin Toga kemudian memanggil cucunya yang sedang membungkuk memungut batu-batu kecil itu, “Firon, ayo kemari!”
Pemuda itu pun bergegas menghampiri kakeknya. Dengan senyum lembut pemuda itu kemudian bertanya, “Ada apa, Kek?”
“Aku ingin memberitahu kamu sesuatu yang amat penting. Kamu duduk di sini!” Sin Toga mengarahkan jari telunjuknya kearah batu seukuran kursi yang berada di hadapannya.
Firon kemudian duduk di tempat yang telah ditunjukkan oleh kakeknya itu.
“Firon, waktu kakek sudah hampir habis. Kakek tidak dapat lagi menemanimu, besok kakek bakal menghilang." Sin Toga mengusap kepala Firon dengan lembut.
Firon begitu kaget mendengar perkataan kakeknya. Raut wajahnya tampak sangat kebingungan, “Apa maksud Kakek?”
“Sebelum Kakek menghilang, Kakek akan menceritakan banyak hal padamu, mudah-mudahan cerita ini berguna untukmu dalam menjalani kehidupanmu selanjutnya."
Sin Toga kemudian berdiri dan melangkahkan ke tepi danau membelakangi Firon.
Firon juga ikut berdiri dan melangkah menghampiri kakeknya dan berdiri tepat disampingnya.
“Apa maksud kakek akan menghilang?" tanya Firon penasaran.
“Nak, dahulu bumi tempat kita berpijak ini hanyalah sebuah daratan yang tak bertepi, tidak ada lautan, yang ada hanya ratusan danau besar dan ribuan danau kecil, serta puluhan sungai besar dan ribuan sungai kecil. Danau yang ada di depan kita ini hanyalah sebuah danau yang dianggap kecil kala itu. namun banyak warga yang suka tinggal di sekitar pinggiran danau ini karena keindahannya dan juga karena letaknya yang berada di dataran tinggi, dan juga udaranya yang sejuk.” Sin Toga mengacungkan jari telunjuknya ke arah danau.
Sin Toga kemudian melanjutkan ceritanya bahwa sebuah peristiwa naas terjadi sekitar dua puluh tahun yang lalu.
Di wilayah utara bumi tiba-tiba muncul jutaan makhluk bersayap, bersisik dan mampu menyemburkan api dari mulutnya.
Makhluk itu adalah Naga yang datang dari Semesta Naga.
Jutaan ekor Naga itu kemudian membumi hanguskan seluruh permukaan bumi.
Hanya dalam tempo satu hari, hampir seluruh permukaan bumi berubah menjadi padang tandus. Tumbuh-tumbuhan nyaris tak tersisa. Yang ada hanyalah gumpalan asap yang menyelimuti bumi.
Seluruh umat manusia berada dalam keputusasaan.
Mengetahui hal itu, Raja Langit kemudian memerintahkan Sin Rara untuk menangani masalah yang sedang melanda bumi itu.
Sin Rara yang tidak tahu apa-apa tentang peristiwa yang sedang melanda bumi hanya bisa pasrah dan menerima misi sulit yang diberikan oleh Raja Langit.
Sebelum Sin Rara Meninggalkan Langit, Raja Langit memberinya tujuh buah mutiara yang bernama Tujuh Mutiara Kehidupan.
Sin Rara menerima ketujuh mutiara itu tanpa tahu apa tujuan dan bagaimana cara menggunakannya.
Setelah menyerahkan Tujuh Mutiara Kehidupan kepada Sin Rara, Raja Langit kemudian berpesan, "Sin Rara, waktumu hanya satu purnama... Kamu harus menyelesaikan misi ini dan kembali ke langit sebelum purnama menampakkan sinarnya... Jika kamu terlambat sedetik saja, maka kamu akan tinggal di bumi selamanya dan menjadi makhluk fana seperti layaknya manusia biasa."
"Terima kasih sudah mengingatkan Yang Mulia," jawab Sin Rara.
"Kekuatanmu sebagai seorang Dewi juga akan sirna. Hanya kekuatan dari Tujuh Mutiara Kehidupan dan kekuatan pedang ini yang akan tetap bertahan.” Raja Langit kemudian menyodorkan sebilah pedang panjang kepada Sin Rara.
Sin Rara meraih pedang yang diberikan oleh Raja Langit itu, 'Kelihatannya misi ini bakal sulit... Apalagi aku hanya punya waktu satu purnama.' Sin Rara menghela nafas panjang.
Sin Rara kemudian pamit dan bergegas meninggalkan Istana Langit.
Setelah dirinya sudah berada di luar istana, barulah Sin Rara melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Gerbang Bumi.
Setibanya di gerbang yang menghubungkan antara langit dan bumi itu, Sin Rara kemudian menghampiri salah seorang penjaga gerbang yang sedang berdiri seperti patung.
"Izinkan aku melewati gerbang!" ucap Sin Rara dengan nada memerintah.
Mendengar Sin Rara memintanya agar membuka gerbang, penjaga itu kemudian bergegas membuka gerbang dan mempersilahkan Sin Rara untuk melewatinya.
Begitu melihat gerbang sudah terbuka, Sin Rara melesat ke antara dua pilar gerbang dan seketika itu juga Sin Rara menghilang dari pandangan para penjaga gerbang.
Hanya dalam hitungan detik, Sin Rara sudah tiba di langit bumi. Ia melayang di udara pada ketinggian ribuan meter dari permukaan bumi.
“Apa yang terjadi?” Sin Rara hanya bisa mengerutkan dahi melihat apa yang terjadi di depan matanya.
Bumi sudah menjadi tanah tandus yang tak bertepi. Makhluk hidup yang terlihat hanya ribuan, bahkan jutaan ekor naga yang sedang terbang kesana kemari.
Jutaan ekor naga itu sesekali menyemburkan api dari mulutnya.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang. Bagaimana aku akan menghadapi semua naga itu,” gumam Sin Rara sambil memalingkan pandangannya ke arah pedang pemberian Raja Langit dan bungkusan yang terbuat dari kain sutra emas yang berisi Tujuh Mutiara Kehidupan.
Sejenak kemudian, Sin Rara mengalihkan pandangannya ke arah para naga yang berada tidak jauh di bawahnya.
Sin Rara tersenyum, ia memikirkan sebuah rencana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🙏Numpang mampir moga Alurnya 👍
2023-10-12
0
Untung Susilo
misi duta kedamaian dibalik maksud terselubung
2022-02-02
0
Antonius Adang
kurang seru gk ada gambarnya
2021-11-05
0