RUMAH RAHASIA ini terbuat dari kayu jati asli. Terletak indah di lereng perbukitan kota Bogor.
Menempuh jarak empat jam dari Jakarta untuk mencapai rumah rahasia ini dengan memakai mobil milik Nayaka.
Konon ini adalah rumah persembunyian kedua orang tuanya dari kejaran keluarga Akbar, dan mereka menyebutnya sebagai Rumah Rahasia Kita. Tak ada yang tahu mengenai rumah ini selain Nisa, si kecil dan ibu asuh mereka Dewi Purnama.
Di dalam rumah ini terpajang sebuah lukisan keluarga, dalam lukisan itu nampak Nisa kecil berdiri di samping papanya diapit oleh mama Quin yang sedang duduk di kursi, dengan perut sedang hamil tua.
Lukisan indah itu dibuat oleh tangan terampil papa Bintang, saat mereka memperkenalkan tempat ini pada Nisa kecil sembilan tahun lalu. Tempat ini cukup dingin karna berada di sebuah lereng, itulah alasan kenapa rumah ini memiliki perapian, dan rumah ini cukup jauh dari pedesaan. Tersembunyi dan jarang orang melewatinya.
bagian dalam rumah rahasia.

Nisa memasuki kamarnya yang ada di lantai atas. Di bagian atas rumah ini hanya ada satu kamar dan menyatu dengan bagian bawahnya.
bagian kamar rumah rahasia

Di kamar ini terdapat tempat tidur, lemari pakaian dari kayu, ada juga semacam rak tempat nyimpan barang, juga terdapat brangkas dari kayu, yang menarik di dalam brangkas itu ada sepasang gaun pengantin cantik berwarna putih dan jas putih berbentuk Tuxedo. Sepasang baju pengantin itu pernah dipakai ayah ibunya ketika mereka kawin lari.
Nisa tertawa kecil ketika adiknya sudah memakai Jas Tuxedo milik ayahnya. Tahun lalu dia melakukan hal yang sama dan Nisa selalu merasa lucu ketika melihatnya, karna Jas itu terlalu besar menutupi sebagian tubuhnya yang masih kecil.
"Kenapa tertawa? Bintang rasa ini sudah cukup." memprotes tawaan kecil Nisa yang sedikit membuatnya tidak nyaman.
Kembali Bintang kecil menilik dirinya di dalam cermin besar yang menempel di lemari pakaian. Bagian tangannya kepanjangan untuk membuatnya terlihat cukup. Bintang kecil melipat bagian tangannya memaksakan diri untuk terlihat cukup.
"Tuh. Sekarang pas. Iyakan, Kak?" ujarnya pada Nisa di dalam cermin yg kini berdiri di belakangnya.
"Mana ada jas dilipat seperti itu," ujar Nisa protes dengan lembut. "Kalau Bintang mau, akan Kakak buatkan sesuai ukuranmu nanti."
"Tidak mau...." protesnya tiba-tiba kesal.
Bintang kecil memutarkan badannya ke belakang menatap Nisa dengan bibir menguncup, ia merasa kesal jas yang dikenakan masih saja belum cukup di tubuhnya, padahal ia sudah mencobanya dari tahun lalu.
Nisa mendudukan pantatnya di bangku depan cermin rias lalu menggiring adiknya lebih dekat, Nisa menyipit, mengangkat ke dua tangan adiknya, lalu memasangkan wajah kecewa.
"Beberapa tahun lagi baru bisa terpakai. Mungkin tahun depan."
"Kelamaan, Kak! Bintang mau sekarang...." ujarnya bernada manja.
"Ini Jas menikah, Sayang. Masa mau dipakai sekarang."
"Bintang memang ingin segera menikah, Kakak...."
MENIKAH???
Nisa terpukau terkejut, lalu menyeringai tertawa antara kaget dan lucu, tapi Nisa langsung melenyapkan seringainya ketika mata pria kecil di hadapannya menatapnya kesal.
Menurut Nisa ini sesuatu yang lucu, dari anak sekecil itu berkata ingin menikah yang hanya dipikirkan oleh orang dewasa, bahkan saat Nisa pacaran dengan Nayaka pun Nisa tak pernah memikirkan hal itu.
"Maaf...." Nisa pura-pura menyesal sudah mentertawainya. "Kakak tidak tahu kalau Bintang sedang menyukai seseorang. Apa itu Alana?" tebak Nisa menyebut nama salah satu teman di kelasnya yang paling cantik.
Bintang Kecil mengelengkan kepalanya sebagai isyarat tebakan kakaknya salah.
"Kalau begitu pasti Amanda, yah?"
Nisa menyebut salah satu teman sepermainannya di yayasan, tapi kembali Nisa melihat si kecil menggeleng. Nisa menyipit bingung menatap wajah polos adiknya.
"Kalau begitu siapa, dong?"
"Kakak."
"Kakak...." pekik Nisa kaget.
Ini jawaban yang paling konyol dari yang pernah Nisa dengar dari mulut si kecil, bayangkan dilamar oleh bocah berumur sepuluh tahun, dan lucunya yg melamar adik sendiri dan belum paham, apa itu menikah? Mungkin dalam pikirannya menikah itu seperti ulang tahun, memakai jas dan gaun lalu bersenang-senang. Ini lucu sekali, pernyataan polosnya berhasil menggelitik perasaan Nisa. Tapi Nisa berusaha untuk tidak tertawa meski itu sangat lucu.
"Mana boleh begitu?"
"Kenapa?"
"Tidak ada adik yang menikah dengan kakaknya. Itu dosa besar. Tuhan akan marah."
Nisa menjelaskan selembut mungkin agar tidak menyinggung perasaannya, dan saat itu pula ia melihat wajah adiknya menunduk murung. Nisa membuka jasnya dari tubuh si kecil dan menyimpannya di atas ranjang.
Nisa menggiring tubuh adiknya duduk di pangkuannya. Posisi si kecil jadi lebih tinggi dari Nisa.
"Jangan sedih dong, Sayang..., kalau boleh tahu, kenapa Bintang mau menikah sama Kakak?" tanya Nisa sedikit mendongak menatap wajah adiknya yang duduk dalam pangkuannya.
"Karna kata teman-teman, kalau ingin tinggal bersama seseorang yang di sayang harus menikah dulu." balasnya polos dengan posisi muka sedikit menunduk membalas pandangan Nisa.
Nisa terpaku, pengakuan yang menggetarkan hati, tersentil Nisa dengan pernyataannya itu seperti petunjuk kalau si kecil sangat menderita selama ini. Tiga bulan sudah tidak seatap lagi dengannya dan satu minggu ini setelah persidangan Nisa tak menemuinya, sepertinya ini tekanan berat bagi si kecil.
"Nanti kalau Bintang sudah besar, Bintang akan bertemu seseorang yang Bintang sayang, dan Bintang akan menikah. Bukan dengan Kakak, tapi seorang putri yang cantiik sekali..."
"Tidak mau! Bintang tidak akan sayang siapapun selain Kakak." Si kecil menolak tegas. "Kalau tidak bisa menikahi Kakak, ya sudah Bintang tidak akan menikah. Bintang mau menemani Kakak saja sampai Bintang mati." Melingkarkan kedua tangannya memutar di leher Nisa dan memeluk Nisa manja dan sedih.
Nisa melihat kekecewaan yg mendalam pada diri adiknya, semacam patah hati, kekecewaan seperti itu mengingatkannya pada diri sendiri ketika bagaimana Nayaka mengecewakan dirinya.
"Sepertinya Bintang benar. Setelah dicampakan paman Naya, Kakak pun tidak akan menikah."
Nayaka pacar pertamanya sulit untuk dilupakan, bagaimana pria itu menyakitinya dengan pura-pura jatuh cinta, dalam sekejap ia seolah mendorong dirinya ke jurang yang sangat dalam, dan itu masih terasa sakit.
Nisa membalas pelukan si kecil di depannya dan berjanji dalam hati, akan mengabadikan cinta kasihnya hanya untuk Bintang kecil seorang.
"Kakak akan menemanimu saja, sampai akhir hidup Kakak. Kakak akan mengabadikan hidup Kakak hanya untuk menjaga dan juga menyayangimu."
"Benarkah?" Melepaskan pelukannya dan menatap wajah kakaknya senang.
"Iya, Sayang. Kakak janji mulai saat ini tak akan ada pria lain selain Bintang Kecil di hati Kakak. Kalau Kakak melanggar, Kakak akan masuk Neraka. Bintang kan tahu kalau bohong itu dosa. Iyakan?"
"hehe....Iya." ujarnya membenarkan ucapan Nisa.
Selama ini bagi si kecil Nisa sudah seperti buku agama, sekaligus guru agama karna selalu menanamkan kebaikan dan keharusan mencintai Tuhan, juga memperkenalkan seindah apa itu surga dan semengerikan apa itu neraka. Dan si kecil selalu ketakutan setiap kali kakaknya menceritakan neraka, makanya setiap kakaknya melakukan kewajibannya untuk sholat si kecil akan berdiri di belakang mengikutinya. Si kecil merasa dengan mengikuti aturan itu suatu hari nanti apabila ia mati, ia akan terus bersama kakaknya di tempat paling indah yaitu surga.
"Awas yah, Kakak tidak boleh melanggar. Bintang tidak mau Kakak masuk neraka. Kalau Kakak masuk neraka, Bintang juga mau ikut Kakak ke Neraka, jadi Kakak jangan melanggar janjinya, yah. Bintang takut masuk Neraka."
"Kalau takut, kenapa mau ikut, kalau seandainya Kakak masuk Neraka. Kan takut...."
"Karna Bintang hanya mau tinggal bersama Kakak. Kemanapun Kakak pergi Bintang akan ikut."
Nisa terpaku, si kecil begitu menyayangi dirinya, persis sama seperti dirinya menyayangi si kecil, namun Nisa masih sanggup bertahan tapi bagaimana dengan si kecil, ia benar- benar ketergantungan dengan kasih sayang Nisa, sampai ketempat paling mengerikan sekaligus ia takutipun si kecil tidak dipedulikannya lagi, sangat miris sekali membayangkan hanya semalam ini saja Nisa akan menghabiskan waktu, sebelum matahari terbit besok Nisa harus melepaskanya, sementara si kecil tidak mau lepas darinya.
"Baiklah. Demi Bintang Kecil, Kakak akan menepati janjinya biar kita bisa hidup bersama bahagia kelak di dalam surga. Kakak tak akan biarkan Bintang masuk neraka." ujar Nisa kembali memeluk tubuh kecil di pangkuannya erat sementara bathin Nisa menangis.

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Winda Rahmawati
mewek thor. 😭😭😭
2020-06-08
0
Sery
terus bahagia nisa n bintang🤗
2020-04-17
1
Santi Yulia Rahmawati
Bikin baper....
2020-04-16
1