Cinta Tulus Nayaka

Nayaka menatap pedih ketika menyaksikan gadis di hadapannya duduk rapuh. Matahari senja yang menyelinap masuk menyinari tubuhnya yang lusuh, nampak berterbangan di atasnya sapuan debu-debu bangunan ini, gadis itu seolah ikut menjadi bagian dari bangunan ini yang ikut mati terbakar bersamanya.

"Maafkan aku...."

Nayaka meneteskan air matanya, ia tak sanggup melihatnya seperti ini, karena semua yang terjadi pada gadis ini adalah kesalahannya yang disengaja, pertemuannya sekitar enam bulan lalu sudah direncanakan, menjadi bagian dalam kehidupan gadis ini adalah sketsa perencanaan ibunya, tujuannya untuk menyelidiki kehidupan Bintang Kecil, dan mencari celah untuk bisa merebut kembali keponakannya, dan memasukannya ke dalam anggota baru keluargga Akbar.

Namun tidak semudah itu bagi keluarga Akbar untuk bisa merebutnya dengan mudah, surat wasiat yang dibuat ayah mereka menjadi penghambat, untuk bisa membawa Bintang Kecil pada keluarga yang sebenarnya.

Selama tiga bulan Nayaka masuk dalam kehidupan gadis itu, namun ia tak pernah menemukan celah itu. menurutnya gadis itu telampau sempurna dalam merawat keponakannya, saat dia lelah tak sedikitpun ia mengeluh, saat dia sakit, ia berusaha untuk tetap mengasuh dan tak mengabaikannya, namun dia hanya akan menangis panik jika sesuatu yang buruk terjadi pada si kecil.

Nisa benar-benar mengabdikan hidupnya untuk Bintang kecilnya, semua pekerjaan rumah ia tangani dengan baik, bahkan ia juga ikut bekerja di toko roti, peninggalan ayah nya yang memiliki lima belas karyawan. Namun sesibuk apapun situasinya, Nisa selalu berusaha menjaga si kecil dalam kondisi apapun.

Sudah satu tahun ini Nisa mengurus si kecil seorang diri, tanpa bantuan Dewi Purnama, padahal ia dan adiknya masih dalam perlindungan Dewi Purnama, namun Nisa tidak membebankan hal itu, menurutnya yang paling berkewajiban mengurus si kecil adalah dirinya, Dewi purnama hanya sebuah pertahanan diri, agar surat wasiat tidak bisa diganggu gugat.

Seorang diri, Nisa sanggup melakukannya, dari mulai antar jemputnya sekolah, karena

walau usia Bintang Kecil sudah dua belas tahun tapi dia sangat manja berbeda dengan anak- anak seumurannya yang sudah merasa malu diantar jemput sekolah, kemanapun ia pergi harus ditemani Nisa, bahkan si kecil tidak pernah mau makan kalau tidak disuapi Nisa. ( Hmmm manja bangetkan?)

Nayaka mengagumi cara gadis itu mengurus si kecil, cara yang hangat lembut dan penuh kasih, hanya akan sedikit tegas kalau si kecil bermain yang bisa membahayakan dirinya.

Hanya tiga bulan Naya ikut menjadi bagian dari kehidupan Nisa sebagai pacar pertamanya, tapi itu sudah cukup bagi Naya mengenal gadis itu, sipatnya yang penyayang dan keibuan, membuat Bintang Kecil sangat bermanja kepadanya, kepribadiannya yang lembut dan bertanggung jawab, membuat Bintang Kecil tidak mau jauh darinya, tapi justru karena itulah Nayaka tidak setuju kalau gadis itu bertanggung jawab penuh atas si kecil, masa depannya masih panjang, sayang kalau harus dihabiskan dengan mengurus anak kecil, itu sama sekali tidak adil bagi gadis itu.

Nisa masih sangat muda usianya baru sembilan belas tahun, tahun lalu ia baru lulus SMA, tapi karena harus mengurus si kecil dia tidak melanjutkan sekolah ke jengjang yang lebih tinggi, padahal Nisa sangat cerdas, dia lulus sebagai juara umum di sekolahnya, bahkan ia menang beasiswa untuk meneruskan sekolahnya ke Universitas paling ternama di Jakarta, tapi Nisa menolak semua itu karena keharusannya mengurus Bintang Kecil.

Saat seperti ini Nayaka ingin sekali memeluknya, menciumnya, menenangkannya, dan mengatakan padanya.

"Jangan bersedih Nisa, aku selalu ada bersamamu."

Atau kalimat lain yang saat diucapkan, Nisa akan tersenyum.

"l love u. Nisa."

Tapi kalimat-kalimat itu sekarang tidak boleh keluar, meski hanya satu kali, gadis itu sudah tahu kalau kedatangannya dalam hidupnya adalah perencanaan, demikian pula alur ceritanya, hanya saja Nisa tidak pernah tahu akhir dari ceritanya, dan Nayaka sendiri tidak berniat mengatakannya. Ini di luar rencananya.

Nayaka tidak pernah menyangka kalau ia akan terjebak dengan lingkaran cinta yang ia buat sendiri, tadinya hanya mencari celah untuk bisa merebut kembali keponakannya yang hilang, namun kebaikan hati dan kepribadiannya yang penyayang, membuat pria yang biasa dipanggil Naya itu jatuh cinta kepada Nisa.

Selain itu Nisa terbilang sosok yang menarik dan juga cantik, dia memiliki mata yang anggun dan indah, hidungnya mancung dan lancip, bibirnya kecil namun seksi, tubuhnya bagus proposional, dia tak pernah berdandan meski hanya memakai bedak, tapi justru itu sangat alami, dia nampak seperti batu permata murni yang belum terasah.

Nayaka menelan ludahnya, berusaha kembali mengeluarkan kalimatnya, hal penting itu harus segera ia sampaikan, meski Naya tak tega untuk mengatakannya, tapi Nayaka tekankan, gadis ini harus tahu supaya ia bisa menyiapkan diri lebih awal.

"Aku datang ingin memberitahumu. Besok lusa... ?" Naya menarik napas berat. "Kami akan membawa si kecil ke luar negeri."

Naya melihat gadis itu mulai berdiri, menatapnya penuh ketakutan.

Naya kembali melanjutkan.

"Hanya tiga bulan saja Nisa, setelah itu kami akan kembali pulang ke sini Dalam hal ini aku butuh pengertianmu. Suasana baru sangat ia butuhkan, aku khuatir masalah yang kita hadapi selama tiga bulan ini, dapat mengganggu perkembangan jiwanya. Sebelum kami membawanya pergi aku minta temuilah dia, satu minggu ini dia sangat merindukanmu."

Nayaka tak kuasa melihat bagaimana gadis di depannya menitikan air matanya lagi, mungkin itu sangat menyakitkan, karena selama tiga bulan ia tidak akan melihat lagi adiknya. Bagi Nisa ini waktu yang sangat panjang.

"Nisa tak sanggup hidup tanpa Bintang. Naka..." lirih Nisa.

Nisa menyenderkan kembali punggungnya ke tiang, menyusutkan tubuhnya duduk ke lantai hitam dan berabu. Keterangan Nayaka seolah jarum suntik mati yang menusuk tubuhnya, membuatnya sangat lemah tak bertenaga.

Nisa menangis memeluk tubuhnya sendiri. Tiga bulan adalah waktu yang sangat panjang, Nisa tak sanggup hidup tanpa si kecil begitupun si kecil ia tak akan sanggup hidup tanpa dirinya.

"Maaf." ucap Naya parau. "Hanya tiga bulan Nisa, itu tidak lama, kamu harus menunggu, kamu akan bertemu Bintangmu lagi setelah tiga bulan, kamu harus mengerti, ini demi Bintang." lirih Naya meneteskan air matanya.

Nayaka tak sanggup lebih lama lagi menatap Nisa, penderitaan Nisa saat ini sangat membantai perasaannya, segera ia melesat meninggalkan bangkai rumah itu.

Malam sudah pekat ketika Nayaka sampai di rumahnya, sambutan liar terdengar gaduh dari kamar si kecil. Nayaka melesat, ia tahu keponakannya mengamuk lagi, dan itu hampir setiap malam. Sudah berbagai macam cara Naya berusaha membuatnya tenang, tapi ia selalu bersikap sama, setiap hari setiap malam, ia hanya menyebut satu nama.

"Kak Nisa...!"

"Paman janji, besok kalau Kak Nisa tidak datang ke sekolah menjengukmu, Paman pasti mengantarkanmu ke Kak Nisa."

"Bintang mau pulang! Sekarang...!" teriaknya pada Nayaka lalu memegang tangannya. "Bintang tidak suka di sini. Di sini tidak enak..." lirihnya memohon.

Keadaan keponakan nya sebenarnya satu minggu ini tidak lebih baik dari Nisa, keduanya sama-sama menderita, dan Nayaka ikut terluka karena tidak sanggup meringankan keadaan keduanya.

Naya segera memeluk tubuh kecilnya, berusaha menenangkannya,sambil

terus berusaha meyakinkan.

"Paman tahu. Kamu rindu sekali pada Kak Nisa, tapi rumah ini sekarang adalah rumahmu."

"Tidak!" Melepas pelukan pamannya.

"Bintang tidak mau tinggal di sini. Bintang mau pulang ke Kak Nisa....!" teriaknya menangis.

Nayaka hanya bisa menangis sakit setiap kali keponakannya seperti ini, sejak ibunya merampasnya dari tangan Nisa tiga bulan lalu, si kecil memang menolak tinggal di sini, namun saat itu Nisa masih selalu datang, setiap hari menemuinya di sekolah, dan setiap malam Nisa datang ke rumah ini, untuk sekedar memeluk dan menyanyikan lagu tidur sampai si kecil terlelap.

Keponakannya yang satu ini memang benar-benar sangat manja, Bintang kecil tidak mau tidur kalau Nisa tidak memeluk dan menyanyikan lagu untuknya, sulit dipungkir kalau keponakan kecilnya sangat bergantung dengan kasih sayang Nisa.

Setelah persidangannya kalah satu minggu lalu, Nisa mulai tak datang lagi, dan itu membuat si kecil terus-terusan ngamuk setiap malam karena sulit tidur, ketegasan dan kelembutan sudah Nayaka lakukan untuk menenangkannya, tapi yang ia butuhkan bukan itu, tapi Nisa.

Nayaka menemui ibunya setelah keponakannya tidur karena kelelahan, begitulah cara bagaimana keponakannya tidur setiap malam, saat tak ada Nisa di sampingnya, dan Naya mulai bosan dengan situasi ini.

"Ibu apa tidak sebaiknya kalau Nisa kita ajak tinggal di sini, dengan begitu Bintang tidak akan terus-terusan mengamuk lagi. Jujur Bu, Aku merasa lelah menghadapinya." Pinta Naya pada ibunya yang sedang duduk menempel di tempat tidurnya.

"Mengajaknya tinggal di sini? Apa bicaramu tidak berlebihan?"

"Bintang Kecil sangat membutuhkan Nisa, Bu."

"Apa kamu tahu, jangankan mengajaknya untuk tinggal bersama kita di sini, melihatnya saja Ibu sudah tak sudi lagi. Karena ....?" Menghentikan kalimatnya dan tatapannya berubah perih.

"Karena Nisa mengingatkan Ibu pada Quin. Itukan yang hendak Ibu katakan?" timpal Nayaka

Nayaka tahu itu alasannya, bisa ditebak wajah ibunya akan berubah setiap kali diperdengarkan nama Quin, menurutnya Quin adalah orang yang memporak-porandakan hidupnya, Ia telah kehilangan putra kesayangannya karena nama itu, dan Nisa memang mirip dengan Quin, sama-sama cantik dan sama-sama melawan seorang Anggraeni.

"Jangan sebut nama itu lagi di depanku!" Anggraeni marah. "Nama itu sudah lama mati. Ibu tak mau mendengarnya lagi. Kamu paham?"

"Kalau begitu jangan samakan Nisa dengan Quin, Bu? Nisa bukan Quin, Nisa hanyalah anak angkat mereka, Dia hanyalah korban pertikaian antara Ibu dan kakak." Kemudian Nayaka menjatuhkan badannya di depan kaki ibunya, bersujud memohon. "Aku mohon jangan benci Nisa, jangan pisahkan mereka, biarkan Nisa tinggal di sini. Aku mohon, Bu..."

Nayaka menitikan air matanya sambil memohon. Anggraeni menurunkan pantatnya dari tempat tidur, ia berjongkok mengikuti putranya, kemudian ia pegang kedua pipi Nayaka, ia tatap pandangannya, di sana Anggraeni menemukan sesuatu hal yang menurutnya tidak baik.

"Apa kamu sekarang sedang memohon demi Nisa?" ucapnya penuh selidik. "Kurasa tidak hanya keponakanmu saja yang membutuhkan Nisa untuk tinggal di sini, sepertinya...," menyipit menilai. "Kamupun begitu?"

Nayaka terkejut setengah mati ketika ibunya menebak seperti itu, tiba-tiba ia merasa gugup dan takut. Bagaimanapun ibunya tidak boleh tahu perasaannya pada Nisa, karena itu hanya akan menambah kebencian ibunya pada Nisa.

"Itu tidak benar. Aku hanya... ?"

Nayaka terhenti ia gugup hingga kehilangan kalimatnya untuk mengelak, dan sepertinya ia gagal menyembunyikan perasaannya dari ibunya, karena kemudian setelah itu ibunya berdiri lalu berkata.

"Ibu batalkan rencana liburan tiga bulan."

Tangan Anggraeni meraih kedua tangan Nayaka, menggiringnya berdiri, setelah saling berhadapan ia meneruskan kembali kalimatnya dengan tenang.

"Tapi, kita pindah dan tidak perlu kembali."

Ya Tuhan Naya terpukul mendengar keputusan dadakan ibunya. Rencana tiga bulan seketika berubah jadi kata pindah, itu karena ibunya sudah menebak pasti tentang perasaannya pada Nisa, dan itu artinya ibunya saat ini sedang marah besar.

Naya mengutuki dirinya karena ia sudah tak sengaja membuka perasaannya pada Nisa, dan ia sadar kalau ia telah ceroboh. Ini bukan waktunya lagi protes atau mengelak tuduhannya, yang harus ia lakukan adalah mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

"Maafkan aku, Bu. Semua salahku, Aku yang sudah jatuh cinta pada Nisa, Nisa sama sekali tidak tahu. Aku mohon jangan ubah rencana liburan kita, karena itu terlalu kejam buat mereka, Bu."

"Tinggalkan. Ibu. Sendiri." Nadanya datar.

Nayaka tak bisa memohon lagi kalau ibunya sudah memerintahkanya untuk pergi. Nayaka melangkah lemas meninggalkan ibunya, sambil memurkai diri karena kesalahannya mencintai Nisa. Tapi memutuskan pindah gara-gara hal ini dinilai keterlaluan, dan Naya harus berusaha mencegahnya.

Memisahkan mereka sudah sangat berat bagi Nisa dan Bintang Kecil, apalagi kalau sampai menjauhkan keduanya hingga tak diberikan kesempatan lagi untuk bertemu, bukankah itu terlalu kejam bagi mereka.

Terpopuler

Comments

chichichi

chichichi

Kasihan Nisa 😢😢😢

2020-06-12

0

Sery

Sery

maknya nayaka..ingin rasanya ku jitak

2020-04-17

1

Santi Yulia Rahmawati

Santi Yulia Rahmawati

syukaaaaa.....

2020-04-16

1

lihat semua
Episodes
1 Surat untuk Nisa
2 Bintang Kecil kado terakhir papa dan mama untuk Nisa
3 Cinta Tulus Nayaka
4 Merebut Bintang Kecil untuk semalam
5 Rumah Rahasia Kita
6 Kue ULTAH Bintang
7 Perpisahan Nisa dan Bintang Kecil.
8 Perjalanan Nisa untuk meraih Bintang
9 Lenyapnya Nisa Dan Lahirnya Queen Agung
10 Armanda Akbar
11 Surat terakhir dari Nisa
12 QUEEN AGUNG
13 MUTIARA AGUNG
14 RIDWAN AGUNG
15 NAYAKA AKBAR
16 ANGGRAENI AKBAR
17 Tangisan Yang Menyayat Hati
18 Pertemuan Queen Agung dan Anggraeni Akbar
19 Pertemuan Nisa dan Bintang.
20 Bahagia dan Air mata
21 MALAIKAT PELINDUNG
22 Jangan pergi saat ku tidur
23 Pembatalan Kesepakatan
24 KULIAH
25 BINTANG MENYUKAI SESEORANG?
26 Sesuatu Terjadi di hati Bintang
27 Sesuatu Terjadi di hati Nisa
28 Pernyataan Cinta Nayaka
29 Setelah umurku 21 tahun apa kau akan berhenti jadi Kakakku?
30 Tembok yang sulit dirubuhkan
31 RAHASIAKU
32 Pernyataan Cinta Mutiara
33 Cemburunya Mutiara
34 JANGAN MENANGIS
35 Undangan Makan Malam
36 Masa lalu yang kelam
37 Aku Mohon Sangkallah
38 PENYERAHAN HARTA
39 MELISA
40 TUHAN
41 SUMPAHNYA MUTIARA
42 KITA MENIKAH?
43 Kepulangan Anggraeni
44 SURAM
45 Rahasia Anggraeni
46 NISA DAN ANGGRAENI
47 PESTA ULANG TAHUN
48 QUEEN DAN MUTIARA
49 INI PEREMPUAN KU
50 Armanda dan Nisa dalam satu.
51 Nisa dan Nayaka
52 Mutiara dan Kursi Roda
53 Nisa Dan Nayaka
54 BAGAIMANA CARANYA AKU BISA MELUPAKANMU?
55 JANGAN TINGGALKAN AKU, KAKAK....
56 KEAJAIBAN
57 NISA ATAU BINTANG??
58 BINTANG REBUTAN
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Surat untuk Nisa
2
Bintang Kecil kado terakhir papa dan mama untuk Nisa
3
Cinta Tulus Nayaka
4
Merebut Bintang Kecil untuk semalam
5
Rumah Rahasia Kita
6
Kue ULTAH Bintang
7
Perpisahan Nisa dan Bintang Kecil.
8
Perjalanan Nisa untuk meraih Bintang
9
Lenyapnya Nisa Dan Lahirnya Queen Agung
10
Armanda Akbar
11
Surat terakhir dari Nisa
12
QUEEN AGUNG
13
MUTIARA AGUNG
14
RIDWAN AGUNG
15
NAYAKA AKBAR
16
ANGGRAENI AKBAR
17
Tangisan Yang Menyayat Hati
18
Pertemuan Queen Agung dan Anggraeni Akbar
19
Pertemuan Nisa dan Bintang.
20
Bahagia dan Air mata
21
MALAIKAT PELINDUNG
22
Jangan pergi saat ku tidur
23
Pembatalan Kesepakatan
24
KULIAH
25
BINTANG MENYUKAI SESEORANG?
26
Sesuatu Terjadi di hati Bintang
27
Sesuatu Terjadi di hati Nisa
28
Pernyataan Cinta Nayaka
29
Setelah umurku 21 tahun apa kau akan berhenti jadi Kakakku?
30
Tembok yang sulit dirubuhkan
31
RAHASIAKU
32
Pernyataan Cinta Mutiara
33
Cemburunya Mutiara
34
JANGAN MENANGIS
35
Undangan Makan Malam
36
Masa lalu yang kelam
37
Aku Mohon Sangkallah
38
PENYERAHAN HARTA
39
MELISA
40
TUHAN
41
SUMPAHNYA MUTIARA
42
KITA MENIKAH?
43
Kepulangan Anggraeni
44
SURAM
45
Rahasia Anggraeni
46
NISA DAN ANGGRAENI
47
PESTA ULANG TAHUN
48
QUEEN DAN MUTIARA
49
INI PEREMPUAN KU
50
Armanda dan Nisa dalam satu.
51
Nisa dan Nayaka
52
Mutiara dan Kursi Roda
53
Nisa Dan Nayaka
54
BAGAIMANA CARANYA AKU BISA MELUPAKANMU?
55
JANGAN TINGGALKAN AKU, KAKAK....
56
KEAJAIBAN
57
NISA ATAU BINTANG??
58
BINTANG REBUTAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!