Wings & Fate

Wings & Fate

Fae God

Stop! Jangan baca dulu! Author mau kasihtau lagi, kalau Wings & Fate ini season 2 dari Wings & Dust, jadi bagi yang belum membaca Wings & Dust, jangan dilanjutin ya! Dan untuk para pembaca yang sudah membaca season 1 tapi agak lupa dengan ceritanya, boleh mampir ke rekapan ceritanya di Wings & Dust eps 51.

Selamat membaca! XD

.

.

.

Sudah satu bulan tepatnya aku melakukan ini, dan selama itulah perasaanku tidak pernah berubah.

"Lagi!" Teriak gadis Ventus itu dari kejauhan. Aku mendesah, kemudian mengangkat kedua tanganku. Selama satu bulan ini, kemampuanku dalam mengontrol sihir baruku makin meningkat, tetapi hal ini tidak membuatku bangga. Cahaya pelangi mulai merekah dari telapak tanganku, kemudian memancar ke segala arah, menciptakan semacam pelangi di langit pada tengah musim dingin.

Ella berteriak kegirangan. Ia bersama sekelompok anak yang kira-kira seusianya terbang mengelilingi pelangi yang baru saja kuciptakan. Sebagian mencoba untuk mendudukinya, namun tak lama cemberut karena pelangiku tidak berbentuk padat. Ella terbang mengelilingi pelangi itu, sambil merentangkan tangannya untuk menyentuh cahaya hangat tersebut. Angin topan kecil sampai terbentuk karena perbuatannya.

"Ella! Kontrol sihirmu!" Teriak Flora dari sampingku. Fae Blossom itu segera menumbuhkan bunga pada pohon terdekat. Pohon yang semulanya kering mulai mekar karena akibatnya. Bunga-bunga itu rontok dan terbawa oleh angin yang diciptakan oleh Ella, menghambat pergerakannya. Setidaknya Fae Blossom yang satu ini mempunyai cara yang unik untuk menghentikan angin topan ini sebelum menyerang istana Amarilis.

Begitulah. Sudah satu bulan aku memberikan pertunjukan kepada anak-anak tersebut. Lebih tepatnya, kepada semua Fae yang tinggal di istana Amarilis. Awalnya aku hanya mengeluarkan seberkas cahaya agar bisa menunjukkan kepada mereka sihir baru yang belum pernah dilihat sebelumnya. Lama kelamaan, berita bahwa diriku ini mempunyai bakat tersendiri menyebar sampai ke telinga Fae yang tinggal di Kerajaan Bougenville. Sekarang, semakin banyak saja Fae yang berdatangan dari segala tempat, hanya untuk menyaksikan cahaya pelangi unik milik seorang Alena.

Fae God. Golongan Pencipta. Golongan yang bisa menciptakan semua macam sihir. Mungkin aku terlalu melebih-lebihkan sihirku, namun pada dasarnya, sihir baruku ini jauh lebih rumit daripada kedengarannya. Kadang aku bisa mengeluarkan cahaya merah, ungu, dan sebagainya. Cahaya pelangi ini kuciptakan saat orang lain memintanya saja.

"Alena!" Ella berlari menghampiriku. Roknya berkibar-kibar seiringan dengan rambut panjangnya yang terikat setengah ke belakang. Rambutnya berwarna coklat agak ikal, sama seperti ibunya. Tenggorokanku langsung tercekat. Ibunya, Mella, yang sudah mati di tangan adikku sendiri.

Gadis kecil itu memberikan senyumannya yang menurutku paling manis. Ia menggandeng tanganku, kemudian menarikku ke dalam istana. Semenjak ia melihat sihirku, Ella langsung tertarik kepadaku. Setiap hari ia pasti akan menghampiriku. Sebenarnya aku tidak keberatan. Bisa dibilang cahayaku ini menjadi mainan kesukaannya. Pasti sulit saat ibumu sudah tidak ada, batinku setiap kali memikirkannya. Gadis manis ini tidak layak mendapatkan ketidakadilan seperti ini. Namun, Lexy juga korban pada saat itu. Ia berkata kepadaku bahwa tubuhnya serasa dikontrol, bahwa kekuatannya sebagai Egleans bagaikan tumor dalam tubuhnya; yang terus mengembang dan, semakin lama semakin tidak terkontrol.

Ella menuntunku ke kamar barunya. Aku menoleh dan melihat pintu berwarna putih di seberang. Ruangan tempat Naomi berbaring saat terluka karena serangan Egleans. Ruangan itupun sekarang digunakan oleh Naomi sendiri.

"Alena, Fae Blossom itu menyebalkan," katanya saat aku sudah duduk di atas lantai. Aku meluruskan kedua kakiku dan bersandar pada papan kayu tempat tidurnya. Ruangannya kecil, namun desainnya bagus dan cocok untuk anak-anak. Aku tersenyum melihat hasil kerja keras Callum. Pangeran itu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghibur Ella saat ia bersedih hati karena ibunya telah tiada.

"Kenapa memangnya?" Aku memiringkan kepalaku, lalu menatapnya kebingungan. "Kupikir kamu menyukai Flora."

"Hah! Dia tukang ngatur!" Ella melipat kedua tangannya. "Setiap hari dia selalu melarangku untuk melakukan ini-itu! Ella, gak boleh main ini! Ella, kamu harusnya kayak gini! Ella, blablabla," gadis itu terus-terusan mencemoohnya. "Kupingku jadi sakit."

Aku tertawa. "Flora memang memiliki sikap keibuan." Aku mengambil sebuah pajangan yang terletak di atas meja. Pajangan itu berupa piala yang tentu saja berukir lambang mahkota, tanda bahwa ini masih milik Callum. Aku menutup mulut piala, kemudian cahaya pelangi sudah mengisi piala itu. Aku memberikannya kepada Ella.

"Ini apa?" Ella mengintip ke dalam isi piala itu, kemudian terkesiap. "Cahaya pelangi ini buatku sendiri?!"

"Iya," balasku sambil tersenyum. "Tapi berjanjilah satu hal padaku."

"Apa?" Ella masih sibuk memperhatikan bola pelangi yang menggelinding di dalam piala. Wajahnya sampai bersinar karena terpantul oleh cahaya di dalamnya.

"Beri Flora kesempatan. Berbaikanlah dengannya." Aku mengelus rambutnya, kemudian hendak berjalan keluar ruangan. "Dan jangan ciptakan angin topan sembarangan lagi."

"Siap, Miss!" Ella bangkit berdiri dan sengaja membungkuk dalam-dalam. Sikapnya yang berlebihan itu membuatku memutar bola mata. "Akan kusimpan baik-baik piala ini!"

Aku pun tersenyum dan menutup pintu kamarnya.

***

Malam sudah tiba. Aku sibuk melamun di balkon kamar Callum, memandangi pemandangan luar istana dengan tatapan kosong. Sudah hampir sebulan sejak aku melihatnya. Karena kekacauan yang sudah dibuat oleh Sang Ratu Peri Lebah waktu itu, Callum jadi kerepotan membereskannya. Ia mau tak mau harus bekerjasama dengan Ledion dan bawahannya. Tentu saja, bukan hanya Wilayah Amarilis dan Hutan Greensia yang terkena imbas Sang Ratu. Rupanya ia sudah hampir menerobos keamanan Kerajaan Bougenville. Berita mengenai keburukan dan kejahatan wanita itu sudah terdengar oleh Raja dan Ratu.

Dan yang paling merepotkanku adalah para Ketua Golongan.

"Alena, sudah waktunya." Aku menoleh dan mendapati pelayan Cosmos yang waktu itu ikut membantuku untuk mendandaniku saat malam Pesta Topeng Amarilis diadakan. Pelayan itu bernama Giselle. Aku lebih menyukainya sebagai pelayanku dibanding Lilies. Tentu saja Ketua Cosmos itu tidak pernah menggangguku semenjak peristiwa di gua. Rasanya beban di pundakku berkurang satu.

Aku tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan diriku dipersiapkan oleh Giselle. Setiap malamnya, aku harus melakukan satu hal, yaitu berbicara di depan publik, di depan banyak Fae penting dan juga Ketua Cosmos. Mereka perlu melihat perkembangan kekuatan sihir seorang Fae God.

Aku berjalan menyusuri koridor istana dengan perasaan gugup. Perasaan ini masih terus menghantuiku, padahal sudah sebulan aku melakukan hal ini. Dan setiap aku melakukan hal ini, pasti ada ekspresi dingin yang akan kudapatkan dari beberapa Ketua Golongan.

Telingaku berkedut. Aku dapat mendengar suara keramaian dari dalam ruang pertemuan. Giselle membantu mengetuk pintu, setelah itu aku memasuki ruangan.

Semua orang terdiam dan langsung memperhatikanku. Rasanya sama seperti waktu itu, saat Callum mengundangku untuk mengikuti rapat yang membahas insiden penyerangan Egleans. Bedanya, pangeran itu tidak hadir saat ini karena masih mengurus kekacauan di luar sana.

Aku tetap mengangkat daguku. Hatiku terasa lebih tenang saat melihat kehadiran teman-temanku; Xiela dan Naomi. Naomi disini menggantikan peran ibunya yang merupakan Ketua Melody. Sementara Xiela adalah utusan kepercayaan sang pangeran termuda. Sepertinya semua orang cukup mengenal baik dirinya.

Tempat duduk paling ujung milik pangeran termuda dan tempat duduk milik Ketua Ripper tidak diduduki oleh siapapun. Meskipun Callum tidak hadir, Val tetap berdiri di samping kursi itu. Mungkin ia akan menggantikan peran Callum, pikirku.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, namun tidak dapat menemukan tempat kosong selain kursi sang pangeran. Aku langsung panik dan keringat mulai bercucuran. Apakah mereka sengaja tidak menyiapkan tempat untukku? Aku menggeleng-geleng, mencoba mengusir pikiran buruk itu.

Val tiba-tiba terbang rendah dan menghampiriku. Mataku terbelalak saat Fae Light itu membungkuk dan memberiku hormat. "Miss Alena, silahkan duduk pada tempat yang telah disediakan." Ia menunjuk ke arah kursi Callum.

Yang benar saja?! "Aku harus duduk di kursi Cal-maksudku, di kursi milik sang pangeran?!" Aku mendengar suara dengusan dari Lilies. Val mengangguk. "Yang Mulia Pangeran memintaku agar menyampaikan hal ini kepadamu. Ia mau kamu menggantikan perannya untuk sementara ini."

Ini jelas belum pernah terjadi sebelumnya. Ada apa dengan Callum tiba-tiba? Kapan ia menyempatkan diri dan memberi pesan kepada Val? Kenapa ia tidak pernah sekalipun mengunjungiku, barangkali sebentar? Aku tidak mau memikirkannya lagi dan hanya menurut.

"Jadi, mari kita mulai," Ketua Fire yang bernama Bora itu mengangkat bicara. Tentu saja. Mentang-mentang sang pangeran tidak hadir, ia merasa dirinya yang paling berkuasa dan seenaknya mengatur orang lain. Yang lain hanya menurut.

Aku bangkit berdiri dan seperti biasa memperkenalkan diri. "Namaku Alena Sherman, usia 17 tahun. Aku adalah seorang Fae God, Golongan Pencipta. Dan pertama-tama, aku akan merepresentasikan cahaya pelangiku." Aku membuka telapak tangan, membiarkan cahaya menyelimuti segenap ruangan. Masih ada banyak Fae yang terkagum melihatnya, padahal aku sudah melakukan hal ini setiap malamnya.

Setelah Bora terlihat bosan, aku baru berhenti. "Dan seperti biasa, aku akan menjelaskan asal usul aku mendapatkan warna sayapku." Dan kira-kira inilah yang terjadi. Aku menjelaskan secara singkat penyerangan Sang Ratu di gua waktu itu, saat aku dan Callum terjebak. Lebih tepatnya bukan terjebak, pikirku. Callum tidak bisa melakukan teleport jika harus membawaku.

Dengan berat hati, aku juga menjelaskan saat sihir Sang Ratu hampir membunuh Callum. Aku tidak menggunakan kata 'sudah membunuh', karena aku sendiri juga tak sanggup mengatakannya. Setiap kali aku berbicara mengenai hal ini, jantungku seperti tersayat-sayat oleh pisau tak terlihat. Lagipula, para Fae disini tidak perlu mengetahui hal privasiku dan Callum.

Aku menyakinkan mereka bahwa kondisi Callum lah yang membangkitkan semangat dan jiwaku, sehingga akhirnya aku mendapatkan bakatku sebagai seorang Fae God. Saat akhirnya aku selesai menjelaskan, keheningan lah yang menjadi balasanku. Aku duduk dan melipat tangan di atas meja.

"Jadi..." kata Bora selesai aku berbicara. "Mulai sekarang, ada golongan baru."

"Perlukah kita mengadakan upacara pemahkotaan Alena sebagai Ketua God?" Tanya Naomi secara tiba-tiba. Aku dibuat terkejut karenanya. Baru kali ini ia mengusulkan ide buruk itu.

"Ketua dimana anggotanya hanya satu orang?" Lilies tertawa mengejek. "Kurasa tidak perlu."

"Menurutku, ide yang bagus," timpal Ketua Aqua. Pria yang kukagumi karena mata birunya yang sejernih air. "Kita perlu mengadakan upacara besar-besaran. Semua orang perlu melihat keajaiban yang telah dihadiahkan dari Dewa Pengampun."

"Hooh, semua orang sudah melihatnya setiap hari." Ketua Ventus memutarkan bola matanya. "Sejujurnya, aku tidak mengerti kenapa kita terus-terusan mengadakan pertemuan ini. Hanya untuk melihat kekuatan milik seorang Fae God?"

"Kekuatan yang tak biasa, lebih tepatnya," balas Xiela. Ia sempat tersenyum kepadaku sebelum melanjutkan ucapannya. "Alena ini berperan penting dalam menghilangkan kekuatan Sang Ratu-"

"Ya ya, aku mengerti," potong Bora. Pria itu bersandar dengan malasnya, ingin menunjukkan bahwa ia tidak tertarik dengan kekuatan baruku. "Hal penting yang akan kita bahas disini, adalah saat gadis ini menghilang begitu saja, padahal ia sudah diberi kepercayaan sebagai mata-mata." Mata pria itu melirikku, kemudian menyengir. Gigi kuningnya membuatku salah fokus. "Bagaimana, Miss? Sebaiknya Anda jelaskan persis kejadiannya, jangan lupa menambahkan adik Anda yang sekarang dipenjara di bawah tanah karena wujud rupa aslinya sebagai Egleans."

Terpopuler

Comments

Aisel

Aisel

eeemmm yg di tunggu2 udah up.. udah lama kak aku nunggu ceritanya. soal nya keren+gk bikin bosen😊
semangat terus yaa kakak

2020-12-17

1

Caramelatte

Caramelatte

aku mampir yuhuuu

2020-11-23

1

Noejan

Noejan

like disini juga🖐

2020-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Fae God
2 Decision
3 Change
4 Bora
5 A Second Chance
6 ◇wingsseries◇ (direvisi)
7 Annoyed
8 I'm Back
9 Meet Again
10 Disturbance?
11 The Outcasts
12 Outside World
13 Mission
14 Jesca
15 Spying
16 Spying (2)
17 Val's Other Side
18 Rainy Wish
19 Peace
20 Bloom Night
21 Gardian
22 Plan (+ Visual)
23 My Choice
24 My Choice (2)
25 Bougenville
26 Bougenville (2)
27 Behind The Smile
28 Beautiful
29 Princess Abi
30 His Fiancee
31 That Woman
32 Broken Inside
33 The Longest Night
34 Déjà vu (+ Visual)
35 Old Memory
36 Understanding You
37 Sorry
38 Believe
39 Liar
40 Callum's Past
41 Callum's Past (2)
42 Sorry, Mom
43 Anything For You
44 You're My Queen
45 Why?
46 Asoka Trail
47 What Was Long Lost
48 Ledion's Decision
49 A Promise Is Still A Promise
50 My Old House
51 Human World
52 Kidnapped
53 How It All Started
54 How It All Started (2)
55 How I Was Born
56 Can I Be Happy, For Once More?
57 What Is Love?
58 My Savior
59 What If
60 A Choice
61 Sweetest Dream
62 Dread
63 Doppelgänger
64 Blood War
65 Blood War (2)
66 Defeating Another Me
67 End of War
68 The New Me
69 Propose
70 The Power of Love
71 Remembrance (+ Visual)
72 Epilogue
73 Pemberitahuan | S3
74 •Extra•
75 Pengumuman! Mohon Dibaca!
76 Halo! :D
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Fae God
2
Decision
3
Change
4
Bora
5
A Second Chance
6
◇wingsseries◇ (direvisi)
7
Annoyed
8
I'm Back
9
Meet Again
10
Disturbance?
11
The Outcasts
12
Outside World
13
Mission
14
Jesca
15
Spying
16
Spying (2)
17
Val's Other Side
18
Rainy Wish
19
Peace
20
Bloom Night
21
Gardian
22
Plan (+ Visual)
23
My Choice
24
My Choice (2)
25
Bougenville
26
Bougenville (2)
27
Behind The Smile
28
Beautiful
29
Princess Abi
30
His Fiancee
31
That Woman
32
Broken Inside
33
The Longest Night
34
Déjà vu (+ Visual)
35
Old Memory
36
Understanding You
37
Sorry
38
Believe
39
Liar
40
Callum's Past
41
Callum's Past (2)
42
Sorry, Mom
43
Anything For You
44
You're My Queen
45
Why?
46
Asoka Trail
47
What Was Long Lost
48
Ledion's Decision
49
A Promise Is Still A Promise
50
My Old House
51
Human World
52
Kidnapped
53
How It All Started
54
How It All Started (2)
55
How I Was Born
56
Can I Be Happy, For Once More?
57
What Is Love?
58
My Savior
59
What If
60
A Choice
61
Sweetest Dream
62
Dread
63
Doppelgänger
64
Blood War
65
Blood War (2)
66
Defeating Another Me
67
End of War
68
The New Me
69
Propose
70
The Power of Love
71
Remembrance (+ Visual)
72
Epilogue
73
Pemberitahuan | S3
74
•Extra•
75
Pengumuman! Mohon Dibaca!
76
Halo! :D

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!