A Second Chance

Suara besi tangga yang mengeluarkan bunyi nyaring membangunkan Lexy dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, namun masih tak bisa melihat dengan jelas. Ia segera tersadar bahwa ia masih berada di ruang gelap ini; penjara bawah tanah tanpa adanya penerangan sama sekali, bahkan lentera kecil di dinding tidak disediakan.

Namun berkat penglihatan tajamnya sebagai seorang Fae, samar-samar ia melihat Cashew yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Anjing kecil ini selalu menemaninya, meskipun ia diberi makan asal-asalan oleh para penjaga.

Bukan Fae, Lexy berkata dalam hati. Aku ini Egleans.

Ia ingat bagaimana ia menjelma menjadi monster berbulu putih seperti beruang kutub. Setelah itu, ia tak ingat apa-apa lagi. Ia tak ingat bagaimana caranya ia mendapatkan luka di sekujur lengannya.

Sambil merintih kesakitan, Lexy mencoba bangkit untuk duduk. Seseorang ternyata sudah berada di dekat selnya.

"Alena?" Bisiknya pada orang itu. Saat ia menoleh, ia tidak melihat Alena, melainkan Fae lain dengan tubuh besar serta lengannya yang kekar.

"Apa maumu, Val?" Tanya Lexy, masih sambil menutupi luka pada lengannya. "Aku sedang gak bersemangat untuk memakan makanan kotor dari kalian."

Lexy bisa merasakan tatapan tajam dari Val. Fae itu berjongkok dan akhirnya berbicara dengan suara khasnya yang berat. "Aku cuma mau mengecek kondisimu."

"Buat apa?" Tanyanya dingin. "Bukannya kamu senang melihat kondisiku yang seperti ini?"

Lexy berharap Fae itu akan tertawa mengejek, tapi yang didapatkannya hanya tatapannya yang sangat serius. "Sebenarnya iya. Namun aku juga kesini karena alasan pribadi."

Alasan pribadi? "Maksudmu menyiksaku lagi seperti saat itu?"

Val tampak terkejut mendengar ucapannya. "Kamu sudah mendengar cerita dari kakakmu, kan. Sang Ratu sudah mempermainkan kita semua. Waktu itu bukan aku yang menyiksamu."

Aku tahu, ujarnya dalam hati. Tapi aku masih benci denganmu. Aku belum bisa memaafkanmu. "Jadi apa maumu?" Tanya Lexy sambil menghindari tatapannya. Sebenarnya ia masih tidak ingin berbicara dengannya. "Cepat katakan."

Val malah merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda mirip seperti gantungan kunci. Terdapat banyak kunci yang diikat menjadi satu. Lexy langsung tertarik memperhatikan benda itu. "I-itu-"

Val sudah memasukkan kunci ke dalam lubang pintu sel, dan tak lama suara deritan pintu besi terbuka. Fae itu kemudian melangkah masuk, dan mengunci kembali pintu sel.

Lexy melongo, kemudian barulah ia menatap mata Val. "Mau mati ya?"

"Kuharap demikian," katanya. Val kemudian duduk di seberangnya, di atas tanah yang kotor. Ia kemudian melepas zirah bajunya yang berat, sampai akhirnya tidak ada kain yang menutupi dadanya yang telanjang. Rambut pirang ikalnya terlepas dari ikatan rambut, dan tergerai begitu saja. Fae itu melipat tangannya dan memperhatikan wajah Lexy.

"Serang aku," katanya dengan santai.

"Apa?! Kau-" Lexy menggeleng-geleng tak percaya. "Siapa yang suruh kau masuk ke kandang Egleans begitu saja? Apakah pangeranmu yang-"

"Callum tidak berurusan dengan ini semua," katanya lagi. "Sudah kubilang ini urusan pribadi. Aku ingin melihat kemampuan Egleans unik sepertimu."

"Kamu kan pasti sudah membunuh banyak Egleans sebelumnya!" Seru Lexy. "Memangnya aku bakal berbeda?"

"Iya," jawabnya. "Biasanya Egleans akan langsung mati saat terkena sihir Fae Healer. Atau saat mereka sudah menjelma kembali menjadi wujud aslinya yaitu manusia kering. Namun kamu berbeda. Wujud aslimu kemungkinan Fae."

Lexy kali ini tak bisa menyangkal pernyataannya. Ia baru ingin membalasnya ketika suara rintihan Cashew terdengar. Anjing itu terbangun dari tidurnya. Ia segera merapatkan diri ke Lexy karena takut melihat Val.

"Shhhh, Cashew, tak apa-apa," gumam Lexy sambil menggendongnya. Ia kemudian menggoyangkan tubuhnya pelan, meninabobokannya agar kembali tenang. Saat Cashew akhirnya berhenti bersuara dan kembali tertidur, Lexy tersenyum dan membelai bulu-bulu halusnya. "Tidurlah, anjing manis."

Lexy terkejut karena akhirnya bertukar pandang dengan Val. Ia hampir lupa masih ada seseorang disini bersamanya. Val kemudian melirik Cashew yang dirangkulnya. "Apakah hewan kecil itu milikmu?"

"Uhm, ya," jawabnya dengan canggung. "Namanya Cashew," katanya, masih sambil membelai tubuh anjing tersebut.

Val meluruskan kedua kakinya dan bersandar dengan santai. Bola matanya yang berwarna amber masih memerhatikannya. "Apa dia tersesat dan tak sengaja masuk ke dalam selmu?"

"Apa?!" Lexy setengah berteriak. "Kau pikir dia sepertimu? Menggunakan sihirmu agar bebas kemana saja tanpa terlihat?"

"Biasanya aku memang melakukan itu," ujarnya bangga. Ia lalu memiringkan kepalanya. "Jadi kamu gak mau menyerangku? Apa aku harus menggunakan cara keras?"

Lexy terkesiap saat pedang Val tiba-tiba sudah terhunus ke arahnya. Sontak ia berbalik badan agar bisa melindungi tubuh Cashew. "Kau gila! Jangan lakukan itu!"

"Kalau begitu, serang aku," katanya lagi. Ia mendekatkan tubuhnya dan suara pedang kembali terdengar. Namun Lexy tak bisa melihat arah pedangnya karena sibuk mendekap erat tubuh Cashew. "Berhenti!" Teriaknya sambil memejamkan matanya, siap terkena bilah pedangnya yang tajam. Bayangan memori masa lalunya tiba-tiba datang tanpa diundang, memori saat pria ini juga menyiksanya waktu itu.

Pedang justru terhenti.

"Huh." Val melempar pedangnya jauh-jauh. Kemudian ia menghempaskan tubuhnya ke sudut ruangan. "Tak berguna. Buat apa mengorbankan diri demi melindungi hewan kecil itu?"

"Kau tak mengerti," desis Lexy. "Tentu saja aku harus melindungi Cashew!"

Val hanya memutar bola matanya. Fae itu kemudian berbaring di atas tanah dan menutup matanya.

"Pergi dari sini," perintah Lexy kepadanya. "Aku ingin sendirian."

"Kenapa? Agar kamu bisa menjelma kembali dan mendobrak pintu sel?" Balasnya, masih sambil memejamkan mata.

"Apa pedulimu?" Balas Lexy geram. "Kau tak takut orang lain akan menemukanmu disini? Aku tak mau disalahkan kalau aku tiba-tiba menjelma dan memakanmu."

"Justru itu yang harus kau lakukan kepadaku," balasnya tenang. Ia lalu membuka matanya dan menatapnya. "Jadi kau hanya akan merapatkan diri di ujung sana?"

"Hah?" Lexy baru sadar tubuhnya daritadi menegang. Ia tiba-tiba merasa malu dan semakin merapat ke dinding.

Keheningan mulai tercipta di dalam sel. Biasanya Lexy akan menghabiskan seluruh waktunya mendekam di bawah tanah dengan cara tidur. Namun pikirannya sekarang jadi sadar total atas keberadaan seseorang di dekatnya.

Ia baru akan mencoba tidur dan menyandarkan kepalanya ke dinding saat suara Val yang sedang mendengkur mengganggu pendengarannya. Lexy mendesis, merasa tingkat kesabarannya kian menurun.

Fae itu terlelap begitu saja, padahal ia dikurung di dalam sel bersama seorang Egleans. Tanpa sadar, lirihan tawa keluar dari mulutnya. Ia teringat dengan perkataan Val waktu itu. Sungguh ironis saat ia suka mengancam seseorang akan dilempar ke kandang Egleans, padahal sekarang dia lah yang melakukan itu kepada dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

RN

RN

keren cerita dan bikin aku penasaran
tar aku mampir lagi
semangat saling dukung ya kak
ku tunggu mampir nya🙏

2020-12-02

1

Caramelatte

Caramelatte

so far so good

2020-11-30

1

Dewi Ws

Dewi Ws

💓💓💓💓

2020-10-31

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 75 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!