Lexy bisa merasakan tangan serta kakinya yang bergetar hebat. Bulu-bulu putih mulai timbul dari kulitnya, dan tubuhnya mulai membesar.
Rasanya seperti ia ingin menangis, tidak mau menghadapi cobaan seperti ini. Tubuhnya lagi-lagi tak bisa dikontrol, dan suara raungan yang keluar dari tenggorokannya terdengar asing dan mengerikan.
Pandangan matanya mulai kabur. Segala sesuatu terlihat aneh di mata barunya. Ia ingat sebelumnya ia masih berada di dalam sel sempit, dan tahu-tahu tempat ini makin sesak saja. Ia mendengar suara jeritan seseorang, dan mendapati Alena yang sedang menatapnya dengan mata terbelalak.
Jangan lihat aku! Lexy ingin berteriak, namun lagi-lagi hanya terdengar suara raungan. Tiba-tiba tubuh barunya ini sudah mendobrak pagar besi. Lexy tak bisa melawan dirinya sendiri. Sebagian dirinya ingin menghentikan ini. Namun sebagiannya lagi ingin menghancurkan apapun yang menghalanginya.
Aku Egleans, setiap kali Lexy berkata seperti itu dalam hatinya, tubuhnya semakin bergerak sendiri tanpa bisa dikontrol. Ia sudah mengais dinding menggunakan cakar tajamnya, merasa kesal dan stres karena sudah dikurung seperti ini.
Cahaya merekah dari luar sel. Alena menciptakan sihirnya. Itu membuat matanya sakit dan rasanya ia ingin menghentikan Fae itu, melakukan apa saja agar cahaya menghilang, mungkin membunuhnya-
Tidak! Lexy berusaha melawan dirinya sendiri. Bunuh aku saja, Alena! Cepatlah! Ia menatap Fae itu. Untuk sesaat ia sedang memandangi Alena, kakak kembarnya yang selalu menemaninya disini. Namun saat ia berkedip, Fae itu berubah menjadi seseorang tak dikenalnya, yang menatapnya dengan horor dan jijik, yang sedang menggunakan sihirnya untuk menghancurkan dirinya-
Suara keras tangga besi terdengar dari kejauhan. Mereka datang. Lexy mengaum, lagi-lagi menggunakan lengannya untuk merusak pagar besi. Alena sampai mundur, masih mengeluarkan cahaya. Otot-otot lengannya mulai nyeri, dan darah menetes dari hidungnya, namun Lexy tak peduli. Ia terus-terusan menghancurkan pagar besi, tidak ingin dikurung lagi.
***
Mereka datang. Para Fae akhirnya datang. Aku terus mengeluarkan sihir Melody sekaligus Ventus, mengantar suaraku sehingga terdengar dari bawah sini. Monster itu masih menatapku penuh amarah dan dendam, dan aku tak bisa membayangkan jika pagar ini sampai hancur. Aku pasti akan mati diterkam olehnya.
"Lexy, tolonglah," pintaku padanya. "Sadarlah." Sekilas monster itu menyentak, tidak lagi melempar tubuhnya sendiri ke pagar besi. Namun lagi-lagi ia mengaum keras dan mencakar-cakar, berusaha untuk menggapaiku dari dalam.
"Apa yang terjadi?!" Aku mendengar suara Bora. Fae itu terkejut saat melihat Lexy, dan hendak menyerangnya dengan sihir apinya saat aku menghalanginya dan menciptakan sihir Aqua untuk mematikan api yang muncul dari tangannya.
"Apa-apaan?!"
"Jangan ganggu dia!" Teriakku. "Atau kubunuh kalian semua!" Aku mengancam puluhan Fae yang berbondong-bondong datang dari atas. "Aku memanggil kalian agar bisa melepaskannya!"
"Kau sudah gila?!" Teriak salah satu Fae. "Dia akan membunuh kami!"
"Lepaskan dia sekarang!" Teriakku, lalu mengancam mereka dengan cahaya pelangiku. Mereka tetap tidak menurut. "Kalau begitu, biarkan aku bersamanya!"
"Aku tak bisa melakukan itu," Xiela muncul dari belakang Bora. "Ini berbahaya, Alena! Dia bukan lagi Lexy!"
"Apa katamu?" Aku mengelak tak percaya. "Xiela, mungkin saja ini belum terlambat-"
"Alena, lihat." Naomi sudah menatap ke arah Lexy. Aku mengikuti arah pandangannya. Lexy masih berwujud rupa monster, namun ia tak lagi mendobrak pagar sel. Ia sudah pingsan, lengannya terluka parah akibat perbuatannya sendiri. Genangan darah membasahi bulu-bulu putih indahnya. Aku mencengkeram jeruji sel yang dingin. "Buka pintunya! Sekarang!"
"Maaf, Miss, tapi waktu berkunjungmu sudah habis," kata Bora mengingatkanku. Aku menatapnya kesal. "Ini bahkan belum sampai 30 menit-"
"Mulai dari sekarang, waktu berkunjungmu akan kupotong," lanjutnya lagi. Naomi langsung terkesiap, sementara Xiela hanya terdiam. "Apa?!"
"Kalau lebih dari 10 menit, makhluk itu akan kembali menjelma, dan ini berbahaya untukmu." Bora buru-buru menjelaskan sebelum Xiela dan Naomi memprotes. "Berbahaya untukku?! Bora, makhluk itu adalah adikku!"
"Alena benar," Naomi mendukungku. "Dia adalah Fae God. Mungkin dia bisa mengontrol Lexy." Sebenarnya bukan itu yang akan kulakukan. Mengontrol Lexy seperti hewan piaraan lainnya.
"Egleans tetaplah Egleans dan tidak bisa diampuni." Wajah Fae itu sudah memerah karena emosinya. "Miss Alena, kamu sudah beruntung makhluk itu tidak dihukum mati. Sebaiknya camkan perkataanku ini, bahwa Egleans tetaplah Egleans." Ia menekankan kalimat itu padaku, kemudian membalikkan badan dengan angkuhnya.
***
"Aku bersumpah akan mencabik-cabik wajah sombongnya," kataku untuk yang kesekian kalinya. Aku sedang duduk di balkon kamarku, memandangi matahari yang baru saja terbit. Kemarin malam, aku mengunjungi Lexy dan itu sama sekali tidak berjalan dengan baik.
"Kemarin, apakah kamu melihatnya berubah?" Tanya Xiela kepadaku. Gadis itu membenarkan rambut merahnya yang beterbangan. Aku mengangguk. "Apa yang kamu lihat?" Tanyanya lagi dengan ragu.
Aku mendesah. Tidak akan mudah melupakan kejadian yang sudah kulihat dengan kedua mataku sendiri. Aku masih mengingat sayapnya yang menjadi besar, mirip seperti sayap kelelawar. Lalu bulu-bulu putih dan tubuh besar seperti beruang. Wajah Lexy pun ikut berubah, meskipun warna matanya masih sama. "Mengerikan," bisikku.
Gadis itu tidak berkata apa-apa lagi. Ia sibuk memandang matahari dari kejauhan. "Alena, waktu itu yang sudah kukatakan-"
"Jangan." Aku mengangkat tanganku dan memotong pembicaraannya. Baru kali ini aku bisa melihat raut wajahnya dengan jelas. Ekspresi penuh rasa penyesalan. Ia sempat mengatakan kepadaku bahwa makhluk mengerikan di dalam sel bukan lagi Lexy. "Aku tahu kau tak bermaksud untuk mengatakan itu."
Xiela menggigit bibir bawahnya. Ia menahan napasnya dan berkata, "Maaf."
Aku terdiam, tidak menatapnya. Tak biasanya gadis ini meminta maaf kepadaku. Sebenarnya kata-katanya masih terngiang di kepalaku. "Ini berbahaya, Alena! Dia bukan lagi Lexy!"
"Alena-"
"Tidak apa-apa." Aku tersenyum. "Sebaiknya kita awali hari ini dengan latihan. Bagaimana?"
Xiela masih agak ragu menjawab, jadi aku menyakininya lagi. "Naga Api. Ingat permainan itu? Aku ingin meningkatkan keterampilanku." Aku lalu berjalan masuk ke kamar, tanpa menoleh untuk melihat jika gadis itu mengikutiku.
***
"Taruh disini."
"Baik, Pangeran."
Callum menyeka keringatnya, lalu menengadah ke langit. Matahari pagi sudah mulai terlihat. Dan sisa-sisa reruntuhan bangunan ini masih belum selesai untuk dibereskan. Mungkin ia harus mengistirahatkan kedua sayapnya dan berjalan menggunakan kedua kakinya saja.
Sudah sebulan ia melakukan ini. Mengawasi pembangunan gedung-gedung yang telah hancur. Area terluar Amarilis ternyata sempat terkena serangan dari Ratu, dan ia tidak bisa menahan amarahnya saat melihat orang-orangnya sendiri yang tertimpa musibah.
Ia sekarang berada di gerbang masuk Amarilis. Ketua Ripper itu sedang memerintahkan anggotanya untuk memindahkan puing-puing bangunan berat. Ia menghampiri mereka dan segera mengangkat sebuah pohon yang tumbang.
"Pangeran, sebaiknya Anda beristirahat," kata Ledion dari belakang. Callum menggeleng-geleng. "Tidak. Aku masih sanggup."
"Anda sudah bekerja paling keras."
"Kita semua sudah bekerja sangat keras."
"Kemarin malam aku melihat Anda. Anda tidak tidur semenit pun."
"Itu karena aku tidak bisa tidur," kata Callum dengan jujur. Itu memang benar. Tidur tak lagi senyenyak saat ia masih berada di istananya, saat Alena berada di dekatnya. Sudah berhari-hari mereka membangun tenda dan menggunakan perlengkapan seadanya. Meskipun ia telah diberi kasur paling nyaman dan empuk, itu tidak membuatnya tenang.
"Nanti Anda bisa jatuh sakit," lanjut Ledion lagi. Callum tahu apa maksudnya. Fae itu pernah menjadi pengawal pribadinya sebelum Val, jadi ia tahu kelemahan dirinya.
"Aku akan beristirahat." Ia tersenyum, kemudian membubarkan para Ripper. "Istirahat sejenak!" Perintahnya kepada bawahan Ledion. Sontak semua langsung menurut.
Mereka duduk di atas hamparan rumput. Callum bisa merasakan tatapan dari Fae lainnya yang tinggal di wilayah sini. Ia berusaha untuk mengabaikan mereka dan menyusun rencana berikutnya bersama Ledion. Meskipun hubungan mereka tidak sedekat dulu, Callum tetap nyaman bekerja bersama Fae itu, karena ia jauh lebih tua dan berpengalaman dari dirinya.
"Diperkirakan nanti sore, area ini sudah bersih," kata salah satu Ripper. Callum mengangguk. Jarinya menelusuri area selatan pada peta. Ia lalu berhenti pada wilayah di sekitar Bougenville. "Bagaimana dengan pusat kerajaan? Sudahkah kalian mengecek kondisinya?"
"Untungnya, Ratu tidak sempat menyerang wilayah itu karena lebih fokus ke area sekitar Alther Suavis," jawab Ledion. "Seperti dugaan kita, ia harus mengawasi pergerakan Egleans yang berhasil menembus wilayah Fae. Mungkin ia juga tahu Anda tidak akan menjelajahi bagian utara."
Hatinya langsung menjadi lega. Setidaknya Ayah Ibunya beserta kedua kakaknya tidak perlu menghadapi hal ini, meskipun sepertinya berita sudah menyebar cepat dalam hitungan hari. Berkat badai musim salju yang kadang masih menyerang pada tengah malam, pergerakan warga Fae Amarilis akan terhambat sampai ke Bougenville.
Namun bukan berarti berita mengenai Sang Ratu akan menghilang begitu saja. Ia harus segera pergi ke hadapan Raja dan Ratu Fae seorang diri.
"Berapa lama lagi kita mengurus ini semua?" Tanyanya sambil meluruskan kedua kakinya di atas rumput yang menggelitik. Ledion tampak sedang berpikir, kemudian menjawab, "Sepertinya besok Anda sudah bisa kembali ke istana Anda."
"Bagus." Ia tersenyum puas. Ia sudah bisa membayangkan wajah Alena yang akan menyambutnya. Namun sebelum itu, ia harus menemui Raja dan Ratu, Ayahanda dan Ibundanya sendiri.
"Aku mau kamu menjaga wilayahku sampai aku kembali dari Bougenville," kata Callum sebelum ia bangkit berdiri dan melanjutkan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
_rus
Sudah aku like Thor 👍🏽👍🏽
tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Kisah Cintaku" 😁🙏🏽
2020-11-20
1
zhafa
datang lagi zhafira
2020-11-13
1
Dewi Ws
💓💓💓💓
2020-10-31
1