Pangeran Cantik
Pada suatu negri yang subur berdiri sebuah kerajaan yang amat sangat megah dan memiliki rakyat yang begitu menghormati raja mereka. Kerajaan itu bernama Sasan. Kerjaan Sasan memiliki dua orang putri yang bernama Rain dan Reina beserta seorang pangeran bungsu yang gagah bak purnama bernama pangeran Arya.
Di kerajaan Sasan, putri tertua kerajaan sangat aktif dan tidak suka berdiam diri. Dia selalu berpenampilan bak seorang pria, diapun sangat pandai beladiri, memanah, maupun bermain pedang.
Sementara adiknya Reina berbanding terbalik dengan dirinya. Reina begitu anggun lagi cantik jelita, kecantikannya tersebar hingga ke seluruh penjuru mata angin.
Pada waktu sore menjelang, akibat terlalu lama berada dalam perpustakaan, berhadapan dengan beraneka ragam buku beserta pelajaran tata krama. Lama kelamaan rasa bosan telah menggelayuti Putri Rain.
Mempelajari tata krama kerajaan yang membosankan membuat putri Rain melarikan diri dari istana. Ia menuju hutan Growonh pemisah antara kerajaan Sasan dengan kerajaan tetangga yaitu kerjaan Ajam.
Pada waktu yang bersamaan, pangeran Syam yang merupakan putra kedua dari kerajaan Ajam juga berada dalam hutan Growonh.
Di sanalah awal mula pertemuan putri Rain dengan pangeran Syam.
Saat itu pangeran Syam sedang latihan memanah hingga tergeletak di atas rerumputan karena lelahnya.
Putri Rain kemudian menghampiri pangeran Syam yang berbaring di atas rumput kemudian berkata.
"Apa yang kamu lakukan di tengah hutan? ''
"Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan berkeliaran di hutan? " bukannya menjawab, Pangeran Syam malah balik bertanya.
Begitu pula dengan putri Rain. Bukannya menjawab ia malah melangkah mengambil busur dan anak panah yang tergeletak di samping pangeran Syam. Dia kemudian melepaskan anak panahnya tepat di tengah-tengah target yang sedari tadi tak mampu pangeran Syam lakukan.
Pangeran Syam terkagum-kagum melihat keahlian Putri Rain, Ia kemudian bertanya. "Siapakah nama engkau wahai pemuda yang begitu pandai lagi berbakat? "
Putri Rain berbalik dan menahan tawanya yang hampir meledak di hadapan pangeran Syam karena di sangka seorang pemuda.
Kemudian ia menjawab. "Saya Rian yang kebetulan anak seorang pemburu dari masyarakat Sasan. "
Putri Rain sengaja menyembunyikan identitasnya karena tidak suka terbebani dengan gelar yang dimilikinya. Di tambah lagi dengan kepayahannya sebagai seorang putri kerajaan.
"Maukah engkau berlatih di sini setiap harinya bersamaku?" tanya pangeran Syam antusias.
"Tapi perkenalkan dirimu terlebih dahulu aku bahkan balum tahu namamu. " Tukas Putri Rain.
"Ah... maaf, aku adalah Syam anak tukang kebun dari kerajaan Ajam. " Pangeran Syam juga menyembunyikan identitasnya.
Pangeran Syam akan sangat malu jika seorang rakyat dari kerajaan lain mengetahui bahwasanya pangeran kedua kerajaan Ajam begitu buruk dalam memanah.
"Baiklah, kita bertemu di sini besok pagi. Aku akan membawa perlengkapanku sendiri. " jawab putri Rain sambil berlalu pergi.
***
Keesokan paginya di hutan Growonh tempat mereka bertemu kemarin. Di sana terlihat pangeran Syam sedang menunggu kedatangan teman barunya yang tidak lain adalah putri dari Kerajaan tetangga.
"Aku sempat berpikir bahwa kamu tidak akan datang. " ujar pangeran Syam saat melihat putri Rain berjalan ke arahnya dengan persiapan yang sempurna.
Putri Rain lebih terlihat akan berperang di banding latihan. Bersyukurlah dia tidak memaki pakaian tempur.
"Tentu saja aku akan datang! janji bagiku sakral. Tidak mungkin aku mengkhianatinya! " jawab putri Rain sembari tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi.
Pangeran Syam tanpa sungkan merangkul bahu Putri Rain yang memang agak sedikit lebih pendek darinya.
"Ayo kita latihan teman, hari ini kamu adalan guruku!" gurau pangeran Syam.
"Tentu saja muridku yang payah." timpal putri Rain sambil menyikut perut pangeran Syam.
Keduanya langsung tertawa. Dua muda mudi itu tak ada yang saling mengetahui identitas sesungguhnya dari teman baru mereka itu.
Mereka hanya terlarut dalam latihan memanah tanpa memikirkan suatu hal yang buruk tentang temannya.
Putri Rain dengan telaten mengajari pangeran Syam memanah.
"Miringkan badanmu kemudian pasang anak panahnya, setelah itu tarik tali busurnya dari atas ke bawah. Sejajarkan anak panahmu dibawah dagu, kemudian perhatikan target setelah itu lepaskan." Jelas putri Rain.
"A... apa? anak panahnya melesat ke atas! " gumam pangeran Syam.
Putri Rain melangkah mendekat kemudian membenarkan posisi siku pangeran Syam yang terlalu rendah.
"Perhatikan posisi sikumu nona, karena siku adalah penentu dari arah anak panah yang akan kamu lepaskan." Ujar putri Rain.
Pangeran Syam tersenyum lebar menanggapi perkataan putri Rain. Meski sedikit tersinggung dengan kata-kata putri Rain yang menyebutnya nona.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Rain kembali lebih awal karena khawatir pelariannya akan di ketahui oleh ibunya.
"Oh ya Syam! sering-sering lah berlatih agar tanganmu terbiasa dengan busurmu. Jangan suka mengganti busur agar kamu tidak perlu menyesuaikan diri dengan busur yang baru, sebab busur yang lama sudah terbiasa kamu gunakan.
Jika sudah mahir, barulah kamu dapat menggunakan berbahagia macam busur. Dengan begitu, saat kamu dalam keadaan terdesak. Kamu tidak akan memiliki keraguan dalam kemampuan memanahmu, walau menggunakan busur yang baru kamu jumpai.
Paling penting, ingat bagaimana posisi sikumu saat melepaskan anak panah. Dengan begitu kamu akan mudah mengingat bagaimana posisi yang tepat." Jelas putri Rain kemudian berlari dan menghilang di balik rimbunnya semak-semak.
Pangeran Syam tersenyum sepeninggal putri Rain.
"Dia benar-benar seorang guru dan teman yang baik." Ujarnya.
Setiap harinya mereka selalu bertemu di dalam hutan Growonh dan berlatih memanah bersama.
Berbagi macan tehnik putri Rain ajaran pada pangeran Syam. Sampai-sampai telunjuk dan lengan kiri pangeran Syam terluka dibuatnya.
***
Tujuh hari telah berlalu saat awal mula dilatihnya pangeran Syam oleh Putri Rain. Pangeran Syam datang dengan menunggang seekor kuda hitam yang gagah.
Hal itu membuat putri Rain kagum, kerena selama ini ia ingin belajar berkuda di istana.
Namun ayahnya melarang kedua putrinya untuk berkuda maupun memegang senjata.
"Wah... ternyata kamu memiliki seekor kuda yang sangat gagah dan kuat, dapatkah kamu mengajariku?" Sapa Putri Rain sembari mengelus kuda milik pangeran Syam dengan mata berbinar-binar.
"Tentu sahabatku, dan lagi kuda ini juga menyukaimu. Sebab dia tidak ingin di sentuh oleh orang lain selain diriku. " Jawab pangeran Syam yang terheran-heran melihat kudanya menyukai sang putri yang dikiranya seorang pemuda.
Dia tahu betul bahwa kuda itu sangatlah tebar pesona disaat berjalan di hadapan wanita-wanita bangsawan dalam istananya. Namun sangat antipati terhadap laki-laki selain dirinya seorang.
Setelah latihan memanah. Sorenya pangeran Syam mengajari putri Rain berkuda yang hari itu juga langsung dikuasai oleh putri Rain.
"Kamu benar-benar berbakat sahabatku. Dalam sehari kamu mampu menguasai berkuda yang bahkan aku pelajari satu bulan lamanya. " Puji pangeran Syam.
"Kamu juga hebat teman. Kamu sudah mahir memanah dalam waktu tujuh hari, aku begitu penasaran. Apakah kamu juga pandai dalam bermain pedang?" tukas putri Rain beserta dengan pertanyaan yang antusias.
"Tidak terlalu mahir tapi kamu boleh mencobanya. " Tantang pangeran Syam.
Hal ini diterima baik oleh putri Rain. Tidak perlu dipertanyakan, keahlian berpedangnya bahkan tidak dapat tertandingi oleh panglima kerajaan Sasan sendiri.
Setelah latihan berpedang, ternyata keahlian berpedang keduanya sama hebatnya. Tidak terasa hari mulai gelap, pangeran Syam dan putri Rain lupa waktu. Cepat-cepatlah keduanya berkemas pulang.
***
Setibanya di kamar masing-masing, mereka berdua baru tersadar bahwa pedang mereka tertukar.
Herannya kedua pedang itu serasi dengan sarung pedang milik mereka.
"Indah betul pedang sahabatku ini, apalagi saat kusarungkan dengan sarung pedang milikku. Indah seperti pantulan bulan purnama di dalam kolam istana. " Gumam pangeran Syam sambil tersipu.
Debaran jantungnya tidak seperti biasanya. Hal itu membuat pangeran Syam berfikir bahwa dirinya terlalu lelah berlatih hari ini.
"Entah kenapa aku ingin segera menemui Rian? " sambungnya.
Di kejauhan, dimana putri Rain berada. dia berkata.
"Sungguh indah pedang anak itu. Tampak seperti bunga lili yang bermekaran di tepi air mancur dengan sorot cahaya temaram rembulan. "
Putri Rain kemudian bertanya entah pada siapa, karena saat ini ia hanya sendiri dalam bilik kamarnya.
"Masi maukah Syam berteman denganku jika dia tahu bahwa aku adalah seorang wanita dan putri yang sembrono, jauh dari kata anggun?"
"Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika dia tahu siapa aku sebenarnya. " sambung Putri Rain.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
halo thor aku datang mulai baca karya kerenmu, semangat terus ya.
Ditunggu feedbacknya di:
TERJEBAK DALAM PERNIKAHAN SEMU
CAHAYA YANG HILANG
2021-01-09
0
yutantia 10
aku mampir thor
2021-01-07
0
Nureti
sukses kak
sudah mampir boom like
2021-01-06
0