Setelah di bantu beberapa pelayannya, putri Rain telah selesai bersiap diri. Ia kemudian melenggang santai menuju ruang perpustakaan sambil menenteng sepasang hak tinggi miliknya.
Beberapa pelayan istana memandangi tuan putrinya dengan heran karena berjalan tanpa alas kaki. Tak ada seorang pun dari mereka yang berani menegur putri Rain dengan raut muka masam seperti itu. Para pelayannya sangat mengenali putri mereka yang sedang tidak enak hati. Salah-salah mereka akan berakhir babak belur.
Saat memasuki ruang perpustakaan langkah putri Rain terhenti melihat adik dan ibunya melongo. Menatap dirinya dari atas hingga ke bawah.
"Apa penampilanku aneh? " Celetuk putri Rain.
"Ayunda sangat cantik hanya saja kenapa ayunda berjalan tanpa alas kaki dan menenteng sepatu ayunda di bahu? " Tukas putri Reina sambil menunjuk bahu kanan putri Rain dimana ia melampirkan sepasang hak tinggi seolah sedang melampirkan jas.
Putri Rain hanya nyengir menanggapi ucapan adiknya.
"Baiklah sayang. Pertama kamu harus terbiasa berjalan menggunakan sepatu hak tinggi ini. " ujar permaisuri sambil membantu putri Rain mengenakan sepatunya.
Putri Rain mulai melangkahkan kakinya pelan. Ia berjalan bolak-balik dengan mulus sebab langkahnya selambat siput. Bahkan kura-kura pun lebih cepat darinya.
"Ayunda melangkahlah dengan santai. Kenapa ayunda malah seperti keong? " Celetuk putri Reina.
Putri Rain mencoba merilekskan diri dan melangkah lebih lebar dari sebelumnya.
Untuk awalnya ia berhasil ke sisi lain ruang perpustakaan. Namun saat hendak berbalik kakinya tergelincir. Alhasil ia jatuh tersungkur. Kaki kanannya terkilir namun ia masih bisa menahan rasa sakitnya.
"Kamu tida apa-apa sayang? " tanya permaisuri cemas.
"Tidak apa-apa bu. Ayo kita lanjutan. "
Putri Rain kembali melangkah. Ia berusaha mengimbangi rasa sakit di kakinya dengan keseimbangannya di atas sepasang sepatu yang ia kenakan.
Setelah satu jam putri Rain mulai terbiasa. Namun tidak hanya sampai di situ putri Rain kembali kelabakan saat putri Reina meletakkan tiga buah buku di atas kepalanya.
"Mengapa latihan berjalan dengan sepatu ini lebih sulit dari menunggang kuda" batin pintu Rain.
Sebulan kemudian putri Rain telah menguasai semuanya bahkan ia dapat memainkan pedang menggunakan hak tinggi yang dikenakannya sewaktu terjungkal di depan pangeran Qamar.
***
Sementara pangeran Syam merasa hampa karena sudah satu bulan tidak berjumpa dengan puti Rain. Sahabatnya Rian anak dari seorang pemburu dari kerajaan Sasan itu.
"Apakah aku harus mencarinya di dalam wilayah kekuasaan kerajaan Sasan? " Tanya pangeran Syam entah dengan siapa sebab saat itu ia tengah sendiri di dalam bilik kamarnya.
***
Di suatu malam putri Rain tak sengaja melihat pantulan bulan purnama di dalam kolam ikan koi milik ibunya melalui jendela kamarnya. Ia teringat dengan liontin yang diberikan pangeran Syam padanya.
Segeralah putri Rain mengambil pedangnya dan turun ke dekat kolam ikan ibunya, ia memainkan pedangnya dengan gaun putih lengkap dengan hak tingginya. Ia bermain pedang bagaikan bunga lili yang tertiup similir angin pagi.
Selang berapa lama Liontin di pedangnya terjatuh tepat di bawah kakinya. Ia kemudian mengambil liontin tersebut menimbang nimbangnya kemudian menyatukan dengan jepit rambut miliknya, itu nampak sangat indah dan serasi dengan gaunnya yg putih.
"Ayunda apa yg kau lakukan di luar tengah malam begini? " Tanya putri Reina yang tak sengaja melihat kakaknya dari balkon kamar, ia kemudian menghampiri putri Rain.
"Jepit rambutmu sangat indah Ayunda, siapakah yang memberi itu padamu? " Tanya putri Reina setelah tiba dihadapan putri Rain.
"Dari sahabatku yang kutemui di hutan, namun sudah hampir dua bulan ini aku tidak lagi pernah bertemu dengannya. " Aku putri Rain jujur.
"Mengapa demikian? " Tanya putri Reina penasaran.
"Entahlah mungkin dia tidak menyukai wanti sepertiku yang tidak anggun sepertimu. " jawab putri Rain asal.
"Apa yang Ayunda katakan? Engkau sangatlah cantik dan cerdas. " puji putri Reina.
Putri Rain hanya tersenyum kecut kemudian memerintahkan agar putri Reina segera kembali ke kamarnya dan tidur, begitupun dirinya yang berjalan kembali ke kamarnya.
Di perjalanan menuju kamarnya, putri Rain melewati kamar adik laki-lakinya. Di sana terdengar suara berisik dan riuh. Karena khawatir adik bungsunya kenapa-napa putri Rain langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau meminta izin. Ia mendapati adiknya sedang belajar memanah dan di atas kasurnya tergeletak sebilah pedang tanpa sarung.
"Ayunda Rain! " Pekik pangeran Arya kaget karena kepergok oleh putri Rain saat sedang berlatih.
Sekali lihat putri Rain langsung tahu apa yang adiknya lakukan.
"Istirahatlah ini sudah larut malam, besok pagi datanglah ke kamarku. " ujar putri Rain sambil berlalu meninggalkan pangeran Arya.
Pangeran Arya berfikir akan dimarahi tapi nyatanya putri Rain hanya tersenyum dan berlalu pergi.
"Mengapa ayunda tidak memarahiku. Dia malah memintaku menghadap besok pagi. Apa besoknya ayunda akan mehukumku? Tamat sudah riwayatku! " Gumam pangeran Arya sepeninggal putri Rain.
Paginya pangeran Arya menemui putri Rain. Ia mengetuk pintu dan meminta izin.
"Ayunda boleh aku masuk? "
"Masuklah. " jawab putri Rain singkat.
Setibanya di dalam, pangeran Arya shock akan sambutan putri Rai yang memperlakukan ia bak anak berusia tiga tahun.
"Ayunda! apa yang engkau lakukan, aku bukan anak kecil! " Pekik pangeran Arya.
"Maaf Ayunda hanya senang engkau mau belajar menggunakan senjata, mulai hari ini aku akan mengajarimu hingga menjadi pangeran yang hebat dan kuat hingga tak seorang pun yang mampu menandingi kehebatan-mu! " tukas putri Rain pada Adiknya pangeran Arya.
"Bagaimana mungkin Ayunda mengajariku sementara Aku tak pernah sekali pun melihat Ayunda memegang benda tajam? " Tukas pangeran Arya dengan muka bingung.
"Tentu saja karena Aku tak menunjukkannya di dalam istana. " Jawab putri Rain percaya diri.
"Lihat pedangku, akan ku-tunjukkan cara menggunakannya. " Sambung putri Rain sambil memainkan pedang di hadapan pangeran Arya.
"Pok... pok... pok... " tepuk riuh pangeran Arya.
"Bagaimana?" Tanya putri Rain.
"Ayunda sungguh luar biasa! " tukas pangeran Arya.
"Baiklah setiap malam datanglah ke kamarku, aku akan mengajarimu d sini. " ujar putri Rain.
"Baik Ayunda! " Jawab pangeran Arya semangat.
Malamnya kedua kakak beradik itu pun berlatih di kamar Putri Rain.
"Untuk awalnya kamu harus pandai memanah, setelah kamu menguasainya Ayunda akan mengajarimu yang lainnya. " tukas putri Rain.
"Baik ayunda. " jawab pangeran Arya.
Setelah tiga malam belajar dan melesatkan tiga ribu anak panah, pangeran Arya mulai menguasai tehnik memanah yang baik. Selain cekatan dan cerdas ketekunan pangeran Arya membuatnya mudah mempelajari hal baru. Di tambah dengan kepiawaian putri Rain dalam membimbing membuatnya cepat menguasai berbagai tehnik memanah dalam waktu singkat.
Dalam waktu 3 hari pangeran Arya mampu melesatkan dua anak panah sekaligus meskipun tak seindah tehnik yang di lakukan oleh putri Rain.
"Hadiah untukmu karena sangat berbakat dan rajin berlatih. " Ujar putri Rain sambil menyerahkan pedang miliknya kepada pangeran Arya.
Saat itu ia memutuskan untuk tidak mau bersentuhan lagi dengan senjata. Terlebih dengan pedang milik pangeran Syam. Hal itu membuatnya tidak dapat melupakan kenangnya bersama pangeran Syam.
*************
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
boom like 5 episod dulu ya thor, nanti aku lanjut bacanya
ditunggu feedbacknya 😍
2021-01-09
0
yutantia 10
semangat thor
5 like sudah mendarat
ditunggu feed back nya di karyaku
cinta diwaktu yang salah
2021-01-07
0
Yuliasmi
wahhh part berikutbya bakal ada pertunjukan pedang nih.... pasti seru, gak sabar buat nungguin author up chapter betikutnya...... semngat thorrrrr
2020-11-08
0