Pada suatu negri yang subur berdiri sebuah kerajaan yang amat sangat megah dan memiliki rakyat yang begitu menghormati raja mereka. Kerajaan itu bernama Sasan. Kerjaan Sasan memiliki dua orang putri yang bernama Rain dan Reina beserta seorang pangeran bungsu yang gagah bak purnama bernama pangeran Arya.
Di kerajaan Sasan, putri tertua kerajaan sangat aktif dan tidak suka berdiam diri. Dia selalu berpenampilan bak seorang pria, diapun sangat pandai beladiri, memanah, maupun bermain pedang.
Sementara adiknya Reina berbanding terbalik dengan dirinya. Reina begitu anggun lagi cantik jelita, kecantikannya tersebar hingga ke seluruh penjuru mata angin.
Pada waktu sore menjelang, akibat terlalu lama berada dalam perpustakaan, berhadapan dengan beraneka ragam buku beserta pelajaran tata krama. Lama kelamaan rasa bosan telah menggelayuti Putri Rain.
Mempelajari tata krama kerajaan yang membosankan membuat putri Rain melarikan diri dari istana. Ia menuju hutan Growonh pemisah antara kerajaan Sasan dengan kerajaan tetangga yaitu kerjaan Ajam.
Pada waktu yang bersamaan, pangeran Syam yang merupakan putra kedua dari kerajaan Ajam juga berada dalam hutan Growonh.
Di sanalah awal mula pertemuan putri Rain dengan pangeran Syam.
Saat itu pangeran Syam sedang latihan memanah hingga tergeletak di atas rerumputan karena lelahnya.
Putri Rain kemudian menghampiri pangeran Syam yang berbaring di atas rumput kemudian berkata.
"Apa yang kamu lakukan di tengah hutan? ''
"Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan berkeliaran di hutan? " bukannya menjawab, Pangeran Syam malah balik bertanya.
Begitu pula dengan putri Rain. Bukannya menjawab ia malah melangkah mengambil busur dan anak panah yang tergeletak di samping pangeran Syam. Dia kemudian melepaskan anak panahnya tepat di tengah-tengah target yang sedari tadi tak mampu pangeran Syam lakukan.
Pangeran Syam terkagum-kagum melihat keahlian Putri Rain, Ia kemudian bertanya. "Siapakah nama engkau wahai pemuda yang begitu pandai lagi berbakat? "
Putri Rain berbalik dan menahan tawanya yang hampir meledak di hadapan pangeran Syam karena di sangka seorang pemuda.
Kemudian ia menjawab. "Saya Rian yang kebetulan anak seorang pemburu dari masyarakat Sasan. "
Putri Rain sengaja menyembunyikan identitasnya karena tidak suka terbebani dengan gelar yang dimilikinya. Di tambah lagi dengan kepayahannya sebagai seorang putri kerajaan.
"Maukah engkau berlatih di sini setiap harinya bersamaku?" tanya pangeran Syam antusias.
"Tapi perkenalkan dirimu terlebih dahulu aku bahkan balum tahu namamu. " Tukas Putri Rain.
"Ah... maaf, aku adalah Syam anak tukang kebun dari kerajaan Ajam. " Pangeran Syam juga menyembunyikan identitasnya.
Pangeran Syam akan sangat malu jika seorang rakyat dari kerajaan lain mengetahui bahwasanya pangeran kedua kerajaan Ajam begitu buruk dalam memanah.
"Baiklah, kita bertemu di sini besok pagi. Aku akan membawa perlengkapanku sendiri. " jawab putri Rain sambil berlalu pergi.
***
Keesokan paginya di hutan Growonh tempat mereka bertemu kemarin. Di sana terlihat pangeran Syam sedang menunggu kedatangan teman barunya yang tidak lain adalah putri dari Kerajaan tetangga.
"Aku sempat berpikir bahwa kamu tidak akan datang. " ujar pangeran Syam saat melihat putri Rain berjalan ke arahnya dengan persiapan yang sempurna.
Putri Rain lebih terlihat akan berperang di banding latihan. Bersyukurlah dia tidak memaki pakaian tempur.
"Tentu saja aku akan datang! janji bagiku sakral. Tidak mungkin aku mengkhianatinya! " jawab putri Rain sembari tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi.
Pangeran Syam tanpa sungkan merangkul bahu Putri Rain yang memang agak sedikit lebih pendek darinya.
"Ayo kita latihan teman, hari ini kamu adalan guruku!" gurau pangeran Syam.
"Tentu saja muridku yang payah." timpal putri Rain sambil menyikut perut pangeran Syam.
Keduanya langsung tertawa. Dua muda mudi itu tak ada yang saling mengetahui identitas sesungguhnya dari teman baru mereka itu.
Mereka hanya terlarut dalam latihan memanah tanpa memikirkan suatu hal yang buruk tentang temannya.
Putri Rain dengan telaten mengajari pangeran Syam memanah.
"Miringkan badanmu kemudian pasang anak panahnya, setelah itu tarik tali busurnya dari atas ke bawah. Sejajarkan anak panahmu dibawah dagu, kemudian perhatikan target setelah itu lepaskan." Jelas putri Rain.
"A... apa? anak panahnya melesat ke atas! " gumam pangeran Syam.
Putri Rain melangkah mendekat kemudian membenarkan posisi siku pangeran Syam yang terlalu rendah.
"Perhatikan posisi sikumu nona, karena siku adalah penentu dari arah anak panah yang akan kamu lepaskan." Ujar putri Rain.
Pangeran Syam tersenyum lebar menanggapi perkataan putri Rain. Meski sedikit tersinggung dengan kata-kata putri Rain yang menyebutnya nona.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Rain kembali lebih awal karena khawatir pelariannya akan di ketahui oleh ibunya.
"Oh ya Syam! sering-sering lah berlatih agar tanganmu terbiasa dengan busurmu. Jangan suka mengganti busur agar kamu tidak perlu menyesuaikan diri dengan busur yang baru, sebab busur yang lama sudah terbiasa kamu gunakan.
Jika sudah mahir, barulah kamu dapat menggunakan berbahagia macam busur. Dengan begitu, saat kamu dalam keadaan terdesak. Kamu tidak akan memiliki keraguan dalam kemampuan memanahmu, walau menggunakan busur yang baru kamu jumpai.
Paling penting, ingat bagaimana posisi sikumu saat melepaskan anak panah. Dengan begitu kamu akan mudah mengingat bagaimana posisi yang tepat." Jelas putri Rain kemudian berlari dan menghilang di balik rimbunnya semak-semak.
Pangeran Syam tersenyum sepeninggal putri Rain.
"Dia benar-benar seorang guru dan teman yang baik." Ujarnya.
Setiap harinya mereka selalu bertemu di dalam hutan Growonh dan berlatih memanah bersama.
Berbagi macan tehnik putri Rain ajaran pada pangeran Syam. Sampai-sampai telunjuk dan lengan kiri pangeran Syam terluka dibuatnya.
***
Tujuh hari telah berlalu saat awal mula dilatihnya pangeran Syam oleh Putri Rain. Pangeran Syam datang dengan menunggang seekor kuda hitam yang gagah.
Hal itu membuat putri Rain kagum, kerena selama ini ia ingin belajar berkuda di istana.
Namun ayahnya melarang kedua putrinya untuk berkuda maupun memegang senjata.
"Wah... ternyata kamu memiliki seekor kuda yang sangat gagah dan kuat, dapatkah kamu mengajariku?" Sapa Putri Rain sembari mengelus kuda milik pangeran Syam dengan mata berbinar-binar.
"Tentu sahabatku, dan lagi kuda ini juga menyukaimu. Sebab dia tidak ingin di sentuh oleh orang lain selain diriku. " Jawab pangeran Syam yang terheran-heran melihat kudanya menyukai sang putri yang dikiranya seorang pemuda.
Dia tahu betul bahwa kuda itu sangatlah tebar pesona disaat berjalan di hadapan wanita-wanita bangsawan dalam istananya. Namun sangat antipati terhadap laki-laki selain dirinya seorang.
Setelah latihan memanah. Sorenya pangeran Syam mengajari putri Rain berkuda yang hari itu juga langsung dikuasai oleh putri Rain.
"Kamu benar-benar berbakat sahabatku. Dalam sehari kamu mampu menguasai berkuda yang bahkan aku pelajari satu bulan lamanya. " Puji pangeran Syam.
"Kamu juga hebat teman. Kamu sudah mahir memanah dalam waktu tujuh hari, aku begitu penasaran. Apakah kamu juga pandai dalam bermain pedang?" tukas putri Rain beserta dengan pertanyaan yang antusias.
"Tidak terlalu mahir tapi kamu boleh mencobanya. " Tantang pangeran Syam.
Hal ini diterima baik oleh putri Rain. Tidak perlu dipertanyakan, keahlian berpedangnya bahkan tidak dapat tertandingi oleh panglima kerajaan Sasan sendiri.
Setelah latihan berpedang, ternyata keahlian berpedang keduanya sama hebatnya. Tidak terasa hari mulai gelap, pangeran Syam dan putri Rain lupa waktu. Cepat-cepatlah keduanya berkemas pulang.
***
Setibanya di kamar masing-masing, mereka berdua baru tersadar bahwa pedang mereka tertukar.
Herannya kedua pedang itu serasi dengan sarung pedang milik mereka.
"Indah betul pedang sahabatku ini, apalagi saat kusarungkan dengan sarung pedang milikku. Indah seperti pantulan bulan purnama di dalam kolam istana. " Gumam pangeran Syam sambil tersipu.
Debaran jantungnya tidak seperti biasanya. Hal itu membuat pangeran Syam berfikir bahwa dirinya terlalu lelah berlatih hari ini.
"Entah kenapa aku ingin segera menemui Rian? " sambungnya.
Di kejauhan, dimana putri Rain berada. dia berkata.
"Sungguh indah pedang anak itu. Tampak seperti bunga lili yang bermekaran di tepi air mancur dengan sorot cahaya temaram rembulan. "
Putri Rain kemudian bertanya entah pada siapa, karena saat ini ia hanya sendiri dalam bilik kamarnya.
"Masi maukah Syam berteman denganku jika dia tahu bahwa aku adalah seorang wanita dan putri yang sembrono, jauh dari kata anggun?"
"Aku bahkan tidak sanggup membayangkan jika dia tahu siapa aku sebenarnya. " sambung Putri Rain.
***
TBC
Keesokan harinya, di kerajaan Sasan. Putri Rain meminta kepada Ayahnya seekor kuda. Meski dia sudah tahu bahwa permintaannya tidak akan terpenuhi. Namun ia tetap ingin mencoba, dan herannya sang Ayah menyetujui dengan syarat.
Putri Rain harus mau bertemu dengan pangeran Qamar dari kerajaan Ajam yang tidak lain adalah kakak dari pangeran Syam.bAwalnya putri Rain menolak begitu keras.
Akan tetapi keinginannya untuk memiliki kuda sendiri lebih besar dari pada rasa malasnya bertemu dengan pangeran Qamar yang akan berbuntut pernikahan politik. Mau tidak mau putri Rain menyetujui syarat yang ayahnya ajukan.
Setelah melakukan kesepakatan dengan putrinya, sang Raja pun berkata.
"Pergilah ke kadang kuda istana kemudian pilihlah kudamu sendiri. Tapi ingat, besok kamu tidak boleh melarikan diri dari istana. " Pesan ayahnya penuh peringatan.
Putri Rain hanya mengangguk menanggapi ucapan ayahnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dirinya sering meninggal istana secara diam-diam. Namun herannya, dia tidak pernah mendapat teguran dari sang ayah.
Hanya ibunya sendiri lah yang selalu meraung-raung memanggilnya dirinya saat sedang tidak berada dalam perpustakaan.
Setelah mengangguk putri Rain kemudian menjawab dengan penuh Semangat.
"Baik Ayahanda kata-katamu adalah perintah bagiku."
Putri Rain kemudian berlalu menuju kandang kuda dikawal oleh pengawal kepercayaan Ayahnya.
Setelah tiba di kandang sang pengawal berujar.
"Baiklah tuan putri, pilih lah kuda yang anda inginkan. " Ujar sang pengawal sambil membuka kandang.
Saat memasuki kandang, putri Rain sangat heran dengan tingkah seekor kuda putih yang begitu sopan seolah sudah menantikan kedatangan dirinya.
"Aku menginginkan kuda putih yang berada di barisan kedua! " tukas putri sejurus kemudian.
Setalah mengeluarkan kuda pilihan sang junjungan. Si pengawal berniat mengajari sang putri menunggang kuda. Karena ia tahu bahwa putri Rain tidak pernah belajar berkuda sebelumnya.
Namun herannya setalah membantu putri Rain duduk di atas pelana kudanya, sang putri memacu kuda itu dengan begitu kencang menuju luar istana. Meninggalkan si pengawal dengan muka terkejut penuh pertanyaan.
"Seperti biasa taun putri pertama, penuh dengan misteri. " Gumam si pengawal sepeninggal putri Rain.
***
"Aku sudah sangat terlambat untuk menemui Syam kerena harus melakukan perundingan yang membosankan dengan Ayahanda demi mendapatkan seekor kuda. " Gumam putri di tengah perjalanan.
Tidak putri Rain sangka. Setibanya ia ditempat biasa bertemu dengan Pangeran Syam. Orang yang biasa duduk di bawah pohon menunggu kedatangannya tidak nampak lagi di sana.
Putri Rain merasa kecewa karena tidak didapatinya pangeran Syam di sana. Sang putri berfikir. Mungkin Syam kembali terlebih dahulu karena dirinya terlambat datang.
Sementara di kerajaan Ajam, pangeran Syam mondar mandir di atas karpet hingga bulunya gundul. Dia begitu gelisah karena tidak dapat bertemu dengan sahabatnya. Hari ini ia tidak dapat keluar istana guna untuk membantu persiapan kakaknya yang akan bertemu dengan putri kerajaan Sasan.
"Apalah dayaku, mungkin besok aku harus memberi hadiah pada sahabatku karena tidak menemuinya hari ini. " Ujar pangeran Syam pada dirinya sendiri.
***
Keesokan harinya pangeran Syam telah tiba di tempat biasa ia bertemu dengan putri Rain. Ia membawa hadiah di tangannya, namun sayang setelah lama menunggu. Putri Rain tidak kunjung datang hingga sore menjelang.
Pangeran Syam berfikir, mungkin sahabatnya kecewa akan ketidak hadiran dirinya kemarin. Pangeran Syam berlalu dengan rasa bersalah dengan meninggalkan hadiahnya di dekat pohon. Ia juga meninggalkan pesan singkat dengan harapan dapat bertemu dengan sahabatnya esok hari.
***
Sedari pagi putri Rain sibuk mempersiapkan diri bertemu dengan pangeran Qamar.
Untuk pertama kalinya putri Rain mengenakan gaun yang setiap hari adiknya kenakan. Putri Rain merasa seperti sebuah barang yang di bungkus kemudian di ikat. Ia bahkan merasa sulit bernafas.
"Bagaimana kamu bernafas dengan pakaian seperti ini setiap harinya wahai adikku? " tanya putri Rain pada adiknya yang kebetulan membantunya bersiap diri.
Adiknya hanya melempar seyum dan menuntun dirinya yang berjalan sempoyogan bagai pohon tertiup angin akibat hak tinggi yang baru pertamakali ia kenakan.
semntara di ruang pertemuan istana. Pangeran Qamar, Raja dan Permaisuru kerajaan Ajam bercakap-cakap dengan Raja dan permaisuri Sasan.
Saat hendak memasuki ruang perjamuan. Putri Reina berpesan kepada kakaknya putri Rain "Ayunda hari ini kamu nampak sangat cantik nan anggun, aku harap engkau tidak mempermalukan ayahanda. "
"Tentu saja adinda. " jawab putri Rain kemudian masuk ke dalam ruangan. Dengan langkah demi langkah yang anggun putri Rain menuruni anak tangga.
Pengeran Qamar sangat terpesona akan kecantikan dan ke anggunan yang dilihatnya pada putri Rain. Saat itu putri Rain berjalan sangat pelan seperti yang di ajarkan oleh ibunya. Demi berjalan pelan untuk terlihat anggun otot betis putri Rain terasa kaku hingga hampir meledak. Dan tidak lama kemudian_.
"Buk... pak..." saat menapaki anak tangga terakhirnya tanpa sengaja putri Rain menginjak gaunnya sendiri dan terjungkal hingga sepatu yang ia kenakan terlempar mengenai kepalanya sendiri.
Seketika seisi ruangan menjadi sepi namun terlihat dari raut wajah semua orang yang ada di sana nampak menahan tawanya termasuk ayahandanya sendiri.
Pangeran Qamar bangkit dari duduknya kemudia berjalan menghampiri putri Rain.
Pangeran Qamar membantu putri Rain yang tidak mampu berdiri karena malunya.
Pangeran Qamar memasangkan sepatu putri Rain dan menuntunnya ke kursi di samping tempat duduk yang memeng di sediakan untuk Putri Rain.
Pangeran Qamar memecah keheningan dengan memperkenalkan diri kepada Putri Rain dengan sopan.
"Salam kenal Putri Rain, saya pangeran Qamar dari kerajaan Ajam. " Sambil mengecup tangan putri Rain.
Putri Rain hanya melempar senyum kikuk dan tidak mampu berucap akibat malu yang ia rasakan sebelumnya.
Raja kerajaan Sasan pun angkat bicara " Rain kenapa kalian tidak saling mengenal dan membawa pangeran Qamar berjalan-jalan? "
"Baik ayahanda. " jawab putri Rain singkat.
"Silahkan pangeran. " ucapnya pada pangeran Qamar.
Saat di luar istana putri Rain meminta kudanya dan juga seekor kuda lagi untuk pangeran Qamar.
"Tentu pangeran dari kerajaan Ajam mampu berkuda dengan baik. " celetuk putri Rain kemudian naik ke atas pelana kudanya.
Tanpa berucap apapun pangeran Qamar ikut menunggangi kuda yang disediakan untuknya.
"Biar saya yang mengantar pangeran Qamar berkeliling" perintah putri Rain kepada para pengawal yang memegangi kuda mereka.
***
Saat pangeran Qamar dan Putri Rain berkeliling, tibalah mereka di pasar, di sana sedang berlangsung pertunjukan yang sangat ramai di tonton oleh masyarakat setempat.
Pangeran Qamar yang menyukai ketenangan dan tidak terbiasa dengan keramaian mulai gelisah, hal itu disadari betul oleh putri Rain.
"Apakah pangeran hendak ketempat lain atau kembali ke dalam istana? " Tanya putri Rain.
"Sepertinya hari mulai senja lebih baik kembali ke istana. " jawab pangeran Qamar.
Saat perjalanan kembali ke istana, mereka melewati tempat latihan para prajurit Sasan.
Dengan gesit dan lincah putri Rain menarik pedang pangeran Qamar yang tidak jauh darinya.Kemudian ia menangkis dua anak panah yang mengarah kepada mereka berdua.
Pangeran Qamar syok serta kagum dengan kelincahan putri Rain memainkan pedangnya yang sudah dua tahun terakhir tidak pernah ia gunakan.
"Luar biasa! " gumam pangeran Qamar.
***********
TBC
Putri Rain yang masih memegang pedang pangeran Qamar menghampiri kedua prajurit yang melesatkan anak panah tadi.
Purti Rain melompat dari kudanya dan berkata "Lain kali kalian harus memperhatikan posisi tangan dan sasaran kalian, kalau seperti tadi kalian akan membunuh teman atau bahkan Raja kalian sendiri di medan pertempuran! "
Putri Rain menyerahkan pedang milik Pangera Qamar kepada prajuritnya kemudian mengambil busur dan dua anak panah. Ia melesatkan satu persatu anak panah tersebut. Anak panah pertama menancap tepat sasaran kemudian disusul dengan anak panah kedua yang melesat cepat membelah anak panah yang pertama.
Kedua prajurit dan pangeran Qamar sampai menganga menyaksikan pertunjukan panahan dari Putri Rain.
"Lanjutkan latihan kalian. " perintah putri Rain sambil menyerahkan kembali busar yang ia gunakan kemudian mengambil kembali pedang milik pangeran Qamar. Ia kemudian menaiki kudanya dan menghampiri pangeran Qamar.
"Dapatkah saya beradu pedang dengan anda putri? " Tanya pangeran Qamar antusias saat putri Rain mengembalikan pedang miliknya.
"Tentu saja tapi tidak untuk saat ini. " jawab putri Rain dengan janji dan penolakan.
"Mari lanjutkan kembali ke istana. " sambungnya.
Setibanya di depan pintu istana Raja dan permaisuri kerajaan Ajam di temani Raja dan permaisuri kerajaan Sasan telah menunggu pangeran Qamar dan putri Rain kembali.
Setelah berpamitan pangeran Qamar membisikkan kalimat. "Saya nantikan hari dimana Anda dapat latihan pedang bersama dengan hamba. " pada Putri Rain.
Pangeran Qamar kemudian masuk kedalam kereta kudanya. Setelah duduk manis pangeran Qamar mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan pada putri Rain saat keretanya mulai beranjak meninggalkan kerajaan Sasan.
Perbuatan yang tidak sopan untuk keluarga kerajaan. hal ini membuat pangeran Qamar mendapat hadiah pukulan sayap merak milik ibunya. *sayap Merak adalah kipas bangsawan yang selalu di bawa kemana-mana.
Saat rombongan pangeran Qamar telah menghilang dari pandangan. Putri Rain berlarian ke kamarnya dan segera melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan. Dirinya merasa sesak dan pergerakannya terbatas. Setelah mengganti dengan pakaian kesehariannya yaitu sepotong baju dan celana yang biasa di kenaikan kaum lelaki masa itu.
Putri Rain segera menghempaskan dirinya di atas tempat tidur.
Putri Rain mengistirahatkan dirinya yang lelah setelah menemani pangeran Qamar seharian.
***
Semantara di kerejaan Ajam pangeran Syam menyambut kembalinya pangeran Qamar dari kerajaan Sasan.
Setibanya di istana pangeran Syam dan Qamar berjalan memasuki istana.
"Secantik apakah putri dari kerjaan Sasan? " goda pangeran Syam pada kakaknya.
"Ikutlah ke kamarku akan aku ceritakan semua yang terjadi hari ini. " jawab Qamar yang ingin berbagi cerita dengan adiknya.
Saat pangeran Qamar bercerita kepada adiknya. Pangeran Syam tertawa terbahak-bahak hingga berguling-guling di hadapan kakaknya. Tapi ia pun merasa kagum dengan keahlian putri Rain yang diceritakan oleh kakaknya.
"Bagaimana jika kita kesana esok pagi aku penasaran dengan putri Rain yang engkau ceritakan itu. Bukankah kakanda juga ingin menguji keahlian berpedang miliknya! " ajak pangeran Syam antusias.
"Tentu saja tapi jangan sampai ayahanda dan ibunda tahu. " jawab pangeran Qamar.
"Bagaimana kita masuk ke istana Sasan tanpa membawa nama kerajaan Ajam? " Tanya pangeran syam.
Belum sempat pengeran Qamar menjawab, pangeran Syam sudah selesain menjawab pertanyaanya sendiri dengan penuh semangat.
"Aku mempunyai sahabat dari kerajaan Sasan dia dapat membawa kita masuk ke sana. Besok aku akan memperkenalkanmu dengannya! "
"Dan jangan beritahu dia bahwa kita adalah pangeran dari kerajaan Ajam! " Sambungnya dengan cepat.
"Baiklah aku serahkan padamu. " jawab pangeran Qamar.
"Hampir lupa. Kakanda suka tidak dengan putri Rain?" Tanya pangeran Syam.
"Dia cantik sih tapi aku tidak menyukai wanita yang bahkan lebih hebat dariku. Buat apa aku berlatih pedang jika tidak berguna untuk melindungi gadisku!" Jawab pangeran Qamar.
Pangeran Syam terdiam mendengar jawaban dari pangeran Qamar. Dia tidak habis pikir kakaknya tidak menyukai wanita sempurna seperti putri Rain.
"Diluar sedang terang bulan maukah kau belatih pedang denganku di halaman istana. " ajak pangeran Qamar pada adiknya pangeran Syam.
"Kenapa tidak setelah 2 tahun ini aku belum pernah beradu pedang lagi denganmu. " jawab pangeran Syam antusias.
Saat berlatih pangeran Qamar tak henti-hentinya memuji kehebatan berpedang adiknya.
"Kakanda belum melihat kehebatan berpedang sahabatku, saat kami berlatih di hutan ia bagaikan sedang menari menggunakan pedangnya dan pedang yang kugunakan ini adalah miliknya yang tak sengaja tertukar dengan milikku. Kakanda masih ingatkan dengan pedang yang kakanda berikan padaku saat pertama kali mengajariku berpedang. " kata pangeran Syam pada kakaknya.
"Lalu kenapa belum kamu tukar kembali, bukankah itu berharha bagimu?" Tanya pangeran Qamar.
"Tentu saja namun kami belum bertemu dua hari ini, sebenarnya aku ingin memberinya pedangku jika dia menyukainya atas izin darimu. " kata pangeran Syam.
"Tentu saja! sahabat yang kamu ceritakan itu sepertinya sangat berharga bagimu seperti halnya pedang yang aku berikan,"
" Aku harap kalian akan selalu berteman dengan baik. " lanjut pangeran Qamar.
"Kakanda malam mulai larut lebih baik kita segera istirahat untuk besok. " Ujar pangeran Syam pada kakaknya.
"Baiklah. " jawab pangeran Qamar.
Mereka berlalu menuju kamar masing-masing sementara di kerajaan Sasan Putri Rain sedang berpikir untuk bertemu dengan pangeran Syam esok paginya sambil memainkan pedang milik pangeran Syam di dalam kamarnya.
***
Keesokan paginya putri Rain datang lebih awal dengan gayanya bak seorang pemuda untuk menemui pangeran Syam yang dua hari ini tidak ia temui. Saat bersandar di pohon sambil meletakkan pedang dan busur yang ia bawa tak sengaja ia melihat hadiah yg di tinggalkan pangeran Syam untuknya.
Putri Rain segera membuka hadiah tersebut dan membaca pesan dari pengeran Syam.
"Rian sahabatku semoga kamu menemukan pesanku ini dan menungguku hingga tiba."
Putri Rain tersenyum dan menganbil sebuah gantungan liontin/giok berukiran pantulan cahaya rembulan di dalam kolam.
Tak lama kemudian pangeran Syam datang dengan kudanya diikuti dengan pangeran Qamar di belakangnya.
Pangeran Syam langsung melompat dari kudanya dan menghampiri putri Rain yg tengah duduk di bawah pohon. Sontak putri Rain langsung bediri. Secara bersamaan putri Rain dan pangeran Syam mengulurkan tangan dan mengucapkan kata maaf. Mereka berdua bingung sejenak.
"Bagaimana dengan hadiahnya apakah kamu menyukainya?" Tanya pangerena Syam kemudian.
"Tentu saja sobat ini sangat indah, akupun harus membalasnya. Dengan ini kamu boleh memiliki pedangku! " tukas putri Rain membanggakan barang miliknya.
"Kalau begitu simpan pula pedangku untukmu sebagai pengganti pedangmu. " balas pangeran Syam.
Putri Rain kemudian memasangkan Liontin pemberian pangeran Syam ke gagang pedang yang baru saja menjadi miliknya stelah itu langsung menyerang pangeran Syam dengan gaya berpedangnya yang khas, sontak dengan sigap ditangkis oleh pangeran Syam.
Mereka bermain pedang cukup lama hingga putri Rain menyadari kehadiran pangeran Qamar.
Ia segera menahan pergerakan pangeran Syam dan bertanya.
"Siapa yang kamu bawa bersamamu?"
"Dia adalah Kakakku. " jawab pangeran Syam.
Putri Rain diam sejenak dan berfikir dalam hati, bagaimana mungkin pangeran Qamar bersaudara dengan Syam atau mungkin pangeran Syam adalah putra mahkota kerajaan Ajam yang sengaja berbohong kepadanya.
************
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!