chapter 4

Pangeran Syam sengaja menyembunyikan identitasnya sama halnya dengan yang ia lakukan. Pertanyaan itu berputar putar di kepala putri Rain.

Suara tepuk tangan pangeran Qamar membuyarkan lamunan putri Rain.

"Permainan pedang kalian berdua sangat hebat bagaikan sedang berdansa. " puji pangeran Qamar.

"Tidak seberapa dibanding dengan kehebatan kakak dari sahabatku ini. " balas putri Rain yang memilih untuk bungkam tentang identisa sebenarnya dari pangeran Syam.

"Aku sebenarnya ingin beradu pedang denganmu namu kedatanganku hari ini memiliki tujuan lain. " kata pangeran Qamar sambil mengisyaratkan kepada adiknya untuk menjelaskan tujuan merekan.

Setelah menjelaskan dan menceritakan tentang kepayahan putri Rain. Pangeran Syam heran melihat reaksi puri Rain yang tidak tertawa sama sekali, ia lngsung meminta maaf.

"Aku meminta maaf atas kelancanganku menertawai putri dari kerajaanmu."

Purti Rain pura-pura menertawai dirinya yang memalukan dan ia semakin yakin tetang Identitas pangeran Syam yang sebenarnya.

"Hahaha tak apa, lagi pula itu benar-benar lucu. " kata putri Rain yang tetap memilih untuk tidak membongkar Identitas kedua pengeran tersebut.

"Baiklah aku bisa mengantarkan kalian masuk ke istana Sasan. " kata putri Rain yang tidak ingin mengecewakan pangeran Syam yang sudah lama ia kenal sebagai Sahabatnya.

Mereka bertiga pun berangkat menuju istana Sasan. Karena putri Rain tidak membawa kudanya otomatis ia satu kuda dengan pangeran Syam.

Setibanya di dinding luar istana Sasan terdapat semak belukar yang berduri.

"Ikat kuda-kuda kalian di bawah pohon rindang yang kedua agar tak ada yg melihatnya." perintah putri Rain, kemudian ia menjelaskan cara melewati semak belukar yang berduri di hadapan mereka.

Setelah ketiganya keluar dari semak belukar pangeran Syam dan Qamar meringis keperihan akibat goresan semak belukar yang mereka lewati. Berbeda dengan putri Rain yang tidak terluka sedikitpun.

"Hahaha maafkan aku sebenarnya jalan ini hanya aku seorang yang mampu melewatinya tanpa terluka. " kata putri Rain dengan penuh penyesalan.

"Tak apa lagipula kita telah berada di dalam istana. " jawab keduanya hampir bersamaan.

"Kalian lewat sini di sana ada banyak penjaga! " perintah Rain.

Setibanya mereka bertiga di halaman istana telihat putri Reina berjalan menuju Aula utama dengan Anggun.

Pangeran kamar kemudian meminta busur dan anak panah yang dibawa oleh putri Rain.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya putri Rain.

"Aku ingin menguji kemampuan putri tersebut, bukankah ia hebat menurut cerita kakakku yg diceritakan oleh sahabatnya pangeran Qamar. " jawab Pangeran Syam.

"Tidak kah kau tahu dia adalah putri Kedua kerajaan Sasan, ia sangat lemah lembut dan bahkan tak pernah memegang pisau sama sekali. " tukas Putri Rain yang khawatir akan keselamatan adiknya.

"Maaf aku tidak tahu akan hal itu. " ujar pangeran Syam.

Pangeran Syam kemudian berbisik pada kakaknya "Mengapa kakanda tidak memberitahu sebelumnya tentang putri kedua kerajaan Sasan?. "

"Aku pikir kamu telah mengetahuinya, sebab kecantikan dan keanggunan putri kedua kerajaan Sasan tersebar hingga ke seluruh penjuru mata angin. " jawab pangeran Qamar yang pandangannya tidak beralih dari putri Reina.

Sepertinya pangeran Qamar telah Jatuh hati saat melihat putri Reina untuk pertamakalinya. Putri Reina benar-benar cocok bersanding dengan pangeran Qamar. Ia bisa melindungnya seperti yang ia ceritakan pada adiknya pangeran Syam.

"Bagaimana kita bisa bertemu dengan putri pertama kerajaan Sasan?" Tanya pangeran Qamar pada putri Rain.

"Putri Rain memang jarang terlihat meski di dalam istana sekali pun, ia hanya terlihat saat ada acara resmi. " jawab putri Rain untuk menghindari dicarinya dirinya di seluruh istana.

"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? " tanya pangeran Syam.

"Bagaimana jika menghapiri putri Reina dan menyapanya, tidakkah kau menyukainya?" Tanya putri Rain pada pangeran Syam.

"Tentu saja siapa yang tidak menyukai wanita secantik dan seanggun Putri Reina. " jawab pangeran Syam.

Mendengar jawaban itu putri Rain merasa terpukul. Mendadak air muka putri Rain berubah sendu. Namun tak seorang pun dari mereka yang menyadari hal itu.

"Apa yang kalian berdua katakan?! apa kalian ingin membuat kita bertiga terbunuh, tidakah kalian tahu status kita sekarang seperti seorang mata-mata musuh?" Celetuk pangeran Qamar.

"Kalau begitu kita kembali saja aku merasa bosan disini, lebih baik berburu di hutan." tukas pangeran Syam.

"Baiklah. " jawab pangeran Qamar dan putri Rain hampir bersamaan.

Mereka bertiga kembali ke tempat dimana kuda-kuda mereka di ikat. Tentu saja kembali melewati semak berduri yang terletak di samping istana.

"Mungkin ini pertemuan kita yang terakhir wahai sahabatku! " Pernyataan putri Rain sukses membuat mata pangeran Syam terbelalak.

"Mengapa demikian? " ujar pangeran Syam kemudian.

"Aku harus melakukan sesuatu sehingga tidak dapat menemui-mu di hutan! " Bohong putri Rain.

"Baiklah sobat! Jika urusanmu telah usai aku harap kita bisa bertemu kembali. " tukas pangeran Syam.

"Aku tidak yakin akan bertemu lagi denganmu! "  Batin putri Rain.

"Berhati-hatilah kalian. " ujar putri Rain sambil melambaikan tangan kepada pangeran Syam dan pangeran Qamar.

Kedua kakak beradik itu memacu kudanya dengan kencang kemudian menghilang di balik rimbunnya hutan.

Sementara putri Rain kembali ke dalam istana. Dengan langkah gontai ia langsung menuju kamarnya dan menghempaskan dirinya di atas tempat tidur.

***

Hari berikutnya putri Rain terbangun dan bergegas untuk menuju ke dalam hutan namun ia teringat akan hari kemarin dimana ia tidak akan lagi menemui pangeran Syam. Ia kemudian berbaring dan memikirkan kembali ucapan pangeran Syam.

"Tentu saja siapa yg tidak menyukai wanita secantik dan seanggun Putri Raina."

Setelah lama berbaring dengan kalimat yang sama berputar di kepalanya. Putri Rain bangkit dari tidurnya menuju kamar Adiknya putri Reina.

Sebelum ia sampai di kamar Reina, nampak sosok adiknya sedang belajar di ruang perpustakaan istana bersama ibundanya. Langsung saja putri Rain masuk dan di sambut hangat oleh adik dan ibunya.

"Bunda maukah engkau mengajariku semua dari awal? " Tanya putri Rain dengan lesu tanpa semangat.

Sontak permai suri memegang dahi putrinya kemudian memeriksa badannya Khawatir putrinya demam atau kepalanya terbentur benda keras.

"Ada apa denganmu Ayundan? tidak baiasanya? " Tanya putri Reina heran.

"Tidak apa-apa Bu aku hanya tidak ingin mempermalukan kerajaan ini lagi. Mengingat kemarin aku terjungkal di depan keluarga kerajaan Ajam. " jawan putri Rain lesu.

Tawa permaisuri dan putri Reina meledak seketika. Putri Rain hanya mencibir manyun. Memang salahnya karena sering melarikan diri saat putri Reina tengah serius menimba ilmu dari ibunda mereka.

"Hahaha... tentu saja ibunda akan mengajarimu. Asal kamu sendiri yang meminta karena Ibunda lelah harus mengajar dan mencarimu saat menghilang dari ruang belajar. " tukas permaisuri kemudian.

"Apa yang harus aku lakukan bu? " Tanya putri Rain pada ibunya yang langsung di jawab oleh putri Reina.

"Tentu saja ayunda harus mengganti pakaian terlebih dahulu! "

Pernyataan putri Reina disusul anggukan oleh ibunya.

"Baiklah! " Timpal putri Rain kemudian berlalu menuju kamarnya.

Setelah berjalan beberapa depa, putri Rain pun sampai di depan lemari besar miliknya.

"Krek..." pintu lemari terbuka. Disana berjejer puluhan gaun indah dengan beragam warna. Gaun-gaun itu hanya di seutuhnya saat menghadiri perayaan resmi kerajaan.

**************

TBC

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

keren thor

2021-01-09

0

Yuliasmi

Yuliasmi

wah pedang pemberian pangeran Syam dikasiin ke adeknya

2020-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!