Selepas Duke Jonathan Rosberg yaitu yang menjadi ayahku di dunia ini sekarang. Aku dan dirinya selesai makan siang.
Ayahku dengan bergegas telah pergi meninggalkan kediaman ini untuk memulai rutinitas kerja sehari-harinya seperti biasa.
Aku mengantar kepergiaan nya sampai ke depan rumah. Di perjalanan menuju keluar rumah kami tidak membicarakan tentang apa-apa lagi sampai akhirnya kami berdua telah berada di depan halaman rumah.
"Yasudah kalau begitu ayah pergi dahulu."
Ucapnya dengan senyuman seperti biasa.
"Baiklah ayah. Hati hati di perjalanan anda."
balas ku sambil tersenyum pula.
Ayahku berjalan memasuki kereta kuda. Tak lama kereta kuda yang dia tumpangi berangkat perlahan semakin lama semakin jauh dan telah melewati gerbang kediaman ini.
aku terus melambaikan tanganku mengantar kepergiannya sampai kereta kudanya tak terlihat lagi aku berjalan kembali ke dalam kediaman untuk melihat-lihat isi yang menjadi rumahku sekarang di kehidupan ini.
"Akan tetapi aku tidak percaya bahwa aku bisa masuk ke dalan game simulasi yang selalu ku mainkan, dan yang paling mengejutkannya aku pun bisa menjadi Lisa yang menjadi tokoh utama dan juga bangsawan besar di kerajaan ini."
Batinku bergumam seperti biasanya yang saat ini sedang berjalan-jalan mengelilingi seisi rumah yang sangat megah ini.
Beberapa puluh menit tak terasa waktu berlalu, Saking luas dan megahnya rumah ini sampai-sampai membuatku lelah stamina ku terkuras cukup banyak.
"Padahal ini belum semuanya aku jelajahi kediaman ini, namun sudah membuatku lelah seperti ini, memang luar biasa rumah seorang bangsawan kelas atas yah!"
Aku bergumam kembali di dalam hati.
aku berhenti sejenak duduk di sebuah bangku yang ada di lorong ini. Aku duduk terdiam dengan nafas yang sedikit terengah-engah memulihkan kembali tenagaku.
Tak lama terlintas dalam pikiranku kembali muncul sebuah ingatan yang tertinggal di tubuh ini akan tempat yang nyaman untuk bersantai.
Isi ingatan nya adalah kediaman ini ada sebuah taman yang indah tempat untuk bersantai yang letaknya ada di halaman belakang rumah. Setelah mengingat jalannya aku bergegas berjalan ke taman yang terletak di belakang bangunan rumah ini yang bagaikan istana.
Hingga sampailah aku di sebuah persimpangan lorong. Di dalam sini terlihat adanya cahaya matahari yang menembus dari sebuah pintu kaca besar.
Aku berjalan ke arah cahaya itu dan sampailah di depan pintu kaca yang menghubungkan diriku ke taman pribadi seperti yang ada di dalam ingatan tubuh ini.
Saat aku mendorong kedua gagang pintu, pintu pun terbuka. Seketika aku langsung melihat taman bunga dengan warnanya yang bermacam-macam.
Aku melangkah melewati pintu dan melepaskan genggaman kedua tanganku daei gagang pintu dan dengan seketika pintu tertutup secara alami dengan perlahan.
Setelah itu aku berjalan di jalan setapak batu sambil melihat ke kiri dan ke kanan banyak sekali bunga-bungan yang tertanam serta terawat dengan sangat baik. Sampai pada akhirnya setelah melewati lorong yang terbuat dari tamanan bunga yang merambat ke tiang-tiang dan kawat besi yang melengkung membuat setengah lingkaran.
Aku pun sampai di sebuah tempat dimana di sana ada sebuah panggung terbuka yang dimana tempat itu sangat nyaman dan cocok sekali untuk bersantai juga di sana ada beberapa rak buku tersusun rapi yang terbuat dari kayu serta sudah berisi banyak buku pula.
"Ahh ternyata buku-buku begini yang Lisa suka." Hatiku berkata seperti itu.
Buku-bukunya yaitu tentang kisah-kisah perkembangan zaman. Aku berjalan ke arah rak buku, kemudian mengambil salah satu buku, lalu aku duduk dengan anggun di sebuah kursi sangat mewah dan nyaman, setelah itu aku mulai membaca buku yang baru saja ku ambil.
***
Cuaca hari ini sudah ku kau terasa cukup sejuk, siang yang tadinya cukup panas kini hari telah sore. Disini aku sudah tidak terasa telah melewati banyak waktu atau bisa dikatakan aku telah tiga jam duduk sambil membaca beberapa buku-buku di rak kayu ini hingga pada akhirnya aku mulai merasa jenuh.
Aku menutup buku yang ku baca tanpa menandai halaman itu karena aku tengah selesai membaca bukunya lekas ku taruh dengan rapi kembali ke tempatnya sedia kala. Aku bangkit dari duduk dan melangkahkan kakiku berjalan untuk kembali ke dalam rumah.
Sesampainya di ruangan utama, aku diselimuti oleh rasa penasaran akan bagaimana suasana pusat kota disini.
Di dalam salah satu buku yang ku baca, di meja ada sebuah dokumen tentang pembangunan pusat ibukota duta tahun yang lalu dan sekarang telah usai penataan ulang pusat ibukota dan disana di terangkan juga bahwa penataan pusat Ibukota sudah jauh lebih baik dan bersih.
Namun bukan itu yang membuat aku penasaran. Aku saat ini hanya ingin membandingkan saja bahwa manakah yang paling unik pembangunan ibukota zaman modern dimana aku hidup dahulu ataukah zaman Pertengahan ini dimana teknologi masih mencari-cari dan membuat teknologi kebutuhan sehari-hari.
Di perjalanan menuju kamarku, aku bertemu dengan seorang pria yang sudah sedikit tua dengan pakaian pelayan nya yang rapi nanti elegan. Dia adalah Josept seorang kepala pelayan di kediaman Rosberg ini dan juga dia telah bekerja di kediaman ini di zaman saat ayahku masih seumuran denganku satu itu.
Kalian bertanya kenapa aku bisa mengetahui namanya? yah tentu saja karena saat ingatan Lisa yang pemilik tubuh ini mengalir dan menampakkan semua kenangan nya kepadaku, tentu saja aku tahu semuanya sekarang.
"Kepala pelayan Josept."
"Iya nona Lisa. Apakah ada yang bisa saya bantu."
Balas Josept sambil membungkuk memberi salam kepada saya dengan ramah.
"Aku ingin sesuatu."
"Apakah itu nona Lisa. jika ada sesuatu yang bisa saya kerjakan, akan saya kerjakan."
"Begini Josept. Bisakah anda menyiapkan kereta kuda untukku, saat ini aku ingin berjalan jalan di pusat ibukota kerajaan."
Josept memperlihatkan raut wajah terkejut setelah aku berkata demikian. Aku bisa melihat dari ekspresi nya saja di dalam pikiran nya itu pasti berkata seperti ini, "Ini sangat mengejutkan sekali nona muda yang biasa nya diam di kamarnya atau di ruangan pribadi yang ada di halaman belakang sekarang ini ingin berjalan-jalan di ibukota kerajaan."
Begitulah jika aku menebak isi pikiran Josept.
Dia tersenyum lembut melihatku.
"Maafkan saya nona. Namun ini sudah sore hari, sebentar lagi malam akan tiba, apakah anda yakin nona ingin ke pusat ibukota kerajaan?"
"Iya aku ingin berjalan-jalan disana Josept."
"Baiklah nona Lisa saya akan segera persiapkan."
Josept menerima permintaanku sambil membungkuk hormat setelah itu dia pergi untuk segera menyiapkan kereta kuda yang akan aku pakai untuk ke alun-alun ibukota kerajaan.
Sementara Josept menyiapkan kereta kuda untukku. Aku kembali ke kamar ku untuk mengganti pakaian.
Sampainya di kamarku sendiri membuka lemari pakaian.
"Wah apa-apaan rentetan pakaian mahal ini!"
Aku terkejut karena isi di dalam lemari pakaian itu banyak sekali pakaian mewah yang berkilauan.
tok tok~ suara ketika pintu terdengar.
"Masuk."
pintu pun di buka. Yang datang adalah Diana yang ku panggil sebelum aku sampai di kamar sesaat yang lalu. Diana menutup rapat kembali pintu kamar lalu menghadap ke arahku.
“Adakah yang bisa saya bantu nona Lisa?"
"Diana bisakah kamu membantuku untuk memilihkan gaun yang cocok untuk aku."
wajahnya Diana seketika gembira, namanya dia sangat senang menerima perintah dari ku ini.
"Dengan senang hati nona."
"Jadi gaun manakah yang ingin anda kenakan sekarang nona?"
Pelayan wanita pagi tadi yang memberiku susu, handuk serta air hangat untuk membasuh muka berkata begitu, dia adalah Diana pelayan wanita pribadiku.
"Bisakah kamu mengeluarkan pakaian nya dan menaruhnya di atas kasur."
"Baiklah nona."
Diana menuruti apa yang ku perintahkan. Dia menyusun satu per satu gaun dengan sangat rapi. Nampaknya dia melakukan itu agar tidak repot memilihnya.
"Gaunnya bagus sih. tapi terlalu banyak manik-manik yang berkilau itu sangatlah menggangu."
Gumam ku yang mengarah ke gaun merah muda.
"ini pula tidak cocok terlalu mencolok warnanya. ini juga tidak terlalu berat gaunnya untuk di pakai. ini tidak, tidak dan tidak."
Aku terus bergumam dan menyeleksi satu demi satu gaun yang ingin ku pakai. Namun itu tidak ada yang sesuai dengan seleraku dan semuanya nampak sangat kekanak-kanakan.
"Haaaaa.... kenapa memilih gaun saja rasanya sangat melelahkan seperti ini."
Dalam Hatiku bergumam sedemikian rupa.
"Jadi bagaimana nona, gaun manakah yang ingin anda pakai?"
"Aku tidak tahu Diana, namun semua ini nampak sudah sangat tidak cocok dengan seleraku."
Aku memegangi daguku masih ada beberapa tumpukkan lagi baju yang belum aku pilih.
"Bagaimana dengan gaun ini nona. Kurasa gaun ini sangat cocok untuk anda kenakan dan juga bahannya ringan."
Diana menunjukkan gaun yang dia pilih untukku, gaunnya berwarna putih dengan desain sederhana tidak banyak manik-manik berkilaunya.
"Hmm agak cocok sih. Tapi..., coba kamu pegang dulu saja Diana, aku masih ingin mencari yang menurutku sangat cocok di dalam tumpukan gaun-gaun ini."
Kurang lebih sudah dua puluh menit berlalu hanya untuk memilih sebuah gaun, akhirnya aku menyerah mencari gaun yang menurutku sangat cocok.
"Diana serahkan gaun itu, aku akan memakainya."
"Silahkan nona."
Diana menyerahkan gaun yang dia pegang. kemudian Diana membantuku memakaikan gaun.
Setelah aku kenakan gaun ini, memang gaun ini cocok dengan tubuh ini dan juga ini memiliki desain yang sederhana. Aku kemudian merias wajahku sesederhana mungkin.
"Wahhhh....!"
Suara terkagum dari Diana terdengar melihat ke arahku.
"Anda sudah sangat cantik dan setelah anda merias wajah aja dengan sederhana dengan riasan yang biasa anda gunakan selama ini, riasan anda sekarang nampak sangat natural dan kecantikan alami anda sangat menonjol sekali."
Pujian di lontarkan kepadaku. Aku sedikit malu mendengarnya.
"Oh iya Diana. Gaun-gaun menumpuk itu kurasa sudah tidak akan ku pakai lagi, jika ada beberapa yang kamu inginkan, kau boleh mengambilnya."
"Ehhhh!! "
Diana terkejut karena perkataan diriku ini.
"Apakah itu benar nona! Anda inginkan membuang semua gaun ini!? "
"Benar sekali Diana. Kurasa gaun-gaun ini sudah tidak bagus aku kenakan, walaupun gaun-gaun ini bagus, namun aku nampak seperti anak kecil saat memakainya."
"Apakah benar-benar ingin membuangnya nona? "
Diana menegaskan pertanyaannya kembali kepadaku.
"Iya aku sangat yakin."
"Baiklah jika memang anda sudah yakin nona."
"Yasudah urus ini yah Diana. Karena sekarang aku akan berangkat ke alun-alun ibukota kerajaan."
"Baiklah nona akan saya laksanakan."
Selesai berdandan. Aku meninggalkan Diana di kamarku untuk membersihkan kekacauan yang tengah aku buat. Kemudian disana ada Josept yang menjadi kusir baru saja tiba membawa kereta kuda bersamaan dengan kedua prajurit keluarga Rosberg.
Aku berjalan perlahan menuruni tangga sambil memegangi sebelah sisi rok gaun putih yang ku kenakan, bukan tanpa sebab aku menaikkan sebelah rok gaunku,, aku takut saat berjalan menuruni tangga menggunakan high heels yang tingginya lima centimeter.
"Nona silahkan masuk." Josept yang membukakan pintu gerbong kereta kuda.
Aku menaiki beberapa bilah tangga dan masuk ke dalam gerbong kereta kuda yang tertutup dan duduk di bangku. Selepas duduk di ikuti oleh Josept yang duduk di depanku lalu dirinya menutup pelan pintu gerbong kereta kuda.
"Jadi kenapa kamu ikut juga Josept?"
Aku heran kenapa dia ikut bersamaku. Josept tersenyum sambil membungkuk dengan tangan kanan di dada.
"Maafkan aku nona, aku terpaksa harus mengikuti anda karena ini adalah perintah dari tuan besar."
Tuan besar yang dimaksud disini adalah ayahku. Jika itu adalah perintahnya aku tidak bisa melawan karena ayahku adalah kepala keluarga Rosberg.
Pak kusir pun memecut kuda dan kereta yang di tarik oleh kuda pun berjalan. Sementara itu kedua prajurit pengawal ku duduk di belakang gerbong. Disana ada tempat duduk terbuka yang sama bahannya dengan yang akh duduki juga.
Setelah beberapa lama kereta kuda ini berjalan. Di dalam gerbong kereta kuda ini sudah merasa tidak nyaman. Kereta ini saat berjalan begitu sangat bergetar sehingga menimbulkan rasa sakit pantatku.
"Apakah di dunia ini tidak ada peredam untuk kendaraan. Nampaknya aku harus menciptakan sendiri di dunia ini hanya untuk kenyamanan ku sendiri."
Gumam hatiku sendiri.
Namun walaupun begitu, aku menikmati perjalanan ini, karena di setiap perjalanan aku melihat banyak sekali pemandangan dan juga hewan-hewan yang masih alami di balik kaca jendela.
"Nona kita akan kemana?" Josept memalingkan pandangaku saat melihat pemandangan indah ini.
"Hmm..., kita ke alun-alun Kerajaan saja Josept. Karena saat ini saya ingin melihat lihat dan berjalan-jalan karena bosan selalu saja di dalan rumah."
"Baiklah kalau begitu."
Tanpa adanya keluhan serta jawabannya yang lembut dia mematuhi apa yang aku perintahkan. Lalu Josept membuka dengan cara menggeser papan yang terhubung ke arah kusir.
"Bawa kita ke alun-alun kota."
"Baiklah kepala pelayan Josept."
ucap kusir yang terdengar suaranya dari celah ith membalas perkataan Josept.
Sang kusir memecut kereta kuda kembali dan kereta kuda sekarang bergerak lebih cepat dari sebelumnya.
Sekitar setengah jam perjalanan dari kediaman menuju alun-alun ibukota kerajaan ini yang ditempuh. Akhirnya kami pun telah sampai di alun-alun Kerajaan Marsiey.
"Josept tolong berhentikan lajunya. Aku akan turun disini." Perintah kepadanya.
"Baiklah nona Lisa."
Josept mengetuk papan yang tadi dia pakai untuk bicara kepada kusir.
Seperti telah mengerti dengan isyarat ketukan itu, sang kusir perlahan menghentikan laju kereta kuda sampai pada akhirnya berhenti.
Pintu kereta kuda terbuka disaat aku belum juga turun, yang membuka pintu itu adalah salah satu dari prajurit yang akan mengawalku yaitu dia bernama Carlo.
Carlo memiliki wajah yang cukup tampan menurutku.
"Hati-hati nona Lisa menuruni nya."
Carlo tampak pengertian.
Walaupun keadaan di sini sudah sore hari, namun di sekitar kami ini banyak sekali pedagang-pedagang yang membuka kios di pinggiran jalan.
banyak sekali aneka ragam jualan mereka dimulai dari makanan, buah-buahan, aksesoris, bahan-bahan kain serta masih banyak lainnya jika di gambarkan ini seperti sebuah pasar malam yang di kehidupan ku sebelumnya.
Aku di kawal oleh tiga orang laki-laki yaitu dua pengawal serta Josept berjalan melihat-lihat dagangan mereka itu satu per satu.
"Nona sate ayam nya nona, enak dan masih hangat."
Pedagang dari kedai sate menawarkan dagangan nya kepadaku. Aku tergiur akan aroma harumnya sate yang dibakar itu sehingga menggugah selera lapar ku.
"Paman aku beli lima belas tusuk yah."
"Baiklah."
Tak lama sate pesananku pun telah matang.
"Silahkan nona jadi satu setengah koin silver."
Paman pedagang sate itu menyerahkan bungkusan plastik yang berisi pesananku barusan. aku mengambil bungkusan itu lalu melirik kepada Josept.
Josept nampak mengerti arti tatapan ku padanya. dia merokok saku bajunya dan membayar sate yang telah aku beli.
"Terima kasih nona."
Di negara ini mata uang masih menggunakan koin dimana koin itu dibagi menjadi empat tingkatan yaitu koin perunggu, koin perak, Koin emas serta koin platinum.
Jika mencakup nominal harganya satu perunggu bisa di nilai sebanyak seribu yen jika ditukar ke mata uang Jepang negaraku berasal. dan setiap tingkat dan koin itu sepuluh kali lipat lebih besar dari nilai mata uang dibawahnya.
Lebih jelasnya adalah satu perunggu sama dengan seribu yen, satu koin silver sama dengan sepuluh ribu yen, lalu satu koin emas sebanding dengan seratus ribu yen serta yang terakhir yaitu satu platinum sama dengan satu juta yen.
Jadi jika kalian memiliki sepuluh koin perunggu itu sama dengan kalian mempunyai satu koin silver begitu pula jika kalian memiliki sepuluh koin silver itu sama dengan satu koin emas dan seterusnya.
"Hmmm ini sangat enak sekali."
Aku tidak bisa menahan wajah senangku akibat rasa enak dari dari daging sate yang baru matang ini. Potongan daging nya besar-besar. Daging nya begitu empuk dan juicy lalu rasa dari racikan bumbu yang kaya akan rempah serta rasa gurih asam dan sedikit manis ini membuat menari-nari di lidahku.
" Hahaha nona Kau tampak bahagia sekali."
Tawa Diaz salah satu pengawalku hari ini.
"Gimana aku tidak bahagian, sate ini begitu lezat Diaz. Ayo kalian semua coba."
aku memberikan mereka bertiga masing-masing satu tusuk sate.
Mereka nampaknya enggan menerima sate yang ku berikan ini.
"Ti-Tidak usah nona, cukup untuk anda saja."
ucap Diaz.
"Itu benar nona. Itu melanggar etiket kami."
"Ayolah kalian ini coba saja ini, ini enak sekali. lagi pula ini semua tidak akan habis olehku. Jika kalian tidak menerimanya aku akan marah nih."
Aku memaksa mereka serta sedikit mengancam mereka. Wajah dari mereka semua nampak terlihat sangat pasrah akibat aku mengancam mereka dengan cara seperti itu. mereka pun menerimanya dan memakan sate yang aku berikan.
Raut wajah mereka seketika berubah dari rasa tertekan itu akibat ancaman ku menjadi raut wajah yang luluh akibat setelah memakan sate itu.
"Benar menurut nona, sate ini lezat sekali sebanding dengan harganya yang cukup mahal sih." ucap Carlo.
Lepas itu aku berjalan kembali mengunjungi satu per satu pedagang disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments