Saking senang nya berbelanja. Aku sampai tak sadar baru di pasar pinggiran jalan ini saja sudah banyak yang aku beli, aku membeli beberapa aksesoris serta banyak sekali aku berbelanja.
Josept mendekat ke arahku dan berkata, "Nona apakah urusan kita disini sudah selesai, karena hari sebentar lagi mulai gelap dan harus bergegas pulang ke kediaman."
Aku berpikir untuk apa aku kesini yah. Aku lupa akan sesuatu ham yang penting akan ku lakukan disini.
"Tunggu sebentar yah Josept, sepertinya aku melupakan sesuatu hal yang penting."
Aku berpikir sejenak, mengingat apa yang ingin aku lakukan. Dan ternyata benar aku melupakannya yaitu untuk membeli pakaian baru milikku karena semua pakaian lama telah ku suruh Diana untuk membuangnya.
"Josept aku lupa bahwa aku kesini untuk membeli gaun serta pakaian sehari-hari ku."
"Seperti itukah nona. "
"Iya Josept. Maaf aku melupakan nya."
"Tidak apa-apaan nona."
Josept begitu tenang dan baik menghadapi yang lupa setelah melihat ramainya alun-alun ibukota kerajaan Marsiey ini.
"Oh iya Josept. Apa kamu tau dimana toko pakaian yang bagus di daerah sini? "
Aku bertanya ke Josept karena dia pasti sudah tahu dimana toko pakaian berkualitas di daerah sini karena dirinya sudah lama mengabdi dan menjadi pelayan kedua orang tuaku dan pasti sudah tidak asing lagi dengan lingkungan disini.
"Ada nona disini tempat dimana toko yang biasa keluarga Rosberg kunjungi."
"Ohhh boleh kamu tunjukkan jalannya Josept."
"Tentu saja nona."
Josept berjalan di depanku untuk menunjukkan toko butik yang biasa keluarga Rosberg beli disana. Aku mengikuti Josept dari belakang, sementara kedua pengawal berjalan di belakang samping kiri dan kananku melindungi bagian belakang tubuhku jika sewaktu-waktu ada yang berniat jahat kepadaku mereka bisa melindungi ku.
"Akan tetapi nona sangat aneh hari ini. Biasanya nona tidak seramah ini dan juga bukannya anda tahu mengenai jalan ke toko butik yang biasanya di kunjungi keluarga Rosberg."
Begitulah perkataan Josept dengan tawa kecilnya kepadaku.
"Aduh bagaimana aku harus menjawab perkataan Josept, bahwa sebenarnya aku adalah bukan nona nya ini. Nampaknya aku harus berdalih yang bagus."
Aku bergumam di dalam hatiku.
"A..., Ahh bukannya aku tidak tahu Josept, hanya saja aku sengaja membiarkanmu menunjukkan tempatnya. Ha-hanya sajaa... Eee a-aku sengaja membiarkanmu berjalan di depanku, agar aku terlindungi jika sewaktu-waktu ada orang jahat yang ingin menikam aku."
Aku hanya bisa berdalih mengatakannya demikian, entah terdengar nya aneh atau tidak yang pasti hanya dalih itu saja yang bisa aku lakukan kepada Josept.
Raut wajah Josept nampak sangat jelas sekali dirinya saat ini sedang memikirkan perkataanku yang baru saja katakan nya padanya. Walaupun dia sudah tua kira-kira sudah hampir lebih dari lima puluh tahunan, namun Josept masih tidak terlihat tua serta kondisi fisik nya pun masih bagus.
Josept dulunya adalah seorang anak korban pedang di Kekaisaran yang tidak di ketahui namanya. Setelah itu kakek Buyutku membawanya ken kediaman lalu melatihnya sampai menjadi seorang pelayan sekaligus kesatria keluarga Rosberg yang gagah berani.
Dan juga dia memiliki prestasi yang mumpuni dan salah satunya adalah dirinya mengikuti pedang kerajaan Marsiey dengan negara tetangga ini dengan kakek buyut serta kakek ku sampai akhirnya mendapatkan kemenangan.
"Hmm jadi seperti itukah nona. Nona memang terbaik jika urusan keselamatan yah."
Aku menghela nafas panjang. Akh merasa lega bahwa dia tidak mencurigai dalih ku ini.
"Ya..., yaaaah begitulah Josept, hahaha."
Aku canggung ku keluarkan.
"Baiklah nona kita sudah sampai di distrik perbelanjaan."
Tak terasa susah sampai saja di distrik perbelanjaan kalangan bangsawan. Tempatnya begitu beda sekali dengan pasar yang tadi ku kunjungi. Jika yang tadi seperti pasar malam, beda lagi dengan distrik perbelanjaan ini.
Distrik perbelanjaan ini sangat rapi serta dan tidak kumuh sama sekali. Mereka membuka sebuah toko-toko dengan jendela kaca yang besar-besar bagaian kan toko-toko elit brand ambassador yang sudah sangat terkenal kalau di bumi.
Josept membukakan pintu masuknya. Aku masuk ditemani mereka bertiga ke sebuah toko yang bernama Omorfia. Toko Omorfia ini biasa di kunjungi oleh keluarga Rosberg jika mereka ingin memesan baju atau membeli pakaian langsung.
"Selamat datang. Ara ternyata nona Rosberg."
Dengan sangat sopan wanita berpakaian gaun rapi disana menyambut aku. Dia adalah Bella pemilik toko butik ini yang sudah mengenalku.
Dia wanita ramah dengan penampilannya yang begitu anggun nanti sederhana dan juga dia adalah seorang bangsawan kelas menengah.
"Halo miss Bella."
Aku menyapa dengan senyum akrab kepadanya. Miss Bella pun berjalan mendekat.
"Jadi ada yang bisa saya bantu nona?"
"Saya ingin memesan beberapa gaun serta baju sehari-hari yang sederhana namun elegan, apakah anda bisa memenuhi keinginan ku itu."
Tanpa basa basi aku langsung bicara kepada pokok intinya.
"Kalau untuk masalah itu toko saya ini adalah ahlinya, serahkan saja kepada saya nona. Sebelum itu anda silahkan duduk dulu nona Rosberg."
Dengan percaya diri dirinya berkata begitu padaku bahwa dia adalah ahli dalam bidang pakaian, yah itu memang benar sih jika dilihat dari beberapa pakaian-pakaian yang dipajang disini dia bisa dikatakan desainer yang bagus.
Aku berjalan dan duduk di sofa yang telah disediakan.
"Kalian tolong bawakan semua gaun rancangan baru kita, nona Rosberg ingin melihatnya."
Dia berbicara kepada pegawai tokonya itu.
"Baik nyonya." Balas enam orang karyawan yang miss Bella miliki itu mengikuti perintah yang di terimanya.
Tidak memakan waktu lama para pegawai miss Bella membawa puluhan pakaian yang tergantung di gantungan beroda dan berhenti tepat di depan aku.
"Silahkan nona anda bisa memilih menurut anda yang cocok."
Dengan senyuman manis Miss Bella berkata seperti itu padaku.
Tidak seperti di mall-mall atau toko yang ada di bumi, disini begitu nyaman sekali karena para pegawai Miss Bella langsung yang menunjukkan Satu per satu gaun tanpa aku harus bingung memilih dan repot-repot berdiri.
Banyak pakaian yang tidak cocok menurut seleraku. Mereka terlalu membuat gaun yang begitu modal menurut ku sampai ini akan memakan waktu lama kayaknya.
Dan satu gaun di perlihatkan kepadaku. Gaun warna biru muda yang sederhana dengan mani-manik yang minim namun di tempatkan dengan rapi membuat daya pandangnya menjadi menawan.
"Aku suka dengan gaun itu."
"Baiklah nona."
Seterusnya aku membeli gaun serta baju sehari hariku terus sampai kurang lebih waktu sudah lama berlalu aku pun selesai berbelanja.
****
Hari sudah mulai gelap. Cahaya-cahaya lampu jalan yang indah pun menerangi jalanan ini. Setelah lamanya aku berkeliling dan belanja, tubuhku ini mulai terasa lelah.
"Sebelum kita kembali ke kediaman, alangkah baiknya kita beristirahat dulu sejenak di sebuah cafe."
"Jika itu keinginan anda nona, di dekat sini ada sebuah cafe sederhana yang nyaman untuk melepas rasa lelah."
"Benarkah itu Josept. Kalau begitu mari kita kesana."
Josept berbisik kepada sang kusir di sebuah celah yang biasa digunakan itu.
"Tolong berhenti dulu di sebuah kafe di ujung jalan sana."
"Baik kepala pelayan."
Balas sang kusir dan dia melaju menuju ke kafe. Nampaknya tidak memakan waktu lama kereta kuda yang aku tumpangi telah berhenti di depan sebuah kafe.
Seperti biasa salah satu pengawalku membukakan pintu dan membantuku turun dari kereta kuda.
Penampilan bangunan kafe nya memang seperti Josept bilang ini adalah kafe yang sederhana tidak besar ataupun tidak kecil. Desain depan kafe ini ada beberapa set meja dengan dilengkapi payung di tengah mejanya. Ini mengingatkanku seperti meja-meja outdoor pada umumnya yang selalu ada pada kafe yang terletak di pesisir pantai sewaktu aku di bumi.
Aku berjalan kearah bangku yang dekat dengan jendela kafe itu dan duduk disana. Namun disini yang membuatku aneh adalah ketiga laki-laki yang mengawalku ini, mereka bertiga berdiri tegap di belakangku.
Aku melihat ke arah mereka bertiga langsung berkata, "Apakah kalian tidak ingin duduk? "
"Maafkan saya nona itu sangat kab tidak sopan bagi kita pada pelayan anda untuk duduk di tempat yang sama dengan tuannya." Jawaban Josept dengan sopan padaku.
"Iya itu benar sekali nona." Keduanya kompak berkata begitu yaitu Carlo serta Diaz.
"Ano ne kalian ini. Jika kalian tidak duduk itu malah membuat reputasi ku buruk dimata orang-orang tau tidak. Lagi pula aku tidak mempermasalahkan jika kalian duduk disini semeja bersamaku atau pun kalian ingin beda meja denganku."
Aku dengan sedikit tegas berkata begitu kepada mereka sambil melihat di sekeliling kami ada orang-orang yang banyak melihat kearah kami.
"Maafkan saya nona. Kalau begitu kami akan duduk disana saja."
Josept membungkuk meminta maaf kepada ku kemudian diikuti oleh Carlo serta Diaz membungkuk meminta maaf pula dan setelah itu mereka duduk di kursi yang berbeda yaitu di meja lain tepat di belakangku.
"Permisi nona apakah anda ingin memesan sesuatu?"
Pegawai kafe yang baru saja datang menanyakan pesanan ku.
"Boleh aku melihat menu yang ada disini." Karena aku tidak tahu ada makanan dan minuman seperti apa di kafe ini jadi aku meminta buku menu nya.
"Silahkan nona." Balas pegawai kafe sambil menyerahkan buku menu padaku.
Berbagai macam makanan unik yang menurutku unik ada disini yaitu dimulai dari makanan cukup ringan yaitu roti croissant, soft cake, pancake, muffin, Churros, brownies dan masih banyak lagi jenis makanan lainnya.
Untuk minuman nya disini ada teh, kopi serta susu tidak ada yang terlalu aneh untuk minumannya menurutku. Aku memutuskan telah memilih apa yang ingin aku pesan.
"Permisi aku ingin pancake serta minumannya teh saja."
"Baiklah nona mohon tunggu sebentar."
Aku memesan pancake serta teh dan tidak memakan makanan berat bukan tanpa alasan. Karena aku takut terlalu kekenyangan sehingga nanti aku di perjalanan mengalami mabuk jalan serta aku juga harus menghadiri makan malam bersama keluarga ku.
Sambil menunggu pesanan ku, aku melihat sekeliling daerah sini nampak indah juga dimana tepatnya aku melihat ini ada sebuah jalan ke arah bukit yang diterangi oleh banyaknya lampu sampai ke puncaknya pun terlihat cahaya lampu itu.
"Maaf menunggu lama. Ini pesanan anda nona."
Pesananku telah sampai dan telah dia letakkan di atas meja. Pegawai kafe kemudian kembali masuk kedalam kafe setelah mengantarkan pesananku.
Pertama-tama aku mencicipi pancake nya terlebih dahulu, teksturnya lembut saat di potong oleh pisau makan ini serta aroma madu dan butter nya begitu wangi menaikkan selera makan ku.
Saat ku coba masukkan ke dalam mulut dan mengunyah pancake ini, rasanya begitu manis alami dari madu serta ada rasa sedikit asin dari rasa butter nya rasanya bercampur menari di dalam mulutku serasa aku akan meleleh.
Kemudian aku mencoba teh nya. Aromanya dari lon yang halus membuat rasa menenangkan dan cocok sekali menjadi perpaduan dari pancake ini. Aku terus melakukan langkah itu dengan perlahan karena tidak ingin kehilangan momentum enak ini, akan tetapi tidak terasa pancake serta teh aroma lemon yang aku cicipi pun telah habis tak tersisa tanpa sadar.
"Ah ini sangat menenangkan jiwaku yang tadinya lelah menjadi hangat lagi."
Gumamku sendiri.
Saat aku terdiam disana, Tiba-tiba ada seorang wanita mendekatiku dan berkata, "Waaah Lisa, kebetulan sekali kita bertemu disini."
Tentu saja itu membuat aku terkejut akan sapaannya yang tiba-tiba dari wanita yang tak ku kenal sama sekali di pinggiran jalan ini. Akan tetapi entah mengapa wanita itu tidak meningkatkan kewaspadaan pengawalku dan mereka bertiga bersikap biasa saja.
Aku memandangi wajahnya terus sambil mengingat-ingat apakah dia adalah kenalannya Lisa ataukah bukan. Kemudian dia pun berkata kembali, "Bagaimana kabarmu Lisa? Kamu baik-naik saja kan selama ini? "
Dia meraih kedua tanganku lalu menggenggam nya dengan lembut bersamaan dengan raut wajah cemas di tunjukkan kepadaku.
"... ahh, etto... aku baik-baik saja." Aku menjawab perkataannya dengan sedikit canggung karena aku masih belum mengingat siapakah wanita ini. Wajah cemas dari dirinya seketika hilang setelah mendengar kabarku baik-baik saja.
"Syukurlah jika kabar kamu baik-baik saja Lisa. Kau tahu aku sangat mencemaskan kamu tahu karena sudah lama tidak mendengar kabarmu."
"Bagaimana denganmu, a-apakah kabarmu juga baik?" Tanyaku tanpa menyebut namanya.
"Aku pun sama baiknya juga Lisa." Dia menjawab perkataan ku dengan senyuman riang, kemudian dia langsung duduk di kursi kosong tepat di depanku.
Sepintas ingatan pun tiba-tiba muncul kembali setelah memaksa mengingat wajah manis wanita yang duduk di depanku saat ini.
Ternyata dia adalah teman tidak bisa dikatakan mereka adalah sahabat dekat di sekolah yang bernama Melfina Belnova. Melfina Belnova seumuran dengan Lisa dan juga dirinya pun anak seorang bangsawan dari seorang Viscount keluarga Belnova dan saat ini dia ada di kelas tiga tahun ketiga bersama denganku di sekolah kerajaan terkenal bernama Leony Hight School.
"Ohh ternyata dia adalah temannya sahabatnya Lisa kah. Akan tetapi kenapa aku tak pernah melihat dia sewaktu aku memainkan game ini dulu yah? Atau jangan-jangan ada event tersembunyi."
Kata batinku seperti itu.
"Hmmm..." Melfina memiringkan kepalanya menatap ke arahku disaat aku sedang melamun melihatnya. Lalu di melanjutkan perkataanya.
"Lisa kenapa kamu memasang raut wajah seperti itu?"
Sontak aku terkejut dan dengan cekatan aku melambai-lambaikan kedua tanganku dan berkata, "Ahh tidak tidak Melfina. Tidak ada apa-apa kok."
"Benarkah? "
Melfina menegaskan kembali.
"Be-benar kok."
Kenapa aku gugup yah untuk membalas perkataan nya, kuharap dia percaya.
"Hmm begitu yah. Oh iya Lisa aku mendengar sebuah gosip dari pelayan ku, katanya kamu kemarin itu pingsan di taman sewaktu Pangeran Charles mengunjungi rumahmu. Apakah benar itu!?"
Entah secepat apa berita itu bisa sampai tersebar luas seperti ini, aku jadi takut jika akhirnya melakukan sesuatu hal yang sedikit saja menonjol bakal cepat tersebar luas.
"Iya itu benar. Entah mengapa waktu itu aku merasa pusing dan kurang enak badan." Aku menjawab apa adanya yang ada di pikiranku tanpa ada alasan yang di tutup tutupi.
"Ohh begitu yah? Kukira kamu pingsan karena terlalu gugup akan kedatangan Pangeran Harles."
Entah mengapa setelah mendengar ucapan dari Melfina wajahku tiba-tiba memerah terasa hangat serta jantungku berdebar cukup kencang.
"Ma-Mana mungkin aku gugup akan kedatangannya." Aku membalas perkataan Melfina dengan grogi akan tetapi di dalan hatiku aku merasa lain, entah mengapa aku bisa membalas perkataan Melfina dengan grogi seperti itu.
"Hmmm benarkah itu? Benarkah itu?"
Sikap Melfina saat ini sangat senang dan dia ingin sekali menggali apa rahasia di balik sikap grogi ku ini.
"Benar tau Melfina. Sudahlah jangan menjahili aku seperti ini! "Tugasku untuk Menghindari ke penasaran Melfina.
"Hahaha ..., baiklah-baiklah. Maafkan aku Lisa."
Kami tertawa bersama akan hal yang rak terduga dan pertemuan yang sangat kebetulan ini.
Kemudian kami berdua pun terdiam sejenak. Tidak lama Melfina membuka kembali pembicaraan denganku.
"Oh iya Lisa. Kamu kemari dengan siapa?"
"Aku kemari hanya sendiri dan hanya ditemani pelayan serta pengawalku saja, itu mereka disana."
Aku menunjuk ke arah mereka bertiga.
Melfina menganggukkan kepalanya dua kali, lalu aku berkata kembali,
"Lalu bagaimana denganmu Melfina? Apa yang kamu lakukan disini pula?"
"Aku sedang mencari parfum dan gaun untuk pesta yang diadakan dua hari lagi oleh Pangeran Pabio."
Melfina kemudian berkata lagi, "Lalu adanya acara yang diadakan Pangeran Pabio itu, apakah kamu akan hadir kesana Lisa?"
Sejenak aku terdiam tidak cepat membalas pertanyaan Melfina.
"... hmmn entahlah Melfina. Saat ini aku masih memikirkannya akan hadir atau tidak di acara yang dj selenggarakan Pangeran Pabio."
"Ehh! Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu kan adalah tunangan Pangeran Pabio, Lisa."
"Sebenarnya saya tidak suka akan keramaian sih." balasku pada Melfina dengan wajah yang agak muram.
"Ehh ikut yah soalnya aku tak ada teman ngobrol, yah, yah." Melfina berkata seperti itu memegang kedua tanganku mencoba membujukku untuk ikut ke dalam pesta yang akan di adakan oleh Pangeran Pabio.
"... Bagaimana yah."
"Ayolah Lisaaaa ... demi sahabatmu ini?"
Melfina memasang raut wajah yang begitu menyedihkan, bagaikan seperti seekor anak anji*g yang memohon belas kasih kepada majikannya.
"Jika kamu memang wajah imut seperti itu aku tidak bisa menolaknya."
Batinku bergumam sendiri setelah melihat ekspresi Melfina.
Aku mengembuskan nafas dan dengan berat hati aku berkata, "Baiklah mungkin aku akan hadir. Akan tetapi aku tidak bisa menjanjikan ini kepadamu yah bahwa aku bisa hadir atau tidak."
Setelah itu kita pun terus mengobrol sampai akhirnya tidak terasa Josept pun menghampiri kami.
"Maafkan saya nona Lisa dan Nona Melfina, karena waktu semakin larut saya kira kita harus bergegas pulang ke kediaman."
"Begitulah Josept. "
"Yasudah kalau begitu jaga diri kamu baik-baik yah Lisa. "
"Sama kamu juga Melfina."
Kami saling berpelukan kemudian memberi salam perpisahan.
"Sampai ketemu di pesta yah Lisa."
Kata Melfina sambil melangkah masuk ke dalam kereta kuda miliknya.
"Emm."
Aku mengangguk mengiyakan perkataan itu.
Kereta kuda yang di tunggangi Melfina pun melaju. Dia mengeluarkan setengah badannya dan melambaikan tangannya dari jendela.
"Dadah Lisa."
Aku membalas lambaiannya sampai akhirnya kereta kuda miliknya tidak terlihat lagi dari pandanganku.
"Baiklah saatnya kita pulang."
Aku berkata kepada mereka bertiga. Aku masuk ke dalam kereta kuda dan kami semua pun berangkat untuk kembali ke kediaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
fi.. 😯😊
😲
2021-05-09
1
senja
suka Jepang ya Ka?
2020-05-21
0