Sebatas Figuran

Sebatas Figuran

Dia

Mengagumi ciptaan sang pencipta memang tiada habisnya. Selalu saja membuat takjub seisi alam semesta yang mengakui bahwa Tuhan itu ada. Membuat nya selalu bersyukur setiap menatap keindahan ciptaan_Nya.

Seperti halnya siang ini, matahari tersenyum dengan sinarnya yang cerah memperlihatkan begitu indahnya langit yang kebiruan. memperlihatkan beberapa awan putih. memperlihatkan suasana yang ceria dengan nyanyian burung-burung yang merdu. Indah.

Selalu saja waktu siang yang selalu membuatnya terpesona, bukan karena malam yang tak indah. Tapi entahlah, apabila siang suasana hatinya terasa cerah secerah cahaya mentari.

Sama seperti sebelum-sebelumnya, ia selalu menyempatkan sedikit waktunya untuk menikmati siang yang menghangatkan. Mengamati apa yang dapat di jangkau oleh penglihatannya dari jendela besar ruang kerjanya. Ya, Angkasa selalu melakukan hal itu sejenak untuk menghangatkan dirinya. Atau hatinya? Entahlah.

Sejauh matanya memandang, menyaksikan kesibukan yang tejadi di luasnya halaman sekolah. Nampak beberapa siswa yang menyiapkan dekorasi sebuah panggung mini di tengah halaman , empat siswa mengatur letak kursi untuk melengkapi meja bundar yang sudah tertata sebelumnya. Di pojok dekat pintu masuk halaman sekolah sudah tertata meja memanjang untuk menempatkan berbagai hidangan. Di tengah ada dua siswa, yang satunya sibuk memerintah , memberi instruksi agar semuanya sesuai dengan yang di konsepkan dan yang satunya lagi sibuk dengan buku dan bolpen di tangannya. Entah apa yang di catat, yang jelas semuanya berkaitan dengan acara yang akan di selenggarakan malam nanti di tempat sekolah mereka. Reuni.

Senyuman tercipta di wajah tampan Angkasa melihat bagaimana seluruh siswanya begitu antusias dalam mensukseskan acara ini. Entah lah tepat atau tidak menyebut mereka dengan siswanya, padahal ia bukanlah seorang guru disitu namun ia begitu bangga menyebut mereka dengan sebutan siswanya.

Ya Angkasa bukanlah seorang guru, melainkan seorang ketua yayasan ...

tok tok tok

"ya masuk,"sahutnya dari dalam.

kreekkk

pintu terbuka memperlihatkan seorang siswa laki-laki dan siswa perempuan yang rambutnya di kuncir kuda. Keduanya tersenyum ramah dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu sesaat setelah di persilahkan oleh sang ketua yayasan.

Ruangannya memang tidak besar seperti ruangan CEO sebuah perusahaan, hanya terdapat satu set meja kerjanya, satu set sofa di sudut kiri ruangan tepat menghadap pintu masuk, sebuah lemari besar dan sebuah lemari baca.

"kami mau menyerahkan ini pak." Kata siswa laki-laki tersebut. Tangannya terulur meletakkan map warna biru di atas meja sofa.

" Itu susunan untuk acara reuni nanti malam. Apakah sudah sesuai dengan keinginan bapak?" Sambung siswa yang berkucir kuda .

" Emhhhh ...." Angkasa berpikir sejenak, bingung juga menyampaikan keinginannya. Memang acara reuni ini tercetus dari pemikirannya yang khusus hanya mengundang lima angkatan kelulusan saja. Karena kalau terlalu banyak kelulusan,yang ada bukan menjadi acara reuni untuk bernostalgia karena tidak saling mengenal karena berada pada generasi yang berbeda. Maka dari itu, tercetuslah ide untuk membuat acara reuni sekolah yang hanya lima angkatan kelulusan saja. Di maksudkan agar lebih menikmati acara nostalgia bersama kawan.

"Ada yang salah ya pak?" Tanya siswa laki-laki itu karena Angkasa tak kunjung meneruskan kata-katanya.

" Susunan acara ini tidak salah sama sekali. Hanya saja, untuk yang mengisi acara sambutan perwakilan dari pihak sekolah biarkan pak Irawan selaku kepala sekolah disini. Biarkan saya mengisi acara yang lainnya," kata Angkasa.

"Maaf, bukankah bapak lebih pantas untuk mengisi acara sambutan ini ... Mengingat, bapak adalah kepala yayasan di sini." Sahut Silva.

" Ini bukan perkara pantas dan tidak pantas Silva," pandangannya mengarah kepada siswa berkucir kuda. " Semua orang pantas memberikan sambutan. Bukankah ketua OSIS juga memberikan sambutan?"

" Bukan begitu maksud Silva pak ... Dalam susunan acara ini ada tiga orang yang mengisi acara sambutan. Yang pertama, bapak selaku kepala yayasan. Yang kedua, pak Irawan selaku kepala sekolah. Yang ketiga, ketua OSIS yang merangkap sebagai panitia acara malam nanti." Sambung Edo.

" Begini Edo, sambutannya cukup dari kepala sekolah dan ketua panitia saja sebagai perwakilan. Kalau terlalu banyak yang mengisi sambutan, takutnya nanti jadi membosankan. Untuk acara hiburan atau lain-lain saja yang durasinya di perpanjang, agar acara bernostalgia ini semakin lebih hidup."

Ternyata perdebatannya cukup alot. Bagaimana tidak, menurut mereka Angkasa wajib ada sebagai pengisi acara tersebut.

"Tapi pak ...." Kata mereka serempak.

Angkasa terkekeh sebentar. mengingat suasana yang tercipta jadi sedikit tegang.

" Untuk acara kali ini biarkan saya turut mengisi acara hiburan. Saya akan menyumbangkan suara saya. Bukankah saya masih muda?" Ujar nya di iringi dengan senyum misterius.

kedua siswanya melongo tak percaya dengan apa yang di dengar telinga mereka barusan. Aneh.

******

Siang pun telah berganti dengan malam yang membawa sejuta pesonanya. Bintang bertebaran dengan cahaya bulan sabit yang menghiasi langit. Cerah tanpa gangguan sang awan hitam seolah ikut mendukung acara reuni SMA Garuda.

Acara sudah berjalan sejak sepuluh menit lalu, ketua panitia tengah menuruni anak tangga panggung mini itu seusai memberikan sedikit kata sambutan selamat datang kepada para alumni yang hadir.

Tibalah saat nya untuk acara hiburan, meskipun masih tampak ragu-ragu, sang pembawa acara tetap saja melanjutkan acara sesuai dengan perintah kepala yayasan siang tadi.

" Untuk acara selanjutnya adalah hiburan. dan yang pertama mengisi acara hiburan adalah bapak kepala yayasan sekolah, kepada bapak Angkasa Wicaksono kami persilahkan."

Tepuk tangan bergemuruh. Beberapa panitia tampak tidak yakin dengan keberadaan angkasa di panggung sana. Bukan karena ragu akan kemampuan Angkasa, akan tetapi posisi Angkasa yang membuat anak didiknya itu ragu bila Angkasa andil dalam acara hiburan, apalagi menyanyi. Bagaimana dengan wibawa nya selama ini? Entahlah, bahkan sekarang di otak mereka meragukan Angkasa apakah bisa membawakan lagu?

Lain para panitia, lain pula dengan para Alumni, tepatnya pada kelulusan lima tahun yang lalu. Mereka bersorak senang, seolah adanya pria berkemeja biru langit di atas panggung dengan memangku sebuah gitar adalah hal yang mereka tunggu-tunggu. Seolah sangat merindukan sosok pria tampan di atas panggung sana.

Suara petikan gitar itu mulai terdengar, merangkai sebuah nada yang begitu indah di dengar seolah mengobati rindunya akan masa sekolah yang dulu mereka lalui dan juga menjawab atas tanya mereka yang meragukan kemampuan Angkasa.

Alih-alih memilih lagu dengan tema yang pas buat nostalgia seperti halnya lagu alm.chrisye, Angkasa malah membawakan lagu 'dia' Sammy Simorangkir.

*dia hanya dia di dunia ku

dia hanya dia di mataku

dunia terasa telah menghilang

tanpa ada dia di hidupku

sungguh sebuah tanya yang terindah

bagaimana dia merengkuh sadarku

tak perlu ku bermimpi yang indah

karena ada dia di hidupku*

Tepat saat memasuki bagian reff lagu itu, penglihatannya menangkap sosok yang selama ini ia cari. Sosok yang begitu amat sangat di rindukannya. Kehadirannya semakin menyempurnakan penghayatannya dalam membawakan lagu nya.

ku ingin dia yang sempurna

untuk diriku yang biasa

ku ingin hatinya ku ingin cintanya

ku ingin semua yang ada pada dirinya

Pandangannya terus mengikuti geraknya yang melangkah dengan anggun mencari tempat duduk yang masih kosong. Sepertinya dia baru saja datang, hingga langkahnya terhenti di tempat duduk kosong paling belakang tepat di bawah pohon cemara yang memang sengaja di tanam di halaman sekolah.

ku hanya manusia biasa

Tuhan bantu ku tuk berubah

tuk miliki dua tuk bahagiakannya

tuk menjadi seorang yang sempurna....

untuk dia...

Sempurna. lagu itu terselesaikan secara baik. musik yang indah di padu dengan suara yang merdu, apalagi di tambah dengan penghayatan yang baik. Bukankan itu sesuatu yang menakjubkan? Wow.

*******

" Nggak nyangka banget, ternyata pak Angkasa seromantis itu," kata salah seorang siswa yang tergabung dalam panitia malam itu.

" Iya, gue juga gak nyangka ... mau dong, jadi pacarnya," sahut yang lainnya.

" Pak Angkasa, i love you."

" Ach, jadi baper gue ...."

" Apa gini ya? Rasanya di romantisin."

Bisikan-bisikan alay ala anak sekolah mengiringi langkah Angkasa menuruni tangga panggung. Namun ia tetap acuh. Hanya satu yang menjadi fokusnya malam ini 'dia'.

Dan tanpa mereka semua sadari ada sepasang mata yang memandang Angkasa dengan tatapan cinta yang membara dan tatapan penuh benci kepada mereka semua yang menatap kagum ke arah Angkasa.

******

Detak jantung nya semakin menggila mengiringi langkahnya yang semakin mendekat kepada dia yang selama ini dirindukannya. Mengisi kekosongan harinya hanya dalam ingatannya saja. Menjadikan hatinya terasa hampa.

Detakan jantungnya masih sama seperti lima tahun lalu, tidak ada yang berubah.

" Detak jantung ini masih sama. Berdetak untukmu. Dan hati ini juga masih sama, hanya bergetar menyebut namamu ...." Batin Angkasa.

deg deg deg.

Langkahnya terhenti tepat satu meter di belakangnya. Tarik nafas, buang nafas. Hanya dengan menghela nafas panjang yang menjadi harapan Angkasa untuk menghilangkan kegugupannya sebelum memanggil namanya....

"Senja ...."

******

***hai hai hai

ini karya pertamaku ... Semoga para readers menyambut karya ini... Semoga***.

Terpopuler

Comments

Elis

Elis

Salam kenal Thorr.. Aku mampir nih🤗🤗

2021-03-03

0

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

awal yang baik....👍👍👍

2020-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!