wejangan ibu

Hari ini adalah kali keduanya Angkasa mengantar Senja pulang ke rumah gadis itu. Entah kata apa yang Angkasa gunakan untuk membujuk Senja. Karena sampai sejauh ini belum ada seorang pun yang bisa sedekat itu dengan Senja, apalagi sampai mengantarkannya pulang ke rumah. Mengingat ini adalah hari kedua mereka saling kenal.

" Jadi gimana kak, mau pulang di anterin gue atau bermalam di sekolah?" Tanya nya lagi.

Ini masih belum terlalu sore untuk para sopir angkutan umum kembali ke rumah masing-masing. Namun nyatanya perkataan Angkasa mempengaruhi pemikirannya.

" Hari ini ada demo buruh loh, kak. Demo itu memakan badan jalan. Tentu saja jalanan macet. Itulah kenapa banyak supir angkutan yang lebih memilih libur. Arus lalu lintas yang tidak lancar itu nyatanya juga berpengaruh pada pendapatan mereka. Makanya mereka par sopir lebih memilih libur." Ujarnya lagi. Ya, memang alasan itulah yang di gunakan Angkasa supaya berhasil mengantarkan gadis itu pulang.

Tentu saja Senja kesal. Bukan kesal terhadap Angkasa. Melainkan kesal terhadap dirinya sendiri, bagaimana bisa ia sampai lupa waktu begitu menemukan buku yang menurutnya begitu menarik di perpustakaan tadi, sampai tertinggal angkutan umum. Padahal niat awalnya hanya untuk mencari buku paket biologi sebagai referensi. Ahhh ... jadi tambah kesel kan?

" Jadi gimana?"

"Emmmmhhhhh ... "berpikir sejenak," ya, oke ." Jawab Senja akhirnya. Penuh dengan pertimbangan. Dari pada jalan kaki ya 'kan?

*Ye*s yes yes

Seru Angkasa dalam hati. Ternyata dengan cara seperti itu, ia bisa lebih dekat dengan Senja. Apa Angkasa harus berbohong terlebih dahulu hanya demi bisa mengantarkannya pulang ke rumah? Untuk bisa lebih dekat dengannya?

Ach ... jadi nambah banyak dosa kan? Rutuknya dalam hati.

Eits ... ia tidak sepenuhnya bohong, karena memang pada nyatanya hari ini terjadi demo besar-besaran para buruh demi kenaikan upah mereka. Tapi demo yang para buruh lakukan itu tidak memblokade jalan arah sekolahnya. Dan, ya ... Angkasa hanya berbohong pada bagian itu saja demi bisa mengantarkan gadis yang ia taksir pulang. Oh ... benarkah ia menyukai kakak kelasnya?.

******

" Jadi gimana? Gue nggak di suruh mampir nih?" Sindir Angkasa, setelah kedua nya tiba di depan rumah sederhana Senja. Lebih tepatnya rumah kontrakannya.

Seolah tidak termakan sindiran seorang Angkasa, Senja hanya menggeleng. Memang ia tidak berniat untuk mengajak Angkasa untuk mampir ke rumah nya. Terus terang sekali bukan?

" Ya Tuhan, gemesin banget sih ...." Angkasa tidak tahan untuk tidak mencubit ke dua pipi Senja.

"Ia ... apa'an sih," rajuk Senja, bibirnya sudah mengerucut sebal.

" Waduhhhh, jangan kayak gitu dong! tambah gemes nih gue, sama lo." Begitu protesnya." Boleh nggak sih, lo gue kantongin terus gue bawa pulang. Ngegemesin banget." Ujarnya kemudian. Tak tahan untuk menyentuh wajahnya lagi dan kali ini hidung mungil Senja yang menjadi sasaran cubitan tangan Angkasa.

Entah apa yang terjadi pada diri Senja. Gadis itu terlihat begitu manja bukan? Kok jadi kayak sama pacarnya ya? Ah ya ... hanya di hadapan Angkasa ia bisa menjadi gadis yang berbeda seolah dinding hatinya telah berhasil di dobrak oleh Angkasa. Sehingga menunjukkan sisi lain yang ada pada dirinya.

*****

Di meja makan di dalam rumah sederhana itu, seorang wanita paruh baya tengah melamun, pikirannya tidak bisa tenang memikirkan anak gadisnya. Masih begitu membekas dalam ingatan nya, melihat interaksi anak gadisnya dengan seorang laki-laki. Beliau masih belum siap kalau anak gadisnya kini mengenal lawan jenisnya. Apalagi melihat kedekatan mereka tad,i rasanya masih belum bisa diterima oleh pemikirannya.

Seorang ibu yang memiliki seorang anak gadis dengan pemikirannya yang masih kolot meskipun sudah dua tahun beliau meninggalkan kehidupannya di desa untuk merantau di kota besar, namun nyatanya tidak ada yang berubah mengenai cara berpikirnya. Baginya berdekatan antar lawan jenis akan menghambat pendidikan sang putri. Dengan berdekatan dengan lawan jenis, maka akan membuat putrinya mengesampingkan cita-citanya. Dengan berdekatan dengan lawan jenis, maka akan membuat masa depan putrinya hancur. Aish ... pemikiran-pemikiran seperti itu begitu meresahkan hati beliau. Bagi beliau, Kedekatan antar lawan jenis hanya bisa terjalin ketika keduanya telah siap membangun biduk rumah tangga. Di pertemukan oleh kedua belah keluarga, guna untuk saling mengenal sebelum tiba saatnya pada tanggal pernikahan yang telah ditentukan. Dan untuk urusan cinta yang di agung agungkan semua orang, itu bukanlah faktor utama menurut pemikiran beliau yang begitu menyanjung petuah yang berasal dari kelahiran nya. Jawa.

*Ka**witing tresno jalaran soko kulino*. Begitulah bunyi petuah Jawa itu.

"Senja," panggil sang ibu ketika Senja melewati ruang makan yang menjadi satu ruangan dengan dapur.

Menuangkan air ke dalam gelas, setelahnya menghampiri sang ibu. Duduk di kursi sebelah ibunya sebelum minum dan menanggapi panggilan sang ibu.

" Ada apa bu?" Tanya nya lembut.

" Begini, kamu tau kan? Bapak selama ini nyari uang untuk siapa?" Tanya beliau masih dengan nada suara nya yang lembut. Sampai disini Senja masih belum tau kemana arah pembicaraan sang ibu. " Ibu tadi melihat kamu pulang diantar laki-laki." Begitu tuturnya.

Oh ... sampai di sini Senja paham kemana arah pembicaraan beliau.

" Kamu belum saatnya untuk dekat dengan lawan jenis Senja ... biaya sekolah itu mahal Senja. Apa kamu tidak memikirkan bapak? Bagaimana beliau begitu bersusah payah memenuhi kebutuhan mu dan ibu? Bagaimana kerja keras bapak untuk membuatmu tidak putus sekolah? Apakah kamu mau melihat bapak kecewa dengan tindakanmu? Bagaimana kalau tadi bapak yang melihatmu berinteraksi begitu dekat dengan laki-laki. Apa kamu tidak memikirkan perasaan bapakmu, Senja?" Guratan kecewa begitu terlihat pada wajah beliau. Geleng-geleng kepala, masih tidak percaya dengan kelakuan sang putri.

" Kamu itu perempuan. Harus menjaga diri. Jangan berdekatan dengan lawan jenis! Bagaimana nasib masa depanmu itu?" Lanjutnya sebelum melangkah meninggalkan Senja.

Senja hanya menunduk dalam. Tentu saja kata-kata sang ibu memenuhi isi kepalanya.

' Aku tidak seperti itu, ibu. Aku bukan seperti orang yang ibu takutkan. Yang akan merusak masa depannya hanya gara-gara laki-laki. Pikiranku masih waras untuk mengedepankan masa depanku. Aku menyayangi bapak dan ibu segenap jiwaku. Bagaimana mungkin ibu berpikir kalau aku akan mengecewakan bapak? Kalian segalanya buatku, bu ... semua yang ku lakukan hanya untuk membuat ayah dan ibu bangga.' begitu batinnya.

Apa yang ditakutkannya telah terjadi. Inilah salah satu alasan kenapa ia tidak pernah ingin dekat dengan siapapun yang berjenis kelamin laki-laki. Walaupun itu hanya sekedar mengantarkannya pulang. Bahkan ia tidak pernah mengijinkan teman lawan jenisnya untuk mengunjungi rumahnya. Walau hanya sekedar untuk main. Kecuali ada tugas kelompok, itupun ia lebih memilih untuk mengerjakannya di sekolah saat jam pelajaran telah usai atau ke rumah temannya yang lain. Ia sudah menduga akan hal ini, sebagai seorang anak ia begitu paham akan perangai sang ibu. Maka dari itu sebisa mungkin ia menghindari masalah seperti ini. Namun semua dinding itu telah berhasil di dobrak oleh seorang Angkasa, yang notabennya hanyalah adik kelasnya. Bukankah itu hebat ?

Buliran air mata itu masih mengalir di kedua pipinya. Entah sudah ke berapa kalinya ia mengusap ke dua pipinya, namun air mata itu enggan untuk berhenti mengalir. Ia masih begitu kecewa pada kata-kata ibunya. Bagaimana mungkin sang ibu belum mengenalnya sedangkan ia adalah putrinya? Bagaimana mungkin ibunya itu berpikir bahwa ia akan merusak masa depannya sendiri hanya karena di antar pulang teman laki-lakinya? Bagaimana mungkin ibunya itu berpikir bahwa ia akan mengecewakan sang ayah yang menjadi pahlawan di keluarganya?

Senja sangat tau bagaimana perjuangan sang ayah demi sekolahnya. Meninggalkan kampung halaman dan memilih merantau ke kota. Dengan berbekal rumah sederhananya di kampung yang telah di jual demi menyambung hidup di kota, begitu menyadari putrinya mempunyai potensi lebih dalam pendidikan dan pastinya beliau sangat yakin kalau potensi sang putri akan semakin berkembang dengan di tunjang dengan fasilitas sekolah yang lebih memadai. Dengan mengetahui perjuangan sang ayah yang seperti itu, bagaimana mungkin Senja tega membuat pahlawannya itu kecewa akan tingkahnya?

Membayangkan wajah ayah yang menua dengan peluh pada wajahnya, berjualan mie ayam keliling demi sekolah sang putri. Lalu apakah putrinya itu tega melihat sang ayah yang kecewa akan tingkah lakunya?

Tiba-tiba saja hatinya di penuhi penyesalan yang teramat dalam. Kalau saja ia tadi menolak tawaran Angkasa yang ingin mengantarkannya pulang. Kalau saja ia lebih memilih jalan kaki. Kalau saja ia tidak lupa waktu saat di perpustakaan tadi. Kalau saja ia hanya mengambil buku yang di perlukan nya saja tanpa menyentuh buku lainnya yang berhasil membuatnya terlena akan waktu yang terus bergulir tanpa mampu untuk memutarnya kembali. Ahhhhh ... semua itu terus berputar-putar dalam benaknya.

" Maafkan Senja pak," begitu lirihnya.

*******

Lain Senja lain pula dengan Angkasa. Senyuman itu tidak pernah lepas dari wajah tampannya. Yah ... bisa di bilang ini adalah hari terbaiknya. Jangan tanyakan kenapa jika hari ini adalah hari terbaiknya, karena hanya dengan melihat senyum di wajahnya, semua orang pasti tau kalau ia sedang jatuh cinta. Tepatnya adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah kemarin menabrak gadis mungil itu di karidor sekolah.

Rambut hitam bergelombang yang selalu di kucir kuda, mata yang indah dengan alis yang terbentuk natural, bulu mata yang lentik, hidung yang kecil dan runcing serta bibirnya yang tipis. Ah, hanya membayangkannya saja mampu membuat hatinya berdebar tidak karuan. Apalagi di tambah dengan tinggi badannya yang mungil itu, ah ... sangat menggemaskan bukan?

Bagi Angkasa, semua yang ada pada diri Senja adalah sebuah kelebihan. Meski tinggi badan gadis mungil itu hampir terlihat setengahnya dibanding dengan tinggi badannya yang menjulang. Ach ... rasanya sangat pas dan mudah untuk di ketekin. Eh bukan? Maksudnya sangat mudah membuatnya merengkuh gadis itu. Memberikannya perlindungan terbaik.

Dengan penuh keyakinan. Angkasa akan berjuang untuk gadis itu agar dirinya dan Senja bisa menjadi kita. Dalam satu kata Cinta.

Hatinya terus berbunga-bunga tanpa tau gadis yang tengah di khayalkannya berniat untuk menjauhinya, membuat jarak diantara mereka.

******

Happy reading...semoga pada suka karyaku...

Terpopuler

Comments

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

aku setuju yg dibilang ibu senja,, semua yg dibilang untuk masa depan senja....👍👍👍

2020-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!