perkenalan ( MOS)

Lima tahun lalu

Pagi itu tampak cerah, udaranya begitu sejuk. Tetes embun pagi masih belum mengering, semakin menyejukkan hawa pagi ini.

Di dalam sebuah rumah sederhana, tampaklah seorang gadis berseragam putih abu-abu tengah menghadap cermin. Mengamati, menelisik penampilannya. Baju putih pendek yang dimasukkan ke dalam rok abu-abunya yang panjang, tidak lupa juga ikat pinggang melengkapi pakaiannya. Rambut ikalnya yang sepunggung di kuncir kuda. Tidak ada polesan make up pada wajahnya. Semuanya natural. Mata cokelat yang indah dengan bulu mata lentik serta alis yang terbentuk secara natural. Hidung kecil yang bangir serta bibir tipis yang merah alami. Wajahnya begitu menyiratkan kecantikan alami. Cantik.

Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Penampilan sempurna, begitu menurutnya.

Ini adalah hari pertama ia masuk sekolah setelah dua minggu lalu libur kenaikan kelas. Bukankah hari ini harus di sambut dengan suka cita? Ah ... Senja sudah tidak sabar untuk sampai di sekolah.

Ya, dialah Senja Husein. Seorang gadis yang mencintai dunia sekolah. Tidak pernah sekalipun ia mengeluhkan tugas sekolah yang seabrek meskipun banyak diantara teman-temannya yang mengeluhkan hal itu. Meskipun banyak dari mereka yang memilih nongkrong di cafe dari pada di pusingkan dengan urusan phytagoras. Atau bahkan lebih memilih nonton bioskop dari pada bertemu dengan teori si jenius Einstein. Ah ... Senja adalah siswa langka yang merindukan tumpukan tugas tugas sekolahnya.

Di raihnya tas sekolah di atas meja belajarnya setelah memastikan tidak ada yang salah dengan penampilannya. Di sampirkan tas punggung itu pada kedua bahunya sembari melangkahkan kaki keluar kamar untuk berangkat ke sekolah.

******

Di parkiran sekolah seorang siswa tengah turun dari motor ninjanya. Topi terbuat dari setengah bola plastik yang di kasih tali rafiah bertengger di kepalanya. Tas sekolah dari kantong plastik bermotif Zebra, merah putih tersampir pada bahunya . Sepatu bertali yang talinya sudah berganti dengan tali rafiah. Ah ... Jangan lupakan dengan seragam biru putih yang masih melekat pada badannya. Dengan melihat penampilannya saja semua yang melihat tau bahwa dia adalah siswa baru.

Sepuluh menit lagi bel masuk sekolah. Kakinya melangkah dengan pasti melewati koridor. Ia tidak peduli dengan semua mata yang memandangnya takjub. Tampan dan mempesona. Itu adalah kesan pertama semua orang yang melihatnya.

Bruuuukkkkk.

Tubuhnya membentur sesuatu, membuatnya sedikit terhuyung kebelakang. Ups... bukan sesuatu yang tertabrak olehnya namun lebih tepatnya seseorang. Entah seperti apa awalnya sehingga kejadian itu begitu saja terjadi. Seorang siswi sudah terduduk di lantai koridor. Wajahnya meringis menahan nyeri pada pantatnya.

" Biar ku bantu.." katanya kemudian sambil mengulurkan tangannya.

"Pantas saja langsung jatuh meski kesenggol dikit. Orang kerdil gitu," Begitu batinnya.

Ingin sekali ia menertawakan siswa di depannya. Siswa perempuan berseragam putih abu-abu lengan pendek dengan roknya yang panjang terduduk di lantai. tingginya di taksir hanya seratus lima puluhan. Bukankah terlalu kecil untuk ukuran siswa SMA? Apakah ia tidak tumbuh dengan sebagaimana mestinya?

Tapi cantik juga ... Begitu pujinya dalam hati setelah menertawakan tentang pertumbuhan nya.

Uluran tangannya tersambut. Gadis itu sudah berdiri di depannya.

" Kenalkan! gue Angkasa." Katanya sebelum genggaman tangannya terlepas. Ya siswa baru itu yang tak lain adalah Angkasa.

" Senja ... " Balasnya memperkenalkan diri. " Makasih." Ujarnya kemudian dengan senyuman tulus di wajah cantiknya dan berlalu pergi meninggalkan Angkasa..

cantik banget ... senyuman itu. begitu gumam Angkasa setelah melihat senyuman Senja.

Pandangan matanya mengikuti langkah kaki Senja hingga sosok itu tak terlihat dari jangkauan matanya.Tangannya meraba dada sebelah kirinya. Kenapa jantung ini berdetak lebih keras dari biasanya hanya dengan melihat senyum gadis itu? Kenapa hati ini menghangat hanya dengan senyum itu? Kenapa senyumnya terlihat begitu tulus? Kenapa terasa begitu damai hati ini hanya dengan senyuman sederhana itu? Gelenyer aneh terasa begitu saja di hatinya. Sebuah rasa yang baru saja mampir ke hatinya. Rasa apa itu? mendadak hatinya berbunga-bunga, bahagia. Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama ....

Oh Senja ...

******

" Nah itu dia datang," kata Angga sang ketua OSIS begitu Senja masuk keruang osis. " Jadi gimana? jadi ngisi kelas apa?" Tanyanya kemudian.

Di ruang itu sedang merundingkan pembagian petugas untuk mengisi kegiatan di kelas siswa baru. Semua anggota OSIS di bagi menjadi empat kelompok karena hanya terdapat empat kelas saja yang di tempati siswa baru. Meskipun SMA Garuda adalah sekolahan elit, namun di sekolah ini tidak begitu banyak menerima para siswa baru, alasannya sederhana hanya untuk memenuhi standar pendidikan yang di terapkan. Dengan tidak membludaknya siswa, maka akan lebih memudahkan untuk memperhatikan setiap kemampuan siswa-siswanya agar potensi mereka tergali dengan sempurna. Sehingga menghasilkan para Alumni yang berkompeten.

" Nurut aja deh," jawab Senja. Nafasnya masih sedikit ngos-ngosan setelah lari di sepanjang koridor sekolah menuju ruang osis. Hingga insiden tabrakan dengan seseorang.

" Oke ... Jadi, nanti setiap kelas di isi tiga anggota OSIS. Untuk sisanya membuat laporan dan juga mempersiapkan outbond saat hari terakhir masa orientasi siswa ini. untuk sepuluh A, Ita,Dimas dan Silvia. Sepuluh B, gue, Senja dan Sekar. Untuk

sepuluh C, Indra, Putra dan Sinta. Dan yang terakhir sepuluh D bagian Sandi, Agung dan Trisia."Begitulah pembagian tugas instruksi dari ketua osis yang di setujui oleh semua anggotanya.

******

Senja, Angga dan Sekar sampai di tempat tujuan, kelas sepuluh B. Kelas yang berada di lantai satu, kelas nomer dua dari toilet Putri di lantai itu.

Begitu memasuki kelas itu, siswa di pojok kelas itu begitu mencuri perhatian Senja. Rambut hitam legam sedikit acak-acakan, alis tebal, iris mata coklat, hidung mancung dengan warna kulit kecoklatan. Tampan dan mempesona. Bahkan pada posisi duduk saja dapat di perkirakan tinggi badannya antara seratus tujuh puluh lima sampai seratus delapan puluhan. Bukankah itu pertumbuhan yang berlebihan? Mengingat usianya yang baru lulus SMP. Atau mungkin dia sempat menunda sekolahnya setelah lulus SMP? Atau mungkin dulunya dia telat masuk sekolah? Eh ... Tunggu, tunggu. Apabila rambut itu di beri sentuhan Pomade, di sisir rapi, bukankah dia terlihat sebagai pria dewasa?

Senja segera menggelengkan-gelengkan kepalanya, mengusir pemikiran itu dari kepalanya. Bagaimana mungkin seseorang yang bertabrakan dengannya dengan seragam SMP yang melekat pada tubuhnya adalah seorang yang dewasa? Tidak mungkinkan?

Senggolan pada pundaknya sukses menarik kesadaran Senja.

" Kenapa?" Tanya Sekar, berbisik dengan senyumnya. Senja menggeleng sebagai jawaban tidak ada apa apa.

" Oke! Sekarang giliran kalian semua satu per satu memperkenalkan diri. Bukankah peribahasa mengatakan 'tak kenal maka tak sayang'? Maka dari itu lah perkenalkan diri kalian. Berdiri dari tempat duduk kalian dan sebutkan nama!" Begitu kata Angga untuk sesi perkenalan itu. Jika sekarang giliran para siswa baru memperkenalkan diri mereka, maka itu artinya Senja, Angga dan Sekar sudah memperkenalkan diri? Dan Senja tidak menyadari itu. Senja menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengembalikan fokusnya kembali.

Sesuai perintah sang ketos, semuanya memperkenalkan diri. Di mulai dari sebelah kanan barisan depan. Hingga tiba saatnya giliran siswa yang duduk di pojok belakang.

" Hallo ... Nama saya Angkasa," katanya sambil tersenyum. Pandangannya tak lepas dari siswa cantik berkucir kuda di depan kelasnya yang tadi sempat dikatainya kerdil. "Seharusnya tidak perlu ada perkenalan semacam ini. Bukankah kita sudah saling mengenal ... kak Senja?" Begitu lanjutnya. Mengedipkan sebelah matanya kearah Senja dengan senyuman menggoda.

Semua seisi kelas mengarahkan pandangannya ke arah Senja dan Angkasa secara bergantian. Kata-kata Angkasa menimbulkan begitu banyak pertanyaan yang bersarang di benak mereka semua. Apakah benar Senja dan Angkasa saling mengenal? Bagaimana bisa mereka saling mengenal? Apakah mereka Tetanggaan? Apakah mereka berasal dari SMP yang sama? Ataukah ada suatu hubungan di antara mereka?

Begitu banyaknya pertanyaan- pertanyaan yang tercipta di benak mereka semua. Yang terlukis dengan jelas melalui wajah yang penuh dengan tanya. Namun, Angkasa hanya acuh. Membiarkan pemikiran mereka semua berkelana. Sedangkan Senja, berharap dirinya punya kekuatan magis yang langsung bisa membuat dirinya menghilang dari hadapan mereka hanya dengan kedipan mata. Ahhhh ... Malunya.

******

Di kantin sekolah

" Senja ... Emang kamu beneran kenal sama anak baru tadi?" Tanya Sekar begitu bokongnya mendarat di kursi kantin. Dirinya begitu penasaran dengan kata-kata Angkasa tadi.

Pertanyaan dari Sekar menarik perhatian Sinta dan Silvia. Sejenak mengalihkan pandangan mereka dari layar ponsel demi ingin mengetahui pembicaraan Sekar dan Senja. Mereka berempat sudah bersahabat sejak pertama kalinya menginjakkan kaki sebagai siswa baru di SMA Garuda ini. Seorang pelayan kantin datang ke meja mereka. Meletakkan tiga mangkuk bakso ke hadapan Silvia, Sekar dan Sinta serta empat gelas es teh kehadapan mereka berempat. Hanya Senja yang tidak makan bakso karena sudah kebiasaannya membawa bekal dari rumah.

" Emhhh ... ya kenal". Jawab Senja sambil menyuapkan sesendok nasi goreng bekalnya dari rumah. Bukankah memang dia kenal dengan Angkasa karena memang mereka tadi sempat berkenalan sebelum masuk kelas.

Mendengar jawaban Senja, sontak membuat mata Sekar melotot. Bagaimana mungkin sosok Senja yang tidak pernah terlibat hubungan dengan laki- laki kini mengakui telah mengenal sosok Angkasa. Di tambah lagi wajah Senja tadi di kelas yang terlihat memerah. Malu. Itulah yang tertangkap pandangan mata Sekar, sehingga menggiring opini bahwa mereka mempunyai hubungan khusus.

" Kalian bahas apa sih?" Tanya Silvia penasaran.

" Iya. Jangan bikin penasaran dong?" Sambung Sinta.

Sekar pun menceritakan kejadian tadi di kelas sepuluh A. Semuanya. Lengkap dengan kata-kata Angkasa.

" What!" Pekik keduanya setelah mendengar cerita singkat itu. Hampir saja bakso yang ada pada mulutnya menyembur keluar saking terkejutnya.

" Jadi beneran ... kalian saling kenal?" Tanya Sinta setelah berhasil menelan bakso yang ada di mulutnya dengan susah payah.

" Apa kalian ada hubungan? Atau kalian pacaran?" Tanya Silvia, setelah sejenak menyedot es teh manis pesanannya.

Senja memijat pelipisnya. Tidak mengerti dengan semua pertanyaan sahabat-sahabatnya. Dia sudah berkenalan dengan Angkasa berarti dia dan Angkasa memang saling mengenal. Lalu kenapa respon mereka berlebihan seperti itu?

Hhhhahhhhh

Senja menghela nafas sejenak, sebelum menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya.

" Ayo, jawab Senja! Jangan bikin kita kita mati penasaran." Kata Sekar tidak sabar.

" Ish ... kau ini tidak sabaran." Senja menabok tangan Sekar. Kebetulan mereka duduk bersebelahan, memudahkan Senja menabok tangan Sekar sebagai bentuk protesnya." Tadi pagi aku sempat berkenalan dengan siswa baru itu. Saat aku lari ke ruang osis, tidak sengaja menabrak dia. Sehingga perkenalan singkat itu terjadi. Kami saling menyebutkan nama. Bukankah itu artinya aku dan dia saling kenal? Udah gitu aja." Jelas Senja.

"Oh ... begitu," Sinta dan Silvia mengangguk mengerti. Lain halnya dengan Sekar yang kini menatap Senja dengan memincingkan matanya penuh curiga. " Beneran?" Begitu tanyanya.

" Ya bener lah." Jawab Senja tanpa ragu sedikitpun.

" Tapi kok, aku curiga ya? Kenapa Angkasa bicara seperti tadi? Seolah kalian memiliki suatu hubungan."

" Entahlah. Aku juga nggak tau kenapa dia bilang gitu. Dan ... Itu bikin aku malu banget. Gimana aku menghadapi kelas itu nanti?" Pandangannya menerawang, membayangkan apa yang akan terjadi nanti, di kelas itu.

Setelah itu, mereka fokus pada makanan masing, masing-masing. Takut keburu bel masuk berbunyi. Dan benar saja, tepat sesaat setelah makanan yang di hadapan mereka habis, bunyi itu terdengar.

trriiiiinnngggg

Bunyi lonceng sekolah menggema. Menandakan jam istirahat telah usai. Ke empat sahabat itu meninggalkan kantin sekolah tanpa mereka sadari, seseorang telah mencuri dengar pembicaraan mereka.

" Syukurlah ... tidak seperti yang aku pikirkan. berarti masih ada kesempatan." Katanya penuh dengan kelegaan yang luar biasa.

******

Happy reading all....

Terpopuler

Comments

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT

aku suka😍😍😍

2020-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!