Akhirnya rencana yang mereka sudah atur dari semenjak jauh-jauh hari, kini tersampaikan. Ziara sangat senang bisa menghabiskan hari libur dengan orang yang ia cintai. Tetapi ada hal lain yang direncanakan Rio. Ia memesan sebuah hotel untuk mereka berdua tanpa sepengetahuan Ziara.
“Kamu senang?” tanya Rio
Ziara mengangguk itulah yang mengambarkan perasaan saat ini, ia sangat mencintai Rio, baginya Rio adalah orang nomor dua setelah orang tuanya, yang ia sayangi. Rio selalu bisa merayu saat Ziara sedang marah, kata-katanya selalu bikin hati meleleh.
Rio segera melajukan mobil ketempat tujuan. Jalanan sangat macet, mungkin karna hari libur, jadi banyak orang pergi berpergian. Suasana diluar sedang gerimis mendengar musik klasik membuat mata Ziara sulit menahan kantuk. Ia tertidur pulas saat di perjalanan.
Rio memandang wajah Ziara yang tertidur pulas bersandar di bantalan kursi. Ia senang melihat wajah wanita yang polos saat tidur. sengaja tidak membangunkan karena perjalanan masih jauh. Sesekali ia membelai pucuk kepala Ziara dan menggenggam tangan saat berhenti.
Setelah cukup panjang perjalan, tangan mulai kebas, akhirnya tiba di tempat tujuan. Segera ia membangunkan Ziara menggoncang pundak pelan.
"Yang, bangun, kita sudah sampai," ucap Rio mengusap pucuk kepala Ziara.
Ziara mengeliat mengucek mata, “Kita... sudah sampai?” ucapnya sembari menutup mulut sedang menguap.
“Kamu lihat, sendirikan? Kita sampai...”
“Tapi, Rio aku lapar, ayo kita cari, makanan?” ajak Ziara karena cacing di perutnya mulai meronta- ronta minta di isi makan. Wajar saja karena saat Ziara keluar rumah belum makan.
“Baiklah, kita cari makanan yang enak, di dekat sini. Eemmm... kayaknya di situ enak kamu mau?”
Ziara mengangguk apapun makanan yang dihadapannya pasti ia makan, karena perutnya mulai perih, menahan rasa lapar. Mereka berdua melangkahkan kaki menuju rumah makan yang berada di area pantai.
Pelayan dengan cepat membawakan dafrar menu untuk mereka memilih menu yang sekiranya pas. “Kamu mau pesan yang mana? tanya Rio melihat daftar menu. “Aku mau makan, bakso aja, cuaca dingin seperti ini, enak yang berkuah dan panas,” ucap Ziara.
“Iya, suasana dingin-dingin begini memang enak, yang anget-anget,” canda Rio. “Apalagi dipeluk kamu, pasti nyaman rasanya.” ucap Rio.
APPA!!
Ziara membelalakan mata saat mendengar kalimat Rio, “Dasar laki-laki dimana aja sama.” Setelah cukup lama mereka menunggu. Makanan yang di pesan, akhirnya makanan tiba di hadapan mereka berdua. Segera Ziara menyantap, makanan yang berada di hadapan, karena perutnya sudah tidak tahan, minta diisi.
“Kamu cobain yang ini deh,” Rio menyuapkan sesendok makanan ke mulut Ziara. “Enak kan?” Ziara mengangguk karna mulutnya terisi penuh. Mereka bersuap-suapan hingga makanan dihadapannya habis tak tersisa. Setelah selesai makan, Rio membayar tagihan di kasir. Sedangkan Ziara keluar menuju pantai tanpa menunggu Rio.
Mata Ziara terbuka lebar dan menutup bibirnya dengan kedua tangan, saat melihat pemandangan di hadapannya. Belum pernah ia melihat pemandangan yang menakjubkan. Maklum dia adalah anak rumahan yang menjadi kutu buku saat kuliah.
Hamparan pasir yang begitu luas, dan terdengar desiran ombak menyapu bibir pantai. Membuat Ziara semakin terpukau dengan keindahan. Ia berlari kesana-kemari dengan bahagia.
Sedangkan Rio tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk memotret kekasihnya sedang bahagia. Segera ia memotret dengan kamera, mengikuti langkah Ziara, tanpa meminta izin darinya terlebih dulu.
“Kamu cantik sekali sayang,” gumamnya sembari melihat foto dari kamera hasil jepretannya.
Ziara menghentikan langkah saat ada cahaya kamera yang menyilaukan mata, “Kamu curang, foto aku tanpa minta izin!" kata Ziara, saat sadar jika Rio menggambil gamabar dirinya.
“Diam.” Ziara menarik nafas berpose terpaksa. “tunggu, sedikit lagi, yaps! selesai,” Rio terus saja mengambil foto mereka berdua, hingga memori cart hampir dipenuhi foto mereka.
“Kita duduk, aku capek,” mereka mencari tempat yang nyaman untuk duduk, di bawah langit yang akan memasuki waktu senja. Ziara menunggu momen itu. dimana cahaya matahari yang akan terbenam, cahayanya memantul dipermukaan laut sehingga menimbulkan kilauan seperti kristal di laut.
Rio sedang asik melihat-lihat hasil fotonya. Begutu banyak foto Ziara. Ia menoleh kearah kekasihnya yang duduk di samping, sedang menatap langit menunggu matahari akan tenggelam. Rio terbawa suasana pemandangan indah yang berada di sini tidak lebih indah dari kekasih yang berada di hadapannya.
Pelan-pelan Rio mendekatkan wajah dan menyelipkan rambut Ziara ke belakang telinga. Ziara juga terbawa suasana, sentuhan tangan Rio, membuat ia memejamkan mata.
Ziara menikmati, setiap belaian tangan Rio yang menyusuri wajahnya. Ia sungguh-sungguh melupakan nasehat orang tua, kali ini. Rio mendekatkan bibir hingga jarak bibir mereka hanya sepersekian centi. Jantung Ziara semakin berdetak kencang, karna ia belum pernah berciuman sebelumnya.
Rio tak mau menunggu lama, ingin segera ia menyerang bibir kekasihnya, yang sudah ia inginkan semenjak lama. Berlahan-lahan cowok itu menempelkan bibirnya.
Saat mereka sudah siap dengan aksinya, kedua bibir sudah hampir menempel. Disaat bersamaan, tiba-tiba ponsel Ziara berdering, Rio berdecak kesal, karna suara itu mengganggu, membuat Ziara menahan bibirnya menghalau dengan satu jari.
“Tunggu,” Ziara segera meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Rio menarik napas kesal, ingin rasanya ia membanting ponsel itu saat ini juga.
Ziara: [Hallo ibu, ada apa menelfonku?]
Ibu [Sayang pulanglah, ada hal penting yang Ayahmu ingin sampaikan]
Ziara: [Memangnya ada apa bu? sampai Ibu menelefon menyuruhku, pulang dengan tiba-tiba seperti ini?]
Ibu: [Pulanglah Nak, nanti akan dijelaskan sesampainya kamu di rumah. Ibu tutup telefonnya segeralah pulang.]
Ziara bingungan menatap ponselnya yang baru saja dimatikan, ia takut kalau terjadi sesuatu pada Ayahnya. Ia panik dan segerabmengemas ponsel, kedalam tas.
“Sayang maaf, aku harus pulang, Ibu mendadak memintaku pulang, entah apa yang terjadi” ucap Ziara yang tergesa-gesa mengemasi barang bawaannya.
“Tapi gimana dengan aku? Apa enggak bisa diundur pulangnya?” Ucap Rio yang melihat Ziara sedang panik.
“Aku takut terjadi sesuatu, sama Ayah. Maaf ya, liburan kita terganggu,” balas Ziara kepada Rio yang terlihat kesal.
“Iya, tapi kamu pulang sendiri ya? Aku masih mau disini, enggak papa kan?” ucap Rio.
“Kamu tega biarkan, aku pulang sendiri? Perjalanan lumayan jauh loh?” Ucap Ziara. Rio yang tidak menghawatirkan dia sama sekali.
“Maaf, aku masih ada urusan juga didekat sini, dan itu resikomu, mau pulang enggak mau disini dulu,” balas Rio dengan muka cuek.
Dengan perasaan kesal, Ziara meninggalkan Rio. Walau lumayan jauh perjalanan, ia akan tempuh karna rasa khawatir pada Ayahnya lebih besar ketimbang apapun.
Sesaat setelah kepergian Ziara. Rio terlihat menghubungi seorang gadis untuk berkencan di hotel yang sudah ia pesan untuk dia dan Ziara.
Sesampainya di depan rumah, Ziara dengan perasaan cemas dan takut, pikirannya membayangkan hal buruk terjadi pada Ayahnya. Saat Ziara masuk rumah, ia melihat Ayahnya sedang bicara dengan seseorang paru bayah yang hampir sama dengan ayahnya.
“Ayah, enggak papa?” tanya Ziara kepada Ayahnya yang sedang asik mengobrol. Dan seorang laki-laki tersebut tersenyum ramah padanya. “Siapa om ini?” Tanyanya lagi lalu mendekat kesamping Ayahnya.
“Ziara kenalkan, ini om Handoko,” ucap Ayah, lalu bangkit berdiri disamping Ziara. “Om Handoko adalah teman Ayah sewaktu masih bekerja,” balas Ayah.
“Hallo om, kenalkan aku Ziara,” ucap Ziara mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Hallo, Ziara kamu sudah besar ya?” balas Handoko. Yang membalas jabatan tangan Ziara. “Sepertinya tidak salah, Tuan Romi memilihmu,” ucap Handoko lagi. Yang membuat Ziara membuka mata lebar bingung.
“Maksutnya?” Ziara menoleh kearah Ayahnya yang tersenyum palsu.
"Baiklah pak Har, aku permisi dulu, hanya itu yang inginku sampaikan, ku harap jangan main - main dengan Tuan Raka. Tuan muda tidak suka dengan orang yang mempermainkannya.” ucap Handoko. Ia berpamitan akan pergi.
Ziara
“Duduklah, Nak... ada yang ingin, Ayah bicarakan, kemarilah,” menepuk kursi sampingnya. Dengan rasa bingung Ziara duduk di samping Ayahnya.
Ibu keluar membawa nampan yang berisikan dua gelas kopi, menoleh ke kanan-kekiri mencari keberadaan tamu yang barusan datang tidak ada di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Antoni Purba
hampir ...
2023-03-12
0
Dwi Lina Ningsih
waktu berangkat lumayan jauh lokasi nya pas pulang kok ya cepet banget emang ada tumpangan ghoib
2022-05-28
0
Darlim Frans
visual nya dong Thor biar seru bacanya
2022-04-24
0