Dijodohkan
“Dijodohkan??”
Tawa seorang gadis menggema di sudut ruangan cafe. Seorang teman yang berada di sampingnya hanya tertawa kecil. Mereka sedang menertawakan perempuan salah satu temannya yang sedang menunduk melihat dua sahabatnya menertawakan.
"Kita ini hidup di jaman apa, sih?" ucap gadis memiliki tawa kencang tadi jeda, menyecap kopi lalu meletakan cangkir. "Jaman sudah maju, tapi ... orang tuamu masih saja menjalankan teradisi perjodohan, seperti orang kuno." Ia mencoba menahan tawa.
Ziara Zavanya, gadis sederhana dan periang. Ia termasuk orang sangat tidak menyukai perjodohan. Baginya menikah harus dilandasi dengan atas dasar cinta, keputusan yang diterima kedua belah pihak.
Sedangkan teman yang hanya tertawa kecil bernama Arini, dia adalah salah satu pemilik butik ternama. Ia tidak pernah memiliki keinginan untuk berkomitmen menikah, dia hanya berganti-ganti laki-laki, tapi tidak pernah ingin menikah. Kini ia hanya menggeleng tidak habis pikir dengan pernyataan dari Zia temanya.
"Kalian puas? Kalian enggak tau sih, gimana sedihnya aku," ucap Sita tangannya menyangga wajahnya diatas meja. "Lebih menyedihkan lagi, kalau calon suamiku adalah seorang duda beranak satu. Walaupun dia kaya tapi ... aku ogah, nikah denganya," ucapnya ia terlihat menyedihkan.
"Tinggal kamu tolak saja, kenapa harus menerima dengan mentah-mentah," balas Zia memandang kasihan melihat temannya itu. "Aku bingung, kenapa sekarang banyak istilah perjodohan film, novel, trending tentang perjodohan, aku sangat membenci itu!" Ia berdecak kesal.
"Enggak semudah itu Zie," ucap Sita menghela napas.
Sedangkan Arini hanya sibuk dengan ponselnya, lalu melihat kearah Sita, "Sudah terima saja nasibmu, kalau kamu enggak mau, berikan saja padaku," canda Arini sambil memegangi ponsel.
“Kalian benar-benar tidak memahami keadaanku, aku ini sedang bingung! Arini, tidak perlu dijodohkan kamu juga akan mengejar laki-laki manapun untuk menikah denganmu," balas Sita dengan nada kesal
Arini membulatkan mata tidak terima kaliamat yang diucapkan oleh Sita, seakan-akan mengejek.
"Dan kamu Zia, kamu tertawa puas sekarang, jika suatu saat kamu mengalami kejadian seperti ini, aku tidak akan membantumu!" ancam Sita memalingkan muka, mengerucutkan bibir.
"Aku?" tanya Zia menunjuk dirinya sendiri, lalu ia kembali tertawa. "Tidak mungkin sayang, aku mempunyai prinsip, aku akan menikah dengan pacarku, dia yang kucintai, mustahil kalau aku menikah karna perjodohan."
Zia sudah mempunyai kekasih yang bernama Rio Rahardian cowok yang menjadi pacar pertamanya itu. Ia sangat mencintai Rio dan mempunyai impian untuk menikah dan hidup bahagia, walaupun belum mendapat restu dari orang tua. Pantas aja Zia berani mengucapkan hal itu.
Setelah cukup lama mereka mengobrol disana. Hingga tidak terasa hari menjadi gelap, karena waktu sudah hampir jam 21:00 . Mereka menyudahi pempicaraan dan kembali pulang kerumah masing-masing.
Sesampai di rumah, Zia masih saja terngiang dengan kata ‘dijodohkan’. Baginya hal konyol semua itu, teradisi kuno yang sudah menghilang menjadi cerita sejarah kenapa sekarang masih terjadi. Ia terus bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia berjanji pada dirinya sendiri, akan menghilangkan teradisi kuno ini dari dunia yang sudah moderen ini.
***
Pagi hari...
Sinar mentari yang menembus sela-sela kelambu kamar. Sinar hangat itu menyebar ke wajah gadis cantik yang masih menutup mata. Gadis itu merasa cahanya sangat terang sekal. Ia menarik selimut menutupi wajah, menghalangi sinar terang itu.
Iya teringat sesuatu. Perlahan-lahan mengumpulkan kesadaran. Tanganya meraih jam kecil yang berada di nakas. Ia mengucek-ucek mata.
“Jam tujuh pagi,” gumamnya dengan penuh keseganan.
Baru saja ia mengucapkan hal itu, ia terperanjat kaget. Ternyata ia bangun kesiangan.
Hari ini adalah pertama bagi dia untuk memulai pekerjaan yang sangat di inginkan. Segera cepat ia bersiap-siap, tidak mau terlambat di hari pertama bekerja. Jika ia terlambat ini bisa membuat kesan tidak baik di depan pimpinan yang baru saja menerimanya di perusahaan.
"Ibu, kenapa tidak bangunkan aku tadi?" tanya Zia mendekat ke arah meja makan bergabung dengan ayah dan ibunya.
"Ibu pikir, kamu belum masuk kerja hari ini," balas Ibu sembari menata makanan di meja makan.
"Jadwal dimajukan, seharusnya besok lusa, tapi ... pimpinan mendadak menelepon, supaya hari ini langsung masuk kerja," ucap Zia sibuk menata berkas-berkas data dirinya yang belum lengkap.
"Aku pamit dulu ya, Ibu–Ayah, doakan Zia semoga lancar," ucapnya meraih roti tawar memakan sambil berdiri.
"Kamu nggak mau sarapan dulu?" tanya Ayah yang baru muncul dari kamar.
"Nggak Ayah, hari ini adalah pertamaku
bekerja, aku tidak mau terlambat sehingga mengurangi citra diriku."
"Baiklah, hati-hati di jalan, jangan ngebut, jaga diri, jangan pulang malam-malam," ujar Ayah Harto lalu duduk di kursi.
"Baiklah, aku akan selalu mengingat pesan Ayah di mana pun, dan kapanpun." Gadis itu berjalan mencium punggung tangan Ayah dan Ibunya.
Saat ini Zia adalah tulang punggung bagi keluarga. Ayahnya sudah berhenti bekerja setelah menjalani operasi sakit jantung sejak dua tahun silam. Oleh sebab itulah saat ini Zia harus bekerja dengan giat untuk biaya pengobatan sang ayah.
.
Perasaan Zia pagi ini begitu bersemangat menuju ke tempat kerja. Ia sudah tidak sabar ingin segera tiba di sana. Tapi sungguh sayang keadaan tidak memungkinkan. Tiba-tiba motor yang ia kendarai mati ditengah jalan.
"Astaga!" umpatnya berkecak pinggang kesal.
Kenapa harus sekarang?
Zia mencoba memeriksa mesin tapi tidak bisa karena itu bukan keahlianya. Ia menyerah dari pada harus terlambat ia memutuskan untuk mencari angkutan umum. Segera ia mengambil map dan tas untuk di bawa bekerja.
"Kamu kenapa?" sapa suara laki-laki dari arah belakang.
Zia segera membalikan tubuh saat mendengar suara menurutnya tidak asing di telinga itu. Segera ia berbalik dan melihat Rio Rahardian berdiri tegap di hadapanya.
Rio tersenyum menyapa wanita yang ada di hadapanya. "Sayang, sedang apa kamu, disini?" Ia penasaran tidak biasa kekasihnya ada di jalan sepagi ini.
"Aku akan pergi ke kantor, lalu ... tiba-tiba motorku mati," balas Zia tampak mengusap keringat di dahinya. "Kamu sendiri sedang apa berada disini, Rio?" imbuhnya.
"Iya, aku ada urusan."
"Urusan? bukanya itu hotel? penampilamu berantakan pakaian yang kamu kenakan kusut, kamu tidur di sana semalam?" cerca Zia memandang curiga.
Entah apa yang terjadi Rio tiba-tiba menjadi gugup. Bibir dan lidahnya menjadi keluh kaku untuk menjawab pertanyaan Zia. Di suasana pagi hari yang sejuk, kening Rio mengeluarkan buliran-buliran keringat tampak gugup.
"Kamu ini bicara apa sih, sayang?” Rio mencoba mengalihkan pembicaan dengan memeluk dari samping mengajak Zia untuk naik ke mobil.
"Ayo, aku antarkan ke kantormu."
Ziara masih diselimuti rasa penasaran, sebenarnya apa yang di lakukan Rio dari hotel itu. Namun Rio segera merangkul dan membawanya berjalan menuju mobil.
"Aku hanya menemui klient Ayahku, tidak terjadi apa-apa percayalah, sayang.”
"Baiklah, aku percaya," katanya meski dalam hati tidak percaya, dia tidak ingin terjadi masalah yang belum tentu terjadi.
Tidak mau berlama-lama berada di sana, Rio segera menarik Zia masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil, Zia memandang laki-laki yang ada di sampingnya tidak mengucap satu patah katapun tatapanya tidak sedikitpun menoleh kearah Zia. Hanya tertuju ke jalanan.
“Kamu kenapa?” tanya Zia memecah keheningan.
“Aku, kenapa dengan aku? kamu lihat sendiri, aku tidak apa-apa,” jawab Rio mengerutkan dahi.
"Baiklah."
Suasana menjadi hening kembali mereka berdua hanya fokus ke jalan. Dengan cepat Rio mengemudikan mobil tiba di halaman gedung di mana Zia bekerja.
"Oke, kita sudah sampai," ucap Rio. Ia memarkirkan tepat di halaman.
"Terima kasih, sudah mengantarku," Buru-buru Zia ingin segera turun dan masuk ke gedung yang sudah lama ia inginkan berkerja disana. Dengan cepat Rio menarik tanganya tidak mau kehilangan kesempatan Rio ingin segera mencium wanita yang di hadapanya. Dengan cepat Zia mencegah bibir Rio yang akan mendekat ke arahnya.
"Maaf, aku nggak bisa."
Rio mendengus kesal karena sudah sekian kalinya Zia menolak ciuman darinya.
"Kenapa kamu selalu menolak? kita berpacaran sudah lima bulan, tetapi mengapa aku seperti orang asing bagimu," gerutu Rio.
"Maaf Rio, aku takut aku selalu mengingat pesan dari Ayahku, sebelum menikah aku di larang melakukan sesuatu yang membuat terjerumus kedalam hal yang merugikan."
"Aku kekasihmu, Zia! tidak ada salahnya kalau kita hanya sekedar berciuman.”
"Sudahlah, sudah waktunya untuk mulai bekerja. Maaf Rio."
Zia segera turun dari mobil menoleh kearah Rio berharap dia tidak marah dengan penolakanya. Rio tidak perduli ia memalingkan wajah kesal dan saat Zia sudah berbalik ia menatap punggung Zia yang akan memasuki gedung kantor.
"Suatu saat aku mendapatkanmu,” guman Rio dari balik dalam mobil. Dia adalah laki-laki yang tidak pernah mendapat penolakan dari wanita ia mempunyai rencana untuk Zia. Kecantikannya selalu menggoda hasrat jiwa lelakinya.
Mohon maaf, kalau tulisanya yang tidak beraturan, saya hanya manusia biasa tidak luput dari kesalahan.
Selamat membaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
gemini_girl
Knp Dk Bisa D Dwonload Ka,Ceritanya?
2023-07-21
0
Akbar ramdani3*
👍
2023-04-24
0
Antoni Purba
kebimbangan ...
2023-03-12
0