Pagi sudah datang, sang mentari pun menyingsing dengan indahnya di atas langit yang cerah. Si gadis cherry pun telah berbenah dan sekarang tengah melangkah menuju halaman depan di mana Anggara menunggunya. Setelah berpamitan pada ayah dan bunda juga Irina, cowok bermata sipit itu segera menyalakan mesin mobil dan mereka pergi meninggalkan rumah.
"Abang nanti sore ada kelas, Cherryl bisa pulang sendiri?" tanya Angga.
Cherryl mengangguk, "Bisa bisa,"
"Yaudah tapi kalau sudah pulang chat Abang, jangan lupa." katanya lagi.
"Siap Bang,"
"Oh iya, kemarin Tian titip pesan kalau dia nunggu kamu di pos satpam." ujar Anggara.
"Kok nggak bilang langsung aja sih.." gerutu Cherryl, padahal dia sudah janji pada Lily untuk menemani cewek itu mengerjakan tugas di kelas.
Cherryl membuka aplikasi chat lalu segera memberi tahu Lily kalau dia nggak bisa menemani, untung saja temannya itu bilang kalau memang nggak jadi karena tugasnya sudah selesai dikerjakan semalam.
"Turun, Dek. Mau di sini sampai kapan?" kata Angga seraya menatap sang adik yang sibuk sekali dengan ponselnya.
Cherryl mengangkat kepala lalu melebarkan senyumnya, "Eh sudah sampek, yaudah Erryl pergi dulu, Bang. Dadah, Abang hati-hati ya.."
Cewek itu melambaikan tangan pada sang kakak yang sudah berlalu dengan mobilnya. Setelah itu ia menyimpan ponselnya ke dalam kantung lalu berbalik.
"Ya Tuhan!" Cherryl terkejut saat mendapati Sebastian yang sudah berdiri di depannya.
"Bikin kaget aja, Sebbb." kata Cherryl kesal.
Sebastian tertawa pelan, "Lagian lama amat lo, gue udah nunggu dari tadi."
"Lo gabilang-bilang kalo bakal nunggu. Bukan salah gue, dong." jawab si cewek nggak mau kalah.
"Yayayaya, udah ayo." Sebastian berbalik lalu berjalan meninggalkan Cherryl di belakang.
Cewek itu menggerutu pelan, "Yang murid baru di sini gue apa dia, sih?"
Cherryl berjalan cepat untuk menyusul Sebastian yang memiliki langkah panjang itu. Jalannya cepat pula, bagaimana si cewek yang mungil bisa menyamakan langkah? Keadaan semakin nggak nyaman buat Cherryl karena banyak kakak kelas yang mandangin dia pas cewek itu ikut masuk ke kelasnya Sebastian, katanya sih mau ngambil sesuatu di dalam tas. Awalnya Cherryl menolak habis-habisan karena malu tapi tetap saja dipaksa oleh si cowok.
"Eh Cherryl, ada apa ke sini, Dek?" tanya salah satu kakak kelas cowok bernama Alfian.
"Hai, Kak Fian. Ini aku nganter temen." jawabnya dengan nada lugu.
"Ohh si Bastian temen kamu?" tanyanya lagi.
Cherryl mengerutkan kening, "Kakak udah kenal sama dia?"
Alfian mengangguk, "Tadi pagi dia masuk ke sini langsung kenalan sama anak-anak yang sudah dateng."
"Oohh, gitu...Yaudah deh, Kak. Aku pamit dulu, ya."
Cherryl bingung, Sebastian kan sudah kenal dengan teman sekelasnya. Kenapa masih minta dia untuk menemani lagi? Sudah begitu pasti setelah ini banyak rumor yang tidak-tidak. Buktinya tadi kakak kelas cewek pada lihatin dia dengan tatapan aneh.
'Huhh, tukang julid!'
"Nih,"
Lamunan Cherryl seketika buyar saat Sebastian menyodorkan sebuah kotak bekal yang langsung ia ambil.
"Ih kueee...Thanks Seb." ujar Cherryl senang setelah mendapati kotak itu berisi kue kering kesukaannya.
"Dari Bunda, yang kemarin dibuat."
"Iya bilang ke Bunda Erryl suka, gitu." Sebastian mengangguk mendengar ucapan si cewek.
"Sekarang mau ngapain?" tanya Cherryl sambil memakan kuenya.
"Duduk duduk aja, ngobrol. Gue bosen." kata Sebastian lalu duduk di kursi koridor, diikuti Cherryl.
"Kenapa nggak sama temen-temen lo aja, sih? Pake minta ditemenin segala, alay."
Sebastian mendengus, "Belom akrab nggak enak, nanti aja."
"Yaelah Seb."
"Sab Seb Sab Seb, gue lebih tua dari lo, tau." kata Sebastian lalu menoyor kepala si cewek yang satu tahun lebih muda darinya itu hingga membuatnya mengaduh pelan.
"Kebiasaan, biarin ajalah." jawab Cherryl yang masih sibuk memakan kue yang diberikan oleh Sebastian tadi.
"Cher!" panggil cewek berponi yang langsung duduk di samping Cherryl.
"Ih pagi-pagi udah dikagetin terus gue tuh!" kesal Cherryl.
"Siapa, Ryl? Mubar, ya?" tanya Lily sambil berbisik-bisik, membuat Sebastian bingung juga.
"Apasih bisik-bisik, tanya aja langsung ama orangnya." sergah Cherryl yang masih kesal karena dari tadi dikagetkan terus.
Lily melirik Sebastian lalu tersenyum, "Halo, aku Lily temannya Cherryl. Kamu murid baru, Ya? Kelasnya di mana?" tanya Lily lalu menyodorkan tangannya pada Sebastian.
"Sebastian, temannya Cherryl juga. Tuh di ujung," kata Sebastian seraya menunjuk pintu kelasnya yang terbuka lebar di ujung koridor setelah membalas uluran tangan dari cewek itu.
Mata Lily membundar, "Loh, kakak kelas? Maaf ya, Mas. Aku ndak tau." katanya yang membuat Sebastian tertawa pelan lalu menggeleng karena merasa tak masalah.
"Kok ganteng men toh, Ryl?" tanya Lily sambil berbisik lagi dengan logat Jawanya yang terdengar lucu.
"Hadeh, urusan cogan aja cepet!"
.
.
.
.
.
🍪Cookie Jar🍪
.
.
.
.
.
Bel sekolah sudah berbunyi sejak tadi, semua siswa berhambur keluar dari kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Begitupun Cherryl yang beranjak keluar dari gerbang utama bersama Lily, entah kemana Sebastian yang awalnya bersikeras minta ditemani kemana-mana. Setelah istirahat tadi dia hilang begitu saja.
Cherryl melambaikan tangan pada Lily yang berlalu pergi bersama sepedanya, rumahnya hanya beberapa blok dari sekolah. Dekat. Tidak seperti Cherryl yang harus menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai ke rumah.
Tuk!
Mata Cherryl membulat karena seseorang menepuk pelan kepalanya, ia menoleh dan mendapati seorang cowok berdiri di belakangnya seraya tersenyum lebar.
"Kak Dion ngapain ih, kaget!" protesnya.
"Ya maaf maaf, kok kamu di sini? Bang Angga belum jemput?" tanya pria bernama lengkap Adelrion Putra itu lalu berdiri di samping si cewek.
"Abang ada kelas, Kak. Gabisa jemput. Ini lagi nunggu Grab." jawab Cherryl.
"Ohh gitu, Kakak anterin aja mau nggak?" tanya Dion.
Cherryl menggeleng, "Gak usah, Kak. Ini udah terlanjur pesen Grabnya."
"Hmm...Yaudah deh, Kakak temenin aja di sini, ya?" tawar Dion lagi, Cherryl hanya mengangguk mengiyakan.
"Tadi gimana belajarnya, Ryl?"
Cherryl kembali mengangguk-angguk kecil sambil menendang pelan kerikil yang ada di bawah kakinya, "Nggak terlalu buruk, nggak terlalu baik juga, Kak. Biasa-biasa aja." katanya lalu menatap Dion.
"Oh iya, lusa kan acara ultah sekolah. Kamu datang ke prom night sama siapa?"
Cherryl menganga, lalu menepuk dahinya, "Aduh! Cherryl lupa! Untung Kakak ngingetin."
"Jadi belum ada pasangan, nih?" tanya Dion.
"Iya kak, duh gimana ya. Acara udah deket lagi." jawab cewek manis itu terlihat resah.
Baru saja Dion bermaksud menawarkan diri, sebuah mobil berhenti di depan mereka. Ternyata itu abang Grab yang dipesan oleh Cherryl.
"Duh, Kak. Aku pulang dulu ya." Cherryl segera berjalan masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja, meninggalkan Dion yang meruntuk.
'Ah, sialan!'
.
.
.
.
.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
w.u.l.a.n
Kurang gercep Dion 😄
2020-04-02
1