Terlibat dalam keseriusan sebelum ulangan bukanlah hal yang baru untuk Senja. si penganut sistem SKS itu tampak sesekali merem saat menghafal. Tidak kebut semalam lagi, tapi kebut beberapa menit sebelum pelajaran di mulai.
Tapi aneh nya, dia selalu mengantongi nilai sempurna setiap kali ulangan ataupun ujian, bahkan teman-teman nya kewalahan untuk menggeser peringkat nya setiap tahun. Nama nya selalu trending di papan Mading sebagai murid genius karena berhasil menduduki peringkat umum dalam angkatan nya.
Senja bukanlah seseorang yang sangat populer di instansi nya, ia lebih memilih mengasingkan diri di pojokan, menenggelamkan dirinya nya pada pelajaran atau menulis artikel di sebuah platform terpercaya, dari pada duduk bersama dengan teman-temannya.
Bergosip atau membahas sesuatu yang baru, tertawa lepas bersama besti nya, apalagi ngejogrok di UKS hingga melewati jam pelajaran seperti kebanyakan murid lainnya bukanlah passion nya, setidaknya untuk saat ini.
Namanya Senja Calista putri, namanya sangat tersohor meskipun ia lebih terlihat tak ingin dikenal, merajai peringkat satu, penganut SKS tapi mampu membuat kebanyakan orang mengorbankan seluruh waktunya hanya demi bisa bersaing dengan nya. Ya, walaupun sia-sia.
Dia tidak memakai kaca mata tebal dengan minus tinggi seperti kebanyakan murid genius lainnya,ia bukanlah anak perpus dengan rambut kepang dua dan buku paket dalam pelukannya, dia juga tidak duduk di bangku terdepan sebagai penegas jika dirinya lah pemilik nama yang selalu trending setiap tahunnya.
Dia adalah senja, seseorang yang terlihat anti sosial, tidak memiliki teman akrab, tidak masuk dalam sebuah circle tertentu, irit bicara, duduknya di pojok paling belakang, ia hanya mengijinkan tas nya yang menjadi teman sebangku nya.
Tidak pernah menarik perhatian di kelas, jika tidak mood saat ada sesi tanya jawab, ia memilih tenggelam dalam dunianya dari pada ikut berebut perhatian guru seperti yang lainnya. Itung-itung ia memberikan ruang terhadap yang lainnya untuk bersaing dengan nya.
Hidup nya penuh ambisi, tapi hanya dia sendiri yang bisa melihat nya, dia genius tapi dia pemalas, selalu pasif di kelas, tidak ikut organisasi apapun, kecuali taekwondo karena tuntutan ekstrakurikuler nya, selebihnya ia lebih tertarik tenggelam dalam dunia nya di markas keramat nya, yaitu bangku pojok paling belakang.
Semua murid di tuntut aktif di kelas, ia pengecualian. Karena tidak aktif pun ia sudah menjadi murid favorit semua guru.
Di tengah-tengah fokus nya, sesekali perhatian Senja tersita pada teman-teman kelas nya yang memasuki kelas satu persatu, namun ada juga yang bergerombol dengan celoteh ringan serta senyum lepas di bibirnya.
Di balik buku paket nya yang terbuka lebar dengan posisi berdiri, senja tersenyum kecut, ada kerinduan yang menelusup dalam sanubari nya, namun secepatnya ia enyahkan karena merasa ia sudah membuang waktu berharganya.
Ia tak membutuhkan waktu banyak untuk menyimpan materi-materi yang mungkin akan hadir dalam ulangannya nanti dalam otaknya, tak banyak orang tau, ia adalah ahli strategi, itulah kenapa ia tak membutuhkan waktu banyak untuk sebuah ulangan ataupun ujian, Cukup pelajari point yang ia yakini akan keluar di ulangan, ia sudah bisa mendapatkan nilai sempurna sebagai penunjang nilai ujiannya nanti.
Kelebihan waktunya ia gunakan untuk menulis artikel di situs kesayangan nya. Lumayan, di usianya yang belia ia sudah memiliki tabungan rahasia yang tidak sedikit jumlahnya.
Namun, potongan-potongan masa lalu nya sering kali ikut berebut untuk sebuah posisi dalam pikirannya.
Dulu, dirinya seperti mereka, teman, sahabat, circle, bermain, bergosip, membolos. Tertawa lebar dengan teman dekatnya, kemanapun bersama teman satu circle nya, tak ada yang lebih membahagiakan selain membicarakan apa saja dengan orang-orang yang satu frekuensi Dengan nya.
Ia tak bisa mengendalikan dirinya, setidaknya dalam circle nya, apa yang membuat nya di terima, akan ia lakukan, meskipun membolos ataupun membuat keonaran lainnya, nama nya cukup terkenal bukan karena sebuah prestasi.
Wajah nya yang lumayan, penampilan nya yang menawan membuatnya menjadi idola, tapi karena kenakalan yang ia cicil setiap hari nya, membuat nya harus berhadapan dengan guru BK setiap semester.
Puncak nya adalah saat kedua orangtuanya nya di panggil ke sekolah, sekali lagi bukan karena prestasi nya, tapi karena point pelanggaran nya yang hampir tidak bisa di toleransi lagi.
Di sisi lain, perusahaan tempat ayah nya bekerja melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawan nya, dan nama papanya masuk dalam list PHK saat itu .
Hidup nya yang berkecukupan berubah drastis seketika, reputasi nya di sekolah seakan menambah kesialannya, untuk pertama kalinya ia melihat kekecewaan yang teramat besar pada raut wajah penuh kasih kedua orang tuanya.
Bahkan ia hampir tidak bisa melanjutkan pendidikannya di tempat impiannya bersama teman-temannya saat itu.
"kak, sepertinya kamu harus ngalah dulu sama adek ya, biar adek juga bisa ngerasain sekolah SMP juga seperti kakak." bagai samberan petir di siang bolong.
Dirinya memang bandel, tak ada yang bisa di harapkan hanya dengan melihat reputasi dan point pelanggaran nya, tapi ia juga memiliki cita-cita yang harus ia gapai.
Ayah nya seorang manager di sebuah perusahaan besar, gaji nya sangat menjamin sebelum sebuah skandal yang ia sendiri tidak melakukan nya menimpanya, jabatannya menjadi taruhan. Bahkan ayahnya harus rela di pecat secara tidak hormat karena kesalahan yang sama sekali tidak beliau perbuat.
Ibunya memiliki toko bunga, sebelum nya toko itu sangat besar dengan income yang tidak main-main setiap bulannya, namun akhir-akhir ini toko nya mengalami penurunan pembeli yang mempengaruhi target omsetnya.
Secara bersamaan, kesehatan ibunya juga sedang tidak baik-baik saja. sedang adik nya sudah kelas 6 SD yang sebentar lagi melanjutkan ke sekolah menengah pertama dengan biaya yang tidak sedikit, begitu juga dirinya yang sebentar lagi akan melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas.
Suatu ketika, tidak ada angin tidak ada hujan, kedua orang tuanya mengajaknya berbicara serius sehabis makan malam, seperti akan melakukan konferensi pers, suasana saat itu terlihat tegang.
Ekspresi ayah nya yang tegang, di padukan dengan wajah pucat ibunya yang ikutan tegang, menciptakan atmosfer ketidak nyamanan di sana.
Senja meremat tangannya sendiri yang ia sembunyikan di bawah meja makan, bingung harus menjawab apa, sedang hatinya memaksanya untuk melakukan pembelaan.
Pembicaraan ini bukan yang pertama kalinya, dan rasanya ia lelah untuk memaksa orang tuanya untuk memberikan hak pendidikan padanya.
Dengan senyum yang melawan kata hati nya, ia mengangguk lemah." yah, jadi beneran Senja udah nggak bisa sekolah? Nggak apa-apa deh, jika itu bisa meringankan beban ayah dan bunda." lirih nya sendu, tapi jauh dari lubuk hatinya ia sudah menerima semuanya, setiap malam ia bergulat dengan hati nuraninya, dan memilih untuk berdamai dengan keadaan.
Ucapan senja bagai sebuah pukulan Golem untuk kedua orang tuanya, sekaligus mengantarkan aliran semangat yang sempat meluap entah kemana.
" Senja, jawab ayah nak, kamu beneran ingin sekolah?" meski agak bingung dengan pertanyaan itu, alam bawah sadar Senja membuat nya memberikan anggukan sebagai jawaban.
Tiba-tiba saja ayah nya berdiri, seperti ada kobaran api yang tak terlihat, mendadak eskpresi ayahnya di selimuti oleh tekad.
" kalau begitu, berikan yang terbaik untuk ayah dan bunda mu." setelah itu ayah nya pergi dari meja makan, meninggal nya yang melongo, bingung dengan apa yang terjadi, ia menoleh pada ibunya meminta penjelasan pada apa yang sudah ia tau, sekedar untuk meyakinkan nya jika ia tidak salah dalam memahami maksud ayah nya.
Ibu nya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala, membuat sesuatu dalam dadanya membuncah. Jadi, ia tak jadi putus sekolah? Ini beneran ?.
Dalam hati ia bertekad, ia akan memulai semuanya dari awal, tak perlu menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk kepada orang tuanya, tapi ia bertekad akan membuktikan nya.
Tanpa ia sadari, suasana kelas yang tadinya riuh berubah menjadi sunyi senyap, Senja sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ulangan kali ini, tapi sesuatu seakan mengganggunya.
Yang masuk ke kelasnya bukanlah Bu Lastri, selaku pemegang mata pelajaran fisika kimia yang sebentar lagi akan melakukan ulangan, melainkan pak Danu yang merupakan wali kelasnya, dengan seseorang asing yang membuntuti nya dari belakang.
" selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan saudara baru ya." dan bisa di pastikan, suasana kembali riuh, berbanding balik dengan dirinya, semangat nya seakan tersedot oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Huh, membuang-buang waktu ku saja !.
Tak ada seorang pun yang mendengar dengusan nafas nya, karena teredam oleh riuhnya suasana kelas. Senja menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, kedua tangannya terlipat di depan dadanya seperti seorang juri dalam ajang pencarian bakat yang muak dengan salah satu kandidatnya, wajahnya sudah kusut seperti baju yang tidak pernah di setrika.
Mood nya menguap seketika, mengingat bangku di sebelahnya adalah satu-satunya yang tanpa penghuni. Melihat betapa antusiasnya teman-teman kelasnya, terlebih para ceweknya.
Ia sudah bisa menebak jika bangku nya sebentar lagi akan menjadi pusat universe untuk cewek-cewek genit itu.
Seluruh teman cewek nya histeris, bahkan hanya mendengar deheman murid baru itu saat akan mengeluarkan sepatah kata. Dan tumbal nya, adalah pak Danu. Yang harus mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk membuat suasana kembali kondusif.
Berhasil sih, tapi tidak bertahan lama. Apalagi saat cowok itu menyebutkan nama panjangnya." Nama saya Langit Dwi Rahardian, saya pindahan dari SMAN 1 karang mas, semoga kita bisa berteman dan menjadi partner kelas yang baik, terima kasih."
Beruntung Senja sudah memasang earphone bluetooth nya lebih dulu, meskipun masih terdengar teriakan-teriakan alay yang memalukan, tapi setidak nya ia bisa meredamnya dengan alunan lagu dari Ava max favorit nya.
Satu persatu teman cewek nya mengajukan pertanyaan pada cowok itu, hanya segelintir dari pihak cowok yang ikut bertanya, Senja tidak tau apa yang mereka bahas, tapi melihat bahasa tubuh teman-temannya, terlebih si Bintan dan kawan-kawan, sedikit banyak nya ia sudah bisa menebak.
Dan tibalah saat nya hal yang sangat di hindari nya, pandangan nya dengan cowok itu bersirobok saat Langit berjalan ke arah nya. Ia membiarkan tas nya tetap menguasai kursi di sebelahnya, pak Danu sudah keluar dari beberapa saat yang lalu, jadi bisa lah untuk nya sedikit mengerjai cowok itu sebagai perkenalan.
Namun, di luar dugaan BMKG, cowok itu berani mengambil Earphone nya yang sebelah kiri." gue mau duduk." ucapannya datar, mengacu pada tas nya agar segera ia singkirkan.
Senja mengulas senyum tipis nya, namun sorot matanya menajam, sekuat tenaga menekan emosi nya, bisa-bisanya murid baru itu begitu belagu padanya.
Tanpa kata ia menarik tas nya dengan kasar dan meletakkan nya ke dalam gerbong meja, tepat saat Bu Lastri memasuki kelas.
Ia sudah menyiapkan deretan kalimat sarkas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak penting yang mungkin akan di ajukan oleh cowok itu, tapi lihat lah dia. Tanpa kata ia meletakkan tasnya di atas meja disusul pantatnya yang mendarat dengan sempurna di samping nya.
" Assalamualaikum wr.wb. Silahkan tas dan buku catatannya di kumpulkan ke depan. dan ingat, hanya boleh menyisakan buku ulangan dan juga alat tulis di atas meja." seperti biasa, beliau berbicara sedari baru masuk kelas hingga sampai pada mejanya, bahkan saat tangannya sibuk mengeluarkan materi dari tas nya, mulut nya tak berhenti mengucapkan apa-apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan saat ulangan.
" Maaf Bu, tapi ada murid baru Bu, apa tidak di tunda saja ulangannya, kasian murid barunya."
Bu Lastri mengangkat wajah nya, tangan nya sibuk merapikan letak kacamatanya, seraya memendarkan pandangan nya untuk mencari posisi murid baru itu.
" iya kah? Mana murid barunya." tanpa di minta, Langit mengangkat tangannya.
Bu Lastri mengangguk." murid baru mendapat keringanan, tapi ulangan selanjutnya harus mengantongi nilai sempurna untuk mengejar ketertinggalannya."
Keputusan Bu Lastri itu mendapatkan keluhan hampir seluruhnya dari seisi kelas.
" seperti biasa, simak baik-baik pertanyaan nya Dan kalian hanya memiliki waktu lima menit untuk menjawabnya, tidak ada contekan, tidak ada toleh kanan kiri, tidak ada suara selain suara saya. Semuanya fokus pada buku ulangannya masing-masing. Dan yang baru mohon di simak, bagaimana metode ulangan pada pelajaran saya, dan gaya soalnya untuk referensi ulangan berikut nya."
" baik bu." Senja tidak terbiasa dengan suara yang berasal dari sebelah nya, jadi dengusan nafas nya spontan terdengar, bodo amat dengan tanggapan si Langit.
Keriuhan kelas memudar secara berkala, hanya dengan tatapan datar namun penuh penekanan dan kewibawaan yang terpancar dari balik kaca mata Bu Lastri.
" soal pertama. Sebuah gelombang merambat dari tali dengan persamaan simpangan y\= sin( 0,5t - 0,2x) m. Tentukan cepat rambat gelombang dan panjang gelombangnya!."
semua wajah menegang, Senja pengecualian. Bahkan sebelum Bu Lastri mengulang soalnya, ia sudah menulis rumus beserta jawabannya.
" saya ulangi...."
Suara Bu Lastri teralihkan oleh ucapan langit yang tiba-tiba. meski berbisik, ia tak budek meski ia mencoba mengacuhkan. " nama gue Langit." selain tidak tertarik, ia juga menghindari musibah yang sudah ia prediksi sebelumnya.
" waktu kalian lima menit dari sekarang!" Senja sudah hampir menjawabnya dengan sempurna, sebelum Langit kembali berbisik secara tiba-tiba.
" Bu Lastri galak ya." kali ini wajah nya condong ke arah telinganya. Senja menahan nafas saat lengkingan suara Bu Lastri memanggil nama nya, juga Langit meskipun dengan sebutan " anak baru."
Jantung nya berpacu, tangannya sudah meremat bolpoin nya dengan kuat, " SENJA ! ANAK BARU ! Keluar dan lari keliling lapangan sebanyak 10 kali, kalau sudah berdiri di bawah tiang bendera sampai pelajaran ibu selesai!"
" tapi Bu..." Senja sudah bersiap untuk membela diri.
" keluar !" dan seperti biasa, Bu Lastri adalah salah satu guru yang anti toleransi, ia yakin setelah ini dirinya akan tranding seantero sekolah, Senja si genius yang misterius di hukum untuk yang pertama kali nya, sial !
ia melirik penuh permusuhan pada cowok gila yang kurang kerjaan di samping nya, dengan sedikit hentakan kaki, ia melangkah keluar di ikuti oleh cowok menyebalkan itu, bonus bisik-bisik tetangga yang mengiringi nya.
" ini semua gara-gara Lo tau nggak !" serunya saat perjalanan menuju lapangan. Astaga, ia tidak siap melihat penampakan-penampakan yang ada di jendela setiap kelas yang dekat dengan lapangan.
" jadi seperti ini suara Lo !" Senja menghentikan langkahnya secara mendadak, lalu berbalik cepat bersiap untuk menyumpah serapahi cowok idiot yang sial nya menjadi teman sebangku nya terhitung mulai dari hari ini.
Namun secepatnya ia menyesali tindakan nya, karena pertama kali yang ia lihat adalah dada bidang Langit dengan jarak kurang lebih satu jengkal dari wajah nya.
Emosi nya semakin memuncak, sekuat tenaga ia mendorong Langit hingga ia terdorong mundur beberapa langkah. " Lo benar-benar gila ya ! Idiot tau nggak ! Hari pertama bukanya membuat kesan yang baik malah buat onar, mulai besok gue nggak mau liat elo ada di sebelah gue lagi, titik!"
Setelah itu ia melangkah lebar-lebar dengan nafas naik turun karena emosi, menuju lapangan sekolah yang sudah ada di depan mata.
Ia hanya bisa berdoa, semoga siluman itu benar-benar enyah dari sebelah nya mulai besok, dan ia bisa kembali hidup tenang seperti sebelumnya.
" dua putaran lagi." Senja menghentikan langkah nya, lalu membungkuk dengan kedua tangan yang bertumpu pada lutut nya, seluruh badan nya basah akan keringat, wajah nya memerah dan nafas nya pun tersenggal. Derita orang kurang gerak.
Ia mendesis dengan sorot penuh permusuhan, saat Langit berlari melewati nya tanpa kata. dalam sekejap ia sudah cosplay menjadi Artis pendatang baru, banyak mata yang berebut posisi di jendela hanya untuk melihat 'si genius' dan 'murid baru' tengah di hukum, bahkan ada pak Danu juga di sana, tersenyum tengil saat tak sengaja pandangan mereka beradu. Ini semua karena Langit!
" jangan terlalu lama berhenti, Bu Lastri lagi mantau tuh." reflek Senja meletakkan atensinya ke arah lantai dua, tepat di mana kelasnya berada, ada Bu Lastri yang tengah berpegang pada pembatas, tengah memperhatikan nya yang masih sibuk mengatur nafas. Sial! Mau tidak mau ia harus melanjutkan hukuman nya, walau tenaganya sudah hampir lowbat.
Senja mendengus melihat langit sudah mengambil posisi di bawah tiang bendera, sedang dia harus menyelesaikan putaran terakhirnya. Dasar nggak gantle! Harusnya Langit tidak meninggalkan nya seperti saat ini. Mau bagaimanapun juga, Senja dihukum juga karena ulah absurd nya.
" setidaknya be gantle! Gue belum selesai, Lo juga nggak boleh selesai!" ujar nya jengkel, ia membuang muka saat Langit menoleh padanya.
" oh Lo mau gue tungguin, kirain nggak mau." emosi Senja meningkat seketika. Harusnya, tanpa dirinya berbicara, Langit sudah mengerti apa yang harus di lakukan. Toh ia di hukum juga karena ulah nya, selain karena perbedaan gender yang cukup keramat di pembahasan apapun.
" sabar, Bu Lastri lagi mantau tuh. Lain kali gue tungguin deh." ledek nya tengil.
Senja membulatkan matanya, apa kata nya? lain kali? Agak lain nih cowok , membuat rencana mengusir cowok idiot itu semakin bulat." bodo amat!" sergah nya kesal.
" Senja, hormat Senja pada bendera, kayak besti mu itu." suara Bu Lastri menggema, mau tidak mau ia mengangkat sebelah tangannya. Hormat pada bendera katanya, yang ada hormat pada tiang, karena setiap selesai upacara, bendera akan di turunkan dan di simpan kembali di tempat nya.
Senja memejamkan matanya erat, saat melihat muka-muka yang tampak tahan tawa mendengar alarm Bu Lastri yang di balut oleh ledekan.
" Lo Senja, kan? Si murid genius. Pasti ini hukuman Lo yang pertama kali ya." senja berusaha mengabaikan celoteh Langit, dari mana Langit tau title yang tersemat dalam dirinya pun dia tak peduli.
Senja tidak mau menghabiskan energi nya untuk cowok modelan Saiko kayak dia. benak nya, sudah cukup berisik antara menahan malu, kesal, lelah dan rencana pengusiran demit yang tinggal disebelah bangku nya mulai besok.
" Lo judes kayak gini ke semua orang, atau cuma ke gue aja ?"
" duh! Bisa diem nggak sih Lo! Heran, kuat banget energinya!" sergahnya berakhir dengan sebuah gumaman lirih di akhir kata.
Senja menghela nafas seraya memutar manik matanya, malas. saat mendengar kekehan ringan dari sebelahnya. perasaan dia sudah cukup jutek deh, tapi kenapa berasa sedang ngelawak melihat tanggapan nya.
" Lo pindah pasti karena Lo sering bikin onar ya di sekolah sebelum nya." ucap nya tiba-tiba setelah diam cukup lama.
" hah?" senja menghela nafas, bertekad tidak akan mengulang meski Langit meminta nya.
" nggak kok, bokap gue ada mutasi kerja ke daerah sini, jadi mau nggak mau gue sekeluarga ikut pindah." persetan! Senja sama sekali tidak butuh jawaban sebenarnya, karena pertanyaan nya murni untuk menyentil mental Langit. Tapi, lihatlah responnya! Benar-benar otak udang.
" nggak nyangka, Lo ternyata cukup peduli ya sama gue, kirain enggak."
" emang enggak!" sergahnya jengkel, sebagian cewek-cewek di kelas lain histeris saat melihat ke arah mereka, membuat nya bingung dan tanpa sadar menoleh ke arah Langit. Benar dugaannya, si Langit sengaja tersenyum untuk menarik perhatian cewek-cewek yang memang kurang perhatian.
Lagian kenapa mereka bisa ngejogrok santai di jendela gitu, sih! Kelas mereka lagi kosong memangnya?.
" Lo bisa nggak, nggak usah senyum-senyum! " sergahnya cukup jengah melihat dirinya menjadi pusat perhatian. Tanpa menarik perhatian pun, posisi mereka saat ini jauh lebih menarik dari pada bermain di play ground sekalipun.
Langit reflek mengurai senyum nya." ya udah, senyum gue cuma buat Lo aja deh, kedepannya."
Senja menusuk-nusuk pipi bagian dalam nya dengan lidah nya, khas dirinya setiap merasakan kesal di ambang batas. Ia memberikan alarm untuk berhenti berbicara dengan cowok nggak waras model Langit.
Hingga akhirnya ia melihat Bu Lastri keluar dari kelasnya. Di susul Andre, sang ketua kelas dengan setumpuk buku ulangan di tangannya.
Senja lega sekaligus kesal, mengingat ia batal mengikuti ulangan, karena ulah absurd si anak baru.
Tanpa kata ia pergi meninggalkan lapangan, berniat ke toilet dulu untuk merapikan dirinya sebelum ke kelas, sekaligus mencuci muka nya agar mood nya sedikit lebih baik.
" senja nyusul ulangan nanti sepulang sekolah ya " ucap Bu Lastri yang berpapasan dengannya tanpa sengaja di koridor sekolah.
" baik, Bu."
" kalau saya, Bu?" senja sudah akan melenggang sebelum Langit nyeletuk dari belakangnya, ia hampir melupakan cowok itu tadi.
Bu Lastri memindai Langit dari atas kebawah." kamu mau juga? boleh deh. Temani Senja nanti. Kamu anak baru berperilaku lah yang baik, Itu sangat mempengaruhi nilai kesopanan mu di raport" senja melotot mendengar nya.
" baik, Bu."
Senja berbelok menuju toilet saat di ujung koridor." Lo denger kata Bu Lastri tadi, kayak nya kita cocok jadi Geng deh."
Senja menghela nafas kesal, ia berhenti tiba-tiba dan mendapati senyum Langit yang mengembang saat ia berbalik.
" Lo udah cek ke psikolog? Kali aja ada sesuatu hingga otak Lo agak geser kayak sekarang. Arah kelas bukan ke sini kalau Lo lupa!"
" Lo mau kemana?"
Senja mengepalkan tangannya, ini cowok beneran nggak ada kerjaan lain selain mengganggu nya?.
" bukan urusan Lo! Berhenti ngikutin gue!" sergahnya jengkel.
Senja melangkah lebar-lebar menuju toilet, emosi nya sudah naik ke ubun-ubun, mungkin saja sekarang kepalanya sudah mengeluarkan asap goib saking jengkelnya. Hari ini, adalah hari terburuk sepanjang ia sekolah di sini.
Ia mengeringkan wajah nya dengan tissue setelah selesai mencuci muka, mood nya sangat buruk saat ini, ia hampir kehilangan minat untuk melanjutkan pelajaran hari ini.
Teringat Langit yang tadi ia tinggalkan, semoga saja cowok ini mengerti bahasa manusia, dan berhenti untuk mengganggu nya.
Namun, ia sudah menyiapkan ancang-ancang untuk memukul kepala batu cowok itu, jika nanti ia menemukannya di luar toilet.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!