jadi artis dadakan

    Beneran kan, nama nya jadi tranding di papan Mading, lengkap dengan fotonya pula. Padahal Senja sudah menerka ini sebelumnya, tapi tetap aja dia kesal setengah mati.

   Sebelum ia pergi, ia kembali melihat pada sebuah artikel yang judul nya gede-gede, ' hukuman untuk si genius dan si anak baru ' , mana isinya ngawur semua lagi, pake acara bawa-bawa hubungan rahasia.

    Dengan langkah tergesa, ia berjalan menuju kelas IPS, mencari seseorang yang bertanggung jawab dengan artikel murahan itu.

    " Lo tau sendiri kan, Senja. apapun berita tentang Lo itu tranding dan rame banget, gue aja Sampek bingung memilah ratusan artikel untuk gue klik di sana." Duma meringis, matanya memancarkan binar yang justru membuat senja semakin jengkel.

    " emang artikel yang lain nggak ada gitu? Yang lebih bermutu?."

   Duma tampak berpikir sebentar, sebelum akhirnya menggeleng." kalau gitu isinya deh, apaan itu jelek banget isinya, bohong semua itu isinya, norak, nggak kreatif. Elo kan editor nya, lebih kreatif dikit Napa kalau mau memuat berita" protesnya menggebu-gebu.

   Duma kembali meringis, " sorry deh kalau itu membuat elo keganggu."

   Senja mengaitkan kedua lengannya di depan dadanya." banget! Gue harus sampai mengorbankan waktu berharga gue hanya untuk yang beginian nih, duit gue ilang tau nggak."

    Duma tampak mengernyit. Sejujurnya, tidak ada di muka bumi ini satu pun orang yang tau tentang pekerjaan rahasia nya, meski artikel yang dia unggah selalu menjadi berita hangat yang sangat menarik untuk di perbincangkan setiap harinya.

    " tapi yang melihat Mading berjibun, kan?" Senja mengangguk kesal.

    " itu tandanya artikelnya nggak norak, Senja. Lo hanya perlu bersabar. Pasti lambat laun kabarnya bakal tenggelam kok." sial! Mana bangga banget si Duma ngomong nya, kek nggak ada rasa bersalah sama sekali karena sudah mengganggu nya.

   " gue mau Lo turunin itu berita sekarang juga!"

   " yah, Senja. sayang banget, rame banget itu, gue nggak ada waktu buat buka email lagi." Duma memasang wajah memelas.

      " besok, gue mau itu papan artikel udah ganti judul, titik!"

      " gimana kalau Minggu depan?" Senja melepas sorot mata membunuh.

      " oke, deh. Oke!" lirih nya kecewa, Senja sih bodo amat. Kalau sudah clear gini, dia bisa tenang menjalani hari, meski tangan nya sudah gatal ingin merobek selembar kertas sialan itu.

      Belum hilang rasa kesalnya karena artikel murahan itu, emosi Senja kembali terpancing saat melihat markas favorit nya sudah penuh oleh Bintan beserta dayang-dayangnya.

      " tolong ya jangan nimbrung di sini, gue mau duduk, dan gue nggak mau di ganggu!"

    reflek ketiga manusia itu menoleh pada nya, jadi empat kalau dengan artisnya, si Langit. Lihatlah, mereka mengumbar ekspresi kesal, padahal di sini yang keganggu adalah dirinya.

    " tuh pacar gue ngamuk" Senja membulatkan matanya. Namun, tanpa mengulang kata, kata-kata sialan itu cukup ampuh untuk mengusir Bintan and the Genk.

     Ekspresi Langit berubah seiring kepergian tiga cewek yang mengklaim dirinya sebagai Artis sekolah itu.

   " gue kan udah bilang, kalau gue nggak mau lihat Lo di sini mulai hari ini!" ujar nya jengkel, namun Langit tampak mengabaikan nya, dengan sibuk pada ponselnya.

   Senja menutupi layar ponsel Langit , menekannya ke atas meja, hingga tangan nya dan juga tangan langit bertumpuk menjadi satu dengan ponsel sebagai pemisah nya." gue udah kehilangan banyak energi pagi ini, jadi tolong jangan memancing emosi gue!"

   " sayang, jangan marah-marah ih, kamu pasti lagi datang bulan ya." senja melotot, ia sudah bisa menerka kalau dirinya sedang menjadi pusat perhatian, saat ia mendengar sebuah hentakan kaki di belakang nya, sesaat setelah Langit berbicara.

   Sebagian teman-teman cowok nya meledeknya, sebagian lagi acuh, sedang para ciwi-ciwi pasti tengah kebakaran jenggot saat ini, terlebih si Bintan dan kawan-kawan nya.

   " Lo.." Senja sudah akan mengeluarkan kata-kata sarkas nya, namun ia kembali dibuat syok oleh tingkah Langit yang melenceng dari prediksi BMKG.

  " kamu pasti nggak nyaman ya." langit berdiri sejajar dengannya, tangannya di letakkan pada kedua pundak Senja, untuk membimbing cewek itu menuju meja nya.

   Senja sudah ingin berontak saat langit memasangkan sebelah Earphone pada telinganya, " bantu gue, atau gue akan bertingkah lebih konyol lagi dari ini." tatapan serius itu segera melembut saat senja tak bereaksi berlebihan karena otaknya sibuk bekerja keras.

    " minum ini, pasti kamu akan segera merasa baikan." langit menyodorkan botol minuman nya.kata-kata senja kembali tertahan karena melihat wajah Bintan dan teman-temannya terlihat lebih kesal dari dirinya.

   Otak genius nya tak bekerja dalam masalah ini, "langit,gue..." kata-kata nya yang penuh penekanan seakan meluap entah kemana saat Langit mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.

   " sudah tenang, aku ada di sini kok, kalau butuh apa-apa, tinggal ngomong aja." suasana kembali riuh, kayaknya hal kayak gini emang seru banget bagi mereka untuk di tonton.

   " Lo gila ya! Lo udah ngacak-ngacak hidup gue tau nggak! gue nggak mau tau, Lo harus pindah dari sebelah gue!" ujar nya penuh penekanan, kelas lagi rame-rame nya, jadi kecil kemungkinan ada yang mendengarkan suaranya.

   " Lo bilang sendiri aja sama pak Danu." Senja membulatkan matanya, tadi aku kamu, sekarang Lo gue. Sepertinya senja mulai paham konteks nya.

" tukeran sama Nina aja, Lang. Kalau senja nggak mau sebangku sama Lo." sialan! panjang juga telinga nenek sihir, padahal Senja sudah mengatur intonasinya loh biar aman.

Langit atau Nina? Benar-benar bukan pilihan yang bagus, yang senja ingin dia kembali sendiri, bukan Langit pergi lalu di ganti orang lain. apa lagi si Nina, anteknya si Bintan, bisa tambah kacau hari nya.

" nggak usah repot-repot, Senja cuma lagi merajuk aja karena kalian bergerombol di sini tadi.."

" iya kan, SAYANG?" lanjut nya penuh penekanan, wajah Langit sangat dekat dengan wajah nya, membuat nya kesulitan untuk menelan Saliva.

Langit masih menatapnya tajam sampai akhirnya ia terpaksa mengangguk." iya nggak usah, gue juga nggak bener-bener ngusir Langit, kok." seketika senyum lebar tercetak pada wajah Langit, ia kembali mengusap ujung kepalanya, terlihat seperti seorang cowok yang gemas pada cewek nya, tapi Senja berani bersumpah, ia ingin sekali mematahkan tangan kurang ajar itu.

Bintan kembali menghentakkan kakinya, dan memilih untuk meletakkan atensinya ke depan kelas, dari pada kesal melihat ulah Langit dan Senja.

" Lo bisa nggak acting nya nggak usah pegang-pegang!" bisik nya jengkel, sedang langit kembali mengusak kepalanya, kali ini agak kasar sebelum akhirnya ia mengangkat kedua bahunya dan kembali fokus pada ponselnya.

" Lo bener-bener ya!" pekiknya tertahan, wajah nya sudah memerah menahan kesal, sebelum akhirnya ia menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!