" dua putaran lagi." Senja menghentikan langkah nya, lalu membungkuk dengan kedua tangan yang bertumpu pada lutut nya, seluruh badan nya basah akan keringat, wajah nya memerah dan nafas nya pun tersenggal. Derita orang kurang gerak.
Ia mendesis dengan sorot penuh permusuhan, saat Langit berlari melewati nya tanpa kata. dalam sekejap ia sudah cosplay menjadi Artis pendatang baru, banyak mata yang berebut posisi di jendela hanya untuk melihat 'si genius' dan 'murid baru' tengah di hukum, bahkan ada pak Danu juga di sana, tersenyum tengil saat tak sengaja pandangan mereka beradu. Ini semua karena Langit!
" jangan terlalu lama berhenti, Bu Lastri lagi mantau tuh." reflek Senja meletakkan atensinya ke arah lantai dua, tepat di mana kelasnya berada, ada Bu Lastri yang tengah berpegang pada pembatas, tengah memperhatikan nya yang masih sibuk mengatur nafas. Sial! Mau tidak mau ia harus melanjutkan hukuman nya, walau tenaganya sudah hampir lowbat.
Senja mendengus melihat langit sudah mengambil posisi di bawah tiang bendera, sedang dia harus menyelesaikan putaran terakhirnya. Dasar nggak gantle! Harusnya Langit tidak meninggalkan nya seperti saat ini. Mau bagaimanapun juga, Senja dihukum juga karena ulah absurd nya.
" setidaknya be gantle! Gue belum selesai, Lo juga nggak boleh selesai!" ujar nya jengkel, ia membuang muka saat Langit menoleh padanya.
" oh Lo mau gue tungguin, kirain nggak mau." emosi Senja meningkat seketika. Harusnya, tanpa dirinya berbicara, Langit sudah mengerti apa yang harus di lakukan. Toh ia di hukum juga karena ulah nya, selain karena perbedaan gender yang cukup keramat di pembahasan apapun.
" sabar, Bu Lastri lagi mantau tuh. Lain kali gue tungguin deh." ledek nya tengil.
Senja membulatkan matanya, apa kata nya? lain kali? Agak lain nih cowok , membuat rencana mengusir cowok idiot itu semakin bulat." bodo amat!" sergah nya kesal.
" Senja, hormat Senja pada bendera, kayak besti mu itu." suara Bu Lastri menggema, mau tidak mau ia mengangkat sebelah tangannya. Hormat pada bendera katanya, yang ada hormat pada tiang, karena setiap selesai upacara, bendera akan di turunkan dan di simpan kembali di tempat nya.
Senja memejamkan matanya erat, saat melihat muka-muka yang tampak tahan tawa mendengar alarm Bu Lastri yang di balut oleh ledekan.
" Lo Senja, kan? Si murid genius. Pasti ini hukuman Lo yang pertama kali ya." senja berusaha mengabaikan celoteh Langit, dari mana Langit tau title yang tersemat dalam dirinya pun dia tak peduli.
Senja tidak mau menghabiskan energi nya untuk cowok modelan Saiko kayak dia. benak nya, sudah cukup berisik antara menahan malu, kesal, lelah dan rencana pengusiran demit yang tinggal disebelah bangku nya mulai besok.
" Lo judes kayak gini ke semua orang, atau cuma ke gue aja ?"
" duh! Bisa diem nggak sih Lo! Heran, kuat banget energinya!" sergahnya berakhir dengan sebuah gumaman lirih di akhir kata.
Senja menghela nafas seraya memutar manik matanya, malas. saat mendengar kekehan ringan dari sebelahnya. perasaan dia sudah cukup jutek deh, tapi kenapa berasa sedang ngelawak melihat tanggapan nya.
" Lo pindah pasti karena Lo sering bikin onar ya di sekolah sebelum nya." ucap nya tiba-tiba setelah diam cukup lama.
" hah?" senja menghela nafas, bertekad tidak akan mengulang meski Langit meminta nya.
" nggak kok, bokap gue ada mutasi kerja ke daerah sini, jadi mau nggak mau gue sekeluarga ikut pindah." persetan! Senja sama sekali tidak butuh jawaban sebenarnya, karena pertanyaan nya murni untuk menyentil mental Langit. Tapi, lihatlah responnya! Benar-benar otak udang.
" nggak nyangka, Lo ternyata cukup peduli ya sama gue, kirain enggak."
" emang enggak!" sergahnya jengkel, sebagian cewek-cewek di kelas lain histeris saat melihat ke arah mereka, membuat nya bingung dan tanpa sadar menoleh ke arah Langit. Benar dugaannya, si Langit sengaja tersenyum untuk menarik perhatian cewek-cewek yang memang kurang perhatian.
Lagian kenapa mereka bisa ngejogrok santai di jendela gitu, sih! Kelas mereka lagi kosong memangnya?.
" Lo bisa nggak, nggak usah senyum-senyum! " sergahnya cukup jengah melihat dirinya menjadi pusat perhatian. Tanpa menarik perhatian pun, posisi mereka saat ini jauh lebih menarik dari pada bermain di play ground sekalipun.
Langit reflek mengurai senyum nya." ya udah, senyum gue cuma buat Lo aja deh, kedepannya."
Senja menusuk-nusuk pipi bagian dalam nya dengan lidah nya, khas dirinya setiap merasakan kesal di ambang batas. Ia memberikan alarm untuk berhenti berbicara dengan cowok nggak waras model Langit.
Hingga akhirnya ia melihat Bu Lastri keluar dari kelasnya. Di susul Andre, sang ketua kelas dengan setumpuk buku ulangan di tangannya.
Senja lega sekaligus kesal, mengingat ia batal mengikuti ulangan, karena ulah absurd si anak baru.
Tanpa kata ia pergi meninggalkan lapangan, berniat ke toilet dulu untuk merapikan dirinya sebelum ke kelas, sekaligus mencuci muka nya agar mood nya sedikit lebih baik.
" senja nyusul ulangan nanti sepulang sekolah ya " ucap Bu Lastri yang berpapasan dengannya tanpa sengaja di koridor sekolah.
" baik, Bu."
" kalau saya, Bu?" senja sudah akan melenggang sebelum Langit nyeletuk dari belakangnya, ia hampir melupakan cowok itu tadi.
Bu Lastri memindai Langit dari atas kebawah." kamu mau juga? boleh deh. Temani Senja nanti. Kamu anak baru berperilaku lah yang baik, Itu sangat mempengaruhi nilai kesopanan mu di raport" senja melotot mendengar nya.
" baik, Bu."
Senja berbelok menuju toilet saat di ujung koridor." Lo denger kata Bu Lastri tadi, kayak nya kita cocok jadi Geng deh."
Senja menghela nafas kesal, ia berhenti tiba-tiba dan mendapati senyum Langit yang mengembang saat ia berbalik.
" Lo udah cek ke psikolog? Kali aja ada sesuatu hingga otak Lo agak geser kayak sekarang. Arah kelas bukan ke sini kalau Lo lupa!"
" Lo mau kemana?"
Senja mengepalkan tangannya, ini cowok beneran nggak ada kerjaan lain selain mengganggu nya?.
" bukan urusan Lo! Berhenti ngikutin gue!" sergahnya jengkel.
Senja melangkah lebar-lebar menuju toilet, emosi nya sudah naik ke ubun-ubun, mungkin saja sekarang kepalanya sudah mengeluarkan asap goib saking jengkelnya. Hari ini, adalah hari terburuk sepanjang ia sekolah di sini.
Ia mengeringkan wajah nya dengan tissue setelah selesai mencuci muka, mood nya sangat buruk saat ini, ia hampir kehilangan minat untuk melanjutkan pelajaran hari ini.
Teringat Langit yang tadi ia tinggalkan, semoga saja cowok ini mengerti bahasa manusia, dan berhenti untuk mengganggu nya.
Namun, ia sudah menyiapkan ancang-ancang untuk memukul kepala batu cowok itu, jika nanti ia menemukannya di luar toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments