"Coba Aku pikir - pikir dulu." aku mulai memasang ekpresi berpikir.
"Orang tuaku mintaku bekerja di perusahaan mereka, tapi aku pengennya yang sesuai bidang yang udah aku ambil." ucapku, seolah memberikan penjelasan.
"Tapi, kenapa tiba - tiba tanya, itu?" tanyaku, menatap bingung.
"Haha ... aku tadinya berniat berniat memberikan tawaran pekerjaan, aku sampai lupa siapa kamu." sesaat ia tertawa, sementara aku hanya diam memperhatikannya.
Kami bersantai sejenak, dan mengobrol hal lain.
Waktupun berlalu dengan cepat, dan aku merasakan perubahan udara. waktunya pulang.
Beberapa hari kemudian ....
Tentu saja aku masih merevisi skripsiku,
bukan hanya aku semua mahasiswa memilki masalah versi mereka masing - masing dengan skripsi.
Setelah sampai dirumah, aku masuk kedalam bersandar pada kursi diruang tamu. dan mencoba merasa rileks.
Aku menyandarkan kepalaku, dan memijat - mijat keningku.
Suara langkah kaki mendekat kearahku, membuatku kembali pada keyantaan.
Aku berbalik, dan melihat Ibuku berjalan ke arahku dengan membawa segelas minuman. kemudian ia meletakkannya ke meja.
"Sayang, ayo minum." aku tersenyum, lalu mengambilnya.
Aku meletakkan minumanku, lalu saat aku mengambil ponselku, sesuatu lain di meja itu terjatuh.
Aku melihat ada dua berkas, berkas apa itu?
Saat aku berpikir untuk mengambilnya, Mama lebih dulu mengambilnya.
"Ma?" Mama berdiri, sementara aku menatap bingung ke arahnya.
"Mama ... Mama mau taruh ini ke kamar, dulu ya," pamitnya.
Aku terdiam, saat mataku mata punggung Mama yang membelakangiku, dan perlahan menghilang dari pandanganku.
Aku bisa mendengar suara Mama berbicara pada bibik, tapi aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.
Tak lama ibuku kembali ketempatku, aku berusaha bersikap biasa - biasa saja setelah ibuku duduk disebelahku.
"Ma, tadi itu berkas apa?" tanyaku, mama tampak berpikir untuk menjawab pertanyaanku.
"Berkas kantor biasa, kenapa bertanya?" tanyanya.
"Bukan apa - apa, yaudah kalau begitu Shania kekamar, ya." pamitku ke Mama.
Setelah berpamitan, aku berjalan menaikki tangga menuju ke kamarku, kini pikiranku dipenuhi oleh berkas itu. Karena sikap Mama yang terkesan berusaha menutupinya.
Sebenarnya berkas apa itu?
Tiba - tiba semuanya menjadi terlalu berat untukku, hingga membuat kepalaku sedikit sakit.
Aku mendengar suara Papa memanggilku, tak lama kemdian aku berjalan kearah pintuk untuk membukakan pintu.
Saat aku melihat Papa di hadapanku, aku menyadari belakangan ini aku jarang melihat Papa dirumah.
Aku berpikir, apakah pekerjaan Papa terlalu berat hingga membuat Papa jarang berada dirumah.
"Papa? ada apa?" tanyaku, seraya menatap bingung ke arahnya.
"Papa cuma mau melihat putri Papa satu - satunya, kamu baik - baik saja, kan?" tanyanya, pertanyaan yang tiba - tiba itu membuatku semakin bingung.
"Baik, kenapa Papa tiba - tiba bertanya kayak gitu?" tanyaku, seraya menatap bingung kearahny seolah meminta kejelasan.
"Sayang, apa kamu bisa mempercepat untuk bekerja di perusahaan, Papa?" pikiranku kacau balau seketika, perasaanku bercampur aduk.
Aku berharap aku salah dengar, soal Papa yang ingin aku secepat mungkin bekerja di kantornya. Tapi ternyata aku tidak salah dengar sama sekali.
Aku merasa ini terlalu cepat, tapi cepat atau lambat semua ini akan terjadi.
"Kenapa?" tanyaku, aku berharap mendapat jawabannya secara langsung.
"Sayang ... sebenarnya ada yang perlu Papa katakan, ke kamu." mendengar itu, aku semakin penasaran.
...Sebenarnya ada apa?...
"Papa harus mengurus perusahaan Papa, yang ada di paris, ada sedikit masalah." jelasnya, akhirnya aku mengerti kenapa sikap Mama terkesan menutupi sesuatu.
"Jadi ... Papa bisa mengandalkan kamu, kan?" tanyanya, sebenarnya aku perlu waktu untuk berpikir.
Tapi untuk membuat orang tuaku tenang, aku menyanggupi permintaan mereka.
"Makasih ya sayang, Papa tahu Papa bisa mengandalkan kamu." ucap Papa dengan senyum yang mekar diwajahnya, aku membalas senyumannya. Kemudian Papa memelukku.
Malam harinya ....
Aku benar - benar masih terkejut saat mengetahui orang tuaku akan pindah, namun aku menyadari kalau mereka juga tak punya pilihan lain.
Aku segera membuang pikiranku, dan teringat kalau aku masih harus menyelesaikan skripsiku.
Hpku berbunyi, segera setelah aku membuka laptopku. Dean lebih cepat dariku, lebih cepat untuk mengangguku lebih tepatnya.
Aku mengabaikan telpon dari Dean, dan melanjutkam kegiatanku.
...06 : 00...
...Pagi harinya aku terbangun .......
Rumah ini terasa sepi dan sunyi, tidak seperti biasanya.
"Pagi, Non." sapa Bibik.
"Kemana semua orang, Bik?" tanyaku, menatap penuh heran kearahnya.
"Semuanya sudah pergi kekantor, Non." setelah memberitahuku, Bibik kembali kedapur. sementara aku tenggelam dalam pikiranku.
Aku menghabiskan sarapan, dan pergi keluar rumah. berjalan - jalan sejenak membuatku melupakan semua beban yang ada dipikiranku.
...08 : 00...
Aku melihat, ketika tatapan kami saling bertemu ia menghampiriku.
"Lo ngikutin gue, ya?" tanyaku, dengan nada penuh heran.
"Enak aja, gue pagi biasa disini kali, lo kali ... " aku memutar bola mata malas, dan memalingkan wajahku ke arah lain. disaat bersamaan ia mengambil kesempatan itu untuk duduk disebelahku.
"Siapa yang nyuruh lo, duduk disebelah, gue?" tanyaku, dengan nada sinis.
"Siapa yang bilang, gue nggak boleh duduk disini?" aku menghela nafas, aku harusnya tahu lebih awal. kalau meladeninnya tak akan pernah ada ke sudahan.
Kami duduk bersebelahan dan tanpa bicara apapun. hingga ....
Tak lama kemudian aku mendapatkan pesan, dan itu dari Julian.
"Julian, lagi?" aku mengabikannya dengan sibuk membalas pesannya, sementara Dean tampak memperhatikan aku.
"Sha." panggilnya dengan nada tak biasanya, membuatku langsung menoleh.
"Apa?" tanyaku, tatapan kami saling bertemu. entah kenapa menatap matanya, membuat jantungku berdegub tak karuan.
...Kenapa aku merasa seperti itu?...
"Lo bisa berhenti berhubungan dengan Julian, nggak?" tanyannya, sementara aku menatap bingung kearahnya.
"Kenapa ti _ "
"Gue, nggak terlalu suka, melihat lo berhubungan dengan, Julian."
...Eh?...
Kenapa tiba - tiba bicara seperti itu?
"Kenapa? Julian orang yang baik, sementara lo," aku memberi jeda pada perkataanku, sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
"Selalu ganggu, gue." sambungku.
"Jadi menurut lo, selama ini gue ganggu, lo?" tanyanya, entah cuma perasaanku, tapi terselip sesuatu dari pertanyaannya itu.
...Seperti .......
"Apa lo nggak ngerti, dari sikap gue?" tanyanya.
Seperti memintaku, untuk memahami semua tindakkannya selama ini.
Beberapa saat kemudian ....
Aku menghindari tatapannya, dan ia menyadari itu. suasana menjadi canggung seketika.
...Drrtt !!!...
Keheningan diantara kami, terpecahkan oleh suara dering diponsel Dean.
Ia tersenyum, dan aku bisa melihat ada yang berbeda dari tatapannya saat menatap layar ponselnya.
"Kalau gitu, gue pergi." pamitnya, aku tak memeberikan respon apapun. sementara Dean tetap meninggalkanku.
Aku pulang dengan mobilku menyusuri jalan yang biasa aku lewati, dan untuk pertama kalinya pikiranku terasa jernih setelah beberapa hari terakhir.
...Keesokan harinya .......
...06 : 00...
Aku terbangun dari tidur pulasku, karena suara dari ponselku terus saja berbunyi.
Aku melihat sekilas kearah meja, tapi hpku tidak ada disana.
Aku bangun, dan mendapati ponselku dibawah bantal. satu panggilan tak terjawab dari Dean.
...Pria ini ... kira - kira kapan ia akan berhenti menggangguku?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments