Semua sudah ku rancang sebaik mungkin, apa yang akan aku lakukan jika bertemu Kaivan lagi. Dari mulai melengos pura-pura tidak kenal sampai bersikap sok cool menyapanya bak teman lama. Tapi tak ada satupun rencana itu yang terwujud. Alih-alih, aku malah pasrah ketika Kaivan menggelungku dengan kehangatannya.
Selalu saja begini. Aku selalu lemah di hadapan Kaivan. Tak peduli setinggi apa benteng yang sudah ku bangun untuk membatasi jarak antara kita, tapi semua luluh lantak hanya dengan tatapan matanya. Seperti malam tadi, kita bercinta melepas rindu yang menggelora setelah bertahun-tahun tidak bersua.
Kaivan Alromano Baird.
Siapa sangka mantan terindah ku ini kini menyandang nama keluarga Baird. Keluarga paling berpengaruh di Italia. Tak hanya menaungi perusahaan tempatku bekerja, keluarganya juga merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan tempat Sadeva, tunanganku, bekerja. Dan baru saja, aku mengkhiantai tunanganku, bercinta dengan Bos besar pemilik Vittorio Group.
"Jadi.. sejak awal kamu sudah tau?" aku masih bergelung dibalik selimut tebalnya.
Kaivan berdiri di dekat jendela, menikmati hembusan udara pagi yang masuk membelai dada telanjangnya. Dia mengangguk.
"Kenapa kamu muncul lagi?"
"Karena aku mau" pandangannya beralih menatapku.
"Malam itu.. apa yang terjadi malam itu? Kenapa aku bisa ketiduran di sini tanpa sehelai benangpun?" aku mencoba menggertak, mencari penjelasan atas kejadian di malam itu.
Dia menyeringai. Seringai jahat yang sangat membuatku muak, tapi juga... rindu.
"Karena kamu mau" ucapnya sambil berjalan pelan ke arah aku.
Cuih. Alasan macam apa itu. Mana bisa aku mau, aku bener-bener tidak sadar diri malam itu.
"Kenapa? Kamu tidak percaya?" dia membaca ekspresi yang tertulis di wajahku, "Akan aku buktikan..." dengan sekali tarik dia menyibak selimut yang menutupi tubuhku, "...kalau kita menginginkan satu sama lain"
Kedua tanganku ditahan di atas kepala. Penolakanku tak berarti apa-apa melawan tenaganya. Dan ketika dia menguasai diriku, buncahan rasa yang dibumbui benih-benih rindu menggelapkan logika. Aku terbawa suasana dan dengan tanpa daya menyerahkan sekali lagi diriku untuk menjadi miliknya. Milik lelaki yang selalu mengisi sebuah tempat jauh di relung hatiku, sebuah tempat yang tak pernah bisa digantikan siapapun.
Aku menangis. Aku sudah mengkhianati tunanganku. Tak hanya sekali, namun berkali-kali.
"Percuma menangis, semuanya sudah terlanjur terjadi" komentarnya sadis. Kaivan mengganti rangkaian bunga baby breath di vas biru laut dekat jendela.
Aku menyeka air mata, "Ini kesalahan. Kita tak seharusnya bertemu lagi"
"Bukan. Ini takdir. Takdir yang membawamu kembali ke ranjangku, Stella"
"Aku akan menikah" ucapan ku menghentikan aktivitasnya selama beberapa detik, sebelum akhirnya dia menyerangai dan berkata, "Menikahlah"
Ada sebuah perasaan sakit mengetahui bahwa dia tidak mencoba menghentikanku.
Kaivan berjalan mendekat membawa rangkaian baby breath-nya. Dengan satu tangan dia menaruh rangkaian bunga itu dipangkuan aku.
"Baby breath?" bunga itu mengambil alih seluruh atensiku.
"Kau mengingatnya?"
Bibirku bergetar, tanganku terasa dingin. Kaivan duduk di sebelahku, bibirnya mendekat dan berbisik, "Kenapa kau meninggalkannya, Stella? Bayi kita..."
Aku menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mataku, "Kau yang pergi Kai.. kau yang meninggalkan kami"
Aku terisak mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam. Usia kita masih sangat muda. Karena gairah yang begitu menggelora, kita melakukannya tanpa pemikiran matang. Dan akhirnya, aku hamil. Keluargaku merasa sangat malu dan dengan penuh kesadaran aku memutuskan untuk pergi dari rumah. Meskipun pada awalnya aku merasa lega karena Kaivan mau bertanggungjawab, tapi kisah kita tidak seindah seharusnya. Kita masih terlalu muda, ego kita masih terlalu tinggi, setiap hari yang ada hanya pertengkaran. Hingga suatu pagi, saat usia kehamilanku sudah tua, karena sebuah perdebatan Kaivan marah dan membanting pintu. Aku kira malam itu dia akan kembali lagi seperti biasanya, membawakan aku seikat Baby Breath dan mengajakku berdamai seperti sedia kala. Tapi malam itu, aku menunggunya sampai pagi, tak ada tanda-tanda dia akan kembali. Aku sudah mencarinya berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan sampai anak kita lahir, tapi dia tak juga kembali.
Aku merasa rapuh, kalut, jatuh sejatuh-jatuhnya. Aku tidak punya apa-apa, pekerjan pun seadanya. Hanya ada satu harapanku, sebuah beasiswa Interior Design di Roma. Awalnya aku hanya ingin meninggalkan bayi itu sementara, hanya sampai aku bisa kembali dengan kondisi yang lebih baik. Dengan pemikiran yang belum dewasa, aku tinggalkan anak itu di sebuah Panti Asuhan. Dua tahun berlalu, ketika aku sudah mendapat gelar dan pekerjaan yang mumpuni, aku kembali ke Panti Asuhan untuk menjemputnya. Tapi naas, Panti Asuhan telah ditutup dan aku kehilangan jejak mereka. Berbagai macam usaha sudah aku lakukan, tapi hasilnya nihil. Sebuah kebodohan yang sampai sekarang masih aku ratapi.
"Maaf.. aku pecundang yang tak berguna" sorot mata Kaivan berubah menjadi layu, dia merutuki dirinya sendiri. "Beberapa orang tiba-tiba menangkapku, dan ketika aku sadar aku sudah berada di Roma, lebih tepatnya di rumah keluarga Baird"
Kaivan berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Mereka memberitahuku bahwa aku adalah pewaris satu-satunya di keluarga mereka dan memaksaku tinggal di sini. Mereka mengancam akan melakukan hal buruk pada Matteo jika aku tidak menuruti keinginan mereka."
"Matteo?" nama itu dengan sukses mengambil alih semua atensiku. "Matteo? Anak kita? Dia masih hidup?"
Kaivan mengangkat wajahnya, memandangiku lekat-lekat, dan mengangguk pelan.
"Dimana.. dimana dia? Matteo, dia baik-baik saja kan?" aku memegang tangannya, berharap mendapat berita baik.
"Matteo.. dia.." ucapannya terhenti, Kaivan memandang putus asa ke arahku, dan sebuah firasat buruk tiba-tiba menggeleyar masuk memutus untaian harapan yang sebelumnya telah bermekaran.
“Dia..”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tania Indah Purnama
penasaran
2022-08-08
0
Chybie Abi MoetZiy
💞💞💞💞💞
2021-05-24
0
luluk
lanjut
2021-03-12
0