"Awww, kepalaku sakit sekali." rintih Alina terbangun dari tidurnya saat rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya.
Dia menekan dahinya dengan tangan agar mengurangi rasa sakit yang dirasakannya.
Kemudian merasa risih karena punggung dan kepalanya terasa sakit karena meniduri sesuatu yang keras.
"Kenapa tidak ada kasur disini, dan apa ini? bantalnya keras sekali." keluhnya kesal.
Dia terduduk disisi ranjang kayu yang hanya dilapisi sebuah kain, lalu mengedarkan pandangannya. Terlihat ruangan dengan suasana kuno dan banyak ukiran didinding ruangan serta banyak sekali barang-barang aneh yang baru dilihatnya.
"Tempat apa ini? Apa yang terjadi? Bukan kah seharusnya aku berada di kampus lalu kemudian..." pikir Alina mengingat kejadian terakhir yang dialaminya.
"Ah sial! pria bodoh itu telah menembakku, padahal kami baru saja bertemu. Dan apa ini? seharusnya aku sudah mati, tapi mengapa aku berada disini?"
"Apa-apaan ini? mengapa tubuhku jadi kecil? dan mengapa warna kulitku jadi gelap seperti ini?" ujar Alina meneliti semua lekuk tubuhnya.
Dia beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah meja rias yang ada disisi ranjang lalu melihat pantulan dirinya dicermin.
Alina membulatkan mata saat melihat pantulan dirinya dicermin, "A-aku, mengapa wajahku jadi seperti ini? Ini bukan wajahku! Kenapa aku jadi kecil dan jelek seperti ini?!"
Alina memegang dadanya syok, dia kembali ketempatnya semula dan seketika rasa sakit kembali menyerang kepalanya.
Ditengah rasa sakit yang dia rasakan, satu persatu fragmen kenangan mengalir cepat di otaknya. Kepala yang awalnya kosong, menjadi penuh dengan kilasan ingatan dari sang pemilik tubuh sebelumnya.
Nama gadis kecil ini adalah Zhang Me, yang baru berusia 15 tahun
"Aku reinkarnasi?" ucap Alina saat rasa sakit dikepalanya sedikit berkurang.
"Awalnya aku tidak percaya tentang sesuatu seperti ini, tapi ini benar-benar terjadi."
"Dan kulit gelap ini ternyata hanya sebuah tanah yang menempel." lanjut Alina, kemudian menggosok bagian lengannya dan seketika lengan yang awalnya gelap kini berubah warna.
Sebenarnya Alina mendapatkan sebuah ingatan tentang pemilik tubuh sebelumnya yang sengaja menutupi seluruh tubuh hingga wajah untuk di lumuri tanah agar terlihat jelek, dan semua itu bukan tanpa alasan.
"Kau akhirnya terbangun setelah tiga hari tak sadarkan diri .." ucap Seseorang dan refleks membuat Alina menoleh ke sumber suara.
"Minum lah ini terlebih dahulu." sambungnya, kemudian menuntun Alina meminum sebuah ramuan obat yang ada pada wadah kecil.
"Pahit sekali." keluh Alina mengernyit.
Saat ini di depannya terdapat seorang wanita dan pria sedang duduk di tepi tempat tidur yang ditempatinya, jika dilihat dari wajahnya, mereka setidaknya berusia 30 tahunan.
"Kalian siapa?" tanya Alina menatap mereka bergantian.
"Aku Meng Ye dan dia suamiku Li An." jawab wanita bernama Meng Ye.
"Aku menemukan nona di hutan saat berburu, awalnya kami mengira nona sudah tiada, tapi melihat nona sadar membuat kami senang." ucap Li An.
Alina tersenyum, dia bisa melihat ketulusan dari keduanya.
"Nona muda, kami bisa memanggilmu dengan sebutan apa? Dari mana nona berasal? Kami akan mengantar nona kembali." tanya Li An tersenyum lembut.
"Namaku Zhang Me aku berasal dari kekaisaran Bao." jawab Alina.
Li An dan Meng Ye saling tatap, pasalnya mereka tidak pernah mendengar ataupun mengetahui tentang Kekaisaran Bao.
"Nona Me, apa kau tidak salah? Kami tidak pernah mendengar tentang kekaisaran Bao..." saut Lin An.
Alina mengangkat sebelah alisnya, dia mengetahui tentang Kekaisaran Bao dari kenangan Zhang Me.
Alina menggaruk kepalanya, dia berusaha berfikir tentang sesuatu yang berhubungan dengan Kekaisaran Bao hingga sesuatu terlintas dipikirannya.
"Tanah kultivator..." ucap Alina.
Li An menunjukkan ekspresi bingung, berbeda dengan Meng Ye yang terlihat terkejut.
"Tanah kultivator? Apa nona yakin?" tanya Meng Ye memperjelas.
"Iya, memang ada apa?" tanya Alina linglung.
"Aku pernah membaca sebuah buku kuno tentang tanah kultivator yang memiliki banyak orang kuat, bahkan setara dengan Dewa. Aku mengira tanah kultivator itu tidak pernah ada, mengingat buku yang kubaca adalah peninggalan leluhur dan juga tidak pernah ada kabar tentang seseorang yang pergi ke tanah kultivator. Tapi melihat nona ada disini, sepertinya memang benar adanya..." jelas Meng Ye membuat Alina semakin bingung.
"Memang saat ini aku ada dimana? Mengapa kalian tidak tau tentang tanah kultivator?" tanya Alina.
"Saat ini nona berada di Kekaisaran Qing, salah satu kekaisaran yang ada di Benua Pendekar..." jawab Li An.
"Benua pendekar ya..." gumam Alina sambil ngangguk-ngangguk.
"Bagaimana agar aku bisa kembali ke tanah kultivator?" tanya Alina penasaran.
"Cara satu-satunya adalah nona harus bisa membuat portal dimensi untuk melakukan teleportasi." jawab Meng Ye.
"Mengapa kau tau begitu banyak tentang semua itu?" tanya Li An sambil memicingkan mata menatap Meng Ye.
Meng Ye menggaruk pipinya lalu menjawab, "Sebenarnya buku kuno yang kumaksud adalah milik leluhurku yang pernah ke tanah kultivator, dan itu sudah sangat lama sekali." Li An mengangguk mendengar penjelasan Meng Ye.
Disisi lain Alina sibuk dengan pemikirannya sendiri, dan memutuskan untuk tidak kembali terlebih dahulu karena memang untuk saat ini dia belum bisa kembali.
"Hmm, untuk sementara apa aku bisa tinggal bersama kalian?" tanya Alina ragu-ragu.
Li An dan Meng Ye saling tatap lalu tersenyum lembut pada Alina.
"Tentu saja, kami akan sangat senang..." ujar Li An sambil mengelus kepala Alina dengan lembut.
"Apakah aku boleh menjadikan kalian keluargaku, dan memanggil kalian ayah dan ibu?" tanya Alina menunduk dalam, dia merasa sangat nyaman dengan perlakuan Li An dan Meng Ye yang sangat lembut, layaknya orang tua pada anaknya membuat Alina teringat orang tuanya terutama Ayah pada kehidupan sebelumnya.
Meng Ye meneteskan air mata sambil tersenyum haru, "Tentu, sangat boleh, kami sangat senang." jawab Meng Ye meraih Alina dan memeluknya.
"Terima kasih ibu, ayah..." ucap Alina setelah melepaskan pelukan.
Meng Ye tak bisa membendung tangisnya, bukan tangis kesedihan, tapi kebahagiaan, "Akhirnya kita memilik seorang putri..." lirih Meng Ye beralih memeluk Li An.
"Kau benar..." saut Li An mengelus kepala Meng Ye lembut.
Selang beberapa detik, Meng Ye melepas pelukan, membersihkan sisa air matanya, dan menatap Alina sayang.
"Baiklah, kau harus istirahat dan memulihkan keadaanmu, ibu akan menyiapkan beberapa kebutuhanmu..." ujar Meng Ye membantu membaringkan tubuhnya kembali.
"Dan ayah akan berburu sesuatu untukmu." lanjut Li An tersenyum lembut.
Li An dan Meng Ye meninggalkan ruangan tempat Alina dengan perasaan sangat senang.
Mereka adalah pasangan yang sudah lama menikah namun tak kunjung mendapatkan keturunan, dan mereka tidak mengetahui apa sebabnya.
Dan setelah Alina mengatakan ingin menjadikan mereka keluarga, tentu membuat mereka sangat senang.
"Aku ingin sekali membersihkan tubuhku terlebih dahulu, tapi aku menjadi sangat mengantuk setelah meminum obat yang diberi ibu..." ucap Alina seraya menutup mulutnya yang menguap.
"Lebih baik aku beristirahat saja untuk memulihkan kondisi tubuhku dan meningkatkan kemampuanku. Tubuh ini juga tidak terlalu lemah, bahkan mempunyai tingkatan kultivasi yang cukup tinggi untuk anak seusianya." lanjut Alina, lalu mengubah posisi tidurnya menjadi lebih nyaman dan menutup mata menuju ke alam mimpi.
Terima sudah membaca...
Jangan lupa untuk selalu mendukung cerita ini yaaaa.
Salam hangat dari author hehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Demon Samsul
"menarik"smirk
2021-08-29
2
Windy Hapsarini
aq suka ceritanya Thor..
2021-03-29
0
AK_Wiedhiyaa16
Menarik,,
Lanjut please
2020-12-10
1