Chapter 01- Tikus-Tikus Sampah

Dentuman suara musik yang keras memenuhi seluruh ruangan, bau alkohol yang menyengat dan terlihat orang minum dan bercumbu dengan tenang seolah mereka tak memiliki rasa malu sedikitpun.

Lantai dance penuh dengan orang-orang yang menari mengikuti irama musik keras, dan bar yang dipenuhi dengan orang yang minum.

Alina mengalihkan pandangan ke arah sekerumunan orang yang sedang asik menari riang di lantai dance tepatnya di tengah ruangan, mereka menyatu menjadi satu.

Lalu beralih menatap beberapa pria yang sedang duduk di sofa dengan dikelilingi banyak perempuan cantik dan sexy, bahkan ada yang duduk manja di pangkuannya.

Saat ini, Alina sedang berada di sebuah club malam yang ternama dan terkenal, dan tidak sembarang orang bisa mendatanginya.

Alina memfokuskan pandangannya pada pria yang sedang sibuk menuangkan minuman ke beberapa gelas.

"Beri aku minuman." pinta Alina yang sedang duduk santai di bar.

Pria itu menatap Alina heran, dan kemudian tersenyum. Sepertinya dia baru menyadari kehadiran Alina, "Baik..." sautnya sambil mengangguk.

Berada di mansion sendirian sungguh membuat Alina sangat bosan. Ditambah lagi banyak sekali pengantar barang yang datang dengan membawa kiriman hadiah dari para pria brengsek yang sering mengejar-ngejarnya, bahkan ada yang sampai nekat menjemput Alina untuk diajak keluar, namun sayang ditolak mentah-mentah.

"Ini minumannya..." ucapnya memberikan segelas minuman pada Alina.

Alina tersenyum, lalu meraih minuman tersebut dan segera meminumnya sampai tandas.

Minuman yang Alina minum hanyalah jus apel kesukaannya. Mungkin kalian heran, bagaimana bisa di tempat seperti ini tersedia jus? Yah, karena pria yang bekerja di bar itu adalah teman dari Alina, namanya Ray. Alina meminta kepada Ray untuk selalu menyediakan jus apel jika dia berada disini.

Meskipun Alina sering ke club malam, tetapi dia tidak meminum alkohol atau minuman sejenisnya. Ia tau minuman seperti itu tidak baik untuk kesehatan. Lagipula dia masih menyayangi tubuhnya, karena tujuannya untuk datang kesini hanya untuk bersenang-senang, dan bersenang-senang yang ia maksud hanyalah menari bebas mengikuti irama musik tanpa ada beban sedikitpun.

"Apa kau sendiri?" tanya Ray sedikit berteriak.

"Apa aku pernah datang bersama seseorang?" saut Alina.

Ray tersenyum seraya menghentikan kegiatannya sejenak, lalu melanjutkan kembali tanpa membalas perkataan Alina.

"Halo cantik..."

Alina menoleh kesamping, dan melihat pria seumuran dengannya tengah tersenyum padanya, "Ada apa?" tanya Alina sarkastik.

Tanpa aba-aba, pria itu langsung menggerakkan tangannya menyentuh dagu Alina lalu tersenyum nakal, "Ayo bermain denganku..." balasnya.

Alina menepis tangan pria itu lalu beranjak dari tempatnya menuju lantai dance tanpa memperdulikan pria tersebut. Sedangkan pria itu hanya membulatkan matanya tak percaya, karena selama ini tak ada wanita yang menolaknya kecuali Alina yang baru saja menolaknya.

Saat tiba di lantai dance, Alina menggerakkan tubuhnya menari mengikuti irama musik ditengah dikerumunan orang banyak dan sesekali memejamkan mata menikmati musik.

Sesaat kemudian Alina tersentak saat merasakan seseorang memegang pinggangnya dari arah belakang.

Alina mencoba berbalik dan melihat pria yang tak dikenal tersenyum padanya, "Siapa pria gila ini? Menjengkelkan sekali." batin Alina.

Alina bergerak berpindah tempat dan kembali menari mengikuti irama musik.

Sekali lagi Alina merasakan seseorang menyentuhnya, tetapi dibagian perut. Ia berbalik dan melihat orang yang sama yang juga tadi memegang pinggangnya, "Ah! Apa dia sudah bosan hidup?" omel Alina pelan.

Alina menatap pria itu lama, lalu mendekat padanya, "Aku akan membuatmu frustasi..." gumam Alina tersenyum sinis.

Kemudian Alina memulai aksinya dengan melingkarkan kedua lengannya di leher pria tersebut, dan langsung mendapat respon dengan kedua lengan pria itu bergerak melingkar di pinggangnya.

Alina sengaja mendorong tubuhnya agar menempel pada tubuh pria tersebut hingga tak ada lagi jarak diantara mereka.

Dia tanpa sadar memperhatikan dengan seksama wajah pria yang ada di depannya.

Bentuk bibir yang sexy, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik yang sangat cocok dengan mata hitam bak elang miliknya.

"Ah dia tampan sekali...." batin Alina menatap kagum pria di depannya. Tetapi baginya tidak ada yang lebih tampan selain Ayahnya.

Tidak berbeda dengan Alina. Pria itu juga memperhatikan wajah Alina intens sampai lupa untuk berkedip, seakan takut melewatkan pemandangan indah yang ada dihadapannya.

Alina mengedipkan kedua matanya beberapa kali saat merasakan pipinya ditepuk pelan, dan mendapati pria yang ada dihadapannya tengah tersenyum melihat tingkah Alina yang menurutnya sangat menggemaskan.

Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu. Alina menatap tepat di bola matanya. Dia tertegun, tatapannya yang dingin dan tajam terlihat sendu. Seperti...Ah entahlah, sulit untuk diartikan.

Kemudian pria itu memejamkan mata menikmati saat merasakan wajah Alina menyusuri lehernya. Alina tanpa sadar, juga menikmat aroma maskulin yang menenangkan dari pria itu.

Sebenarnya Alina tidak pernah melakukan hal seintim ini dengan seseorang, tetapi karena seseorang mulai duluan mencari masalah dengannya, maka dengan senang hati Alina akan melayani dengan memberikan siksaan yang sedikit berbeda.

Tampak pria itu menggigit bibir bawahnya sambil sesekali mengerang saat Alina dengan nakal memainkan tangan di lehernya sambil meniup telinganya.

Alina sedikit kaget saat pria itu menekan kuat belakangnya agar tetap menempel ke arahnya, dan merasakan benda keras yang menonjol dibawah sana, "Yeay! Aku berhasil." sorak Alina membatin.

Kemudian berdecak kesal saat pria itu menggerakkan sebelah tangannya menyusuri bagian perut Alina lalu beralih ke bagian dada, dan berakhir menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Alina.

"Aku menginginkanmu..." ungkapnya berbisik ditelinga Alina.

Setelah mendengar itu, Alina dengan sigap menjauhkan dari tubuh pria tersebut.

Pria itu menautkan alisnya bingung saat mendapatkan perlakuan yang tidak diinginkannya.

Alina tersenyum lalu berjalan pergi melewati kerumunan orang dan tak memperdulikan raut bingung dari pria itu.

"Tunggu! apa yang kau lakukan?" teriaknya.

Alina menghetikan langkahnya lalu berbalik melihat ke sumber suara, "Apa yang aku lakukan? Aku saat ini sedang berdiri." jawab Alina sedikit teriak karena dentuman musik yang cukup keras.

"Bukan itu maksudku!" bantahnya, "Mengapa kau menggodaku lalu pergi begitu saja?!" sambungnya melotot kearah Alina.

"Haha rasain!" batin Luna bersorak menang dan sebisa mungkin untuk tidak tertawa saat mengingat milik pria itu yang berdiri tegak meminta lebih.

Alina hanya diam sebentar menatapnya dan kembali berjalan, tampak dia sangat frustasi dengan wajahnya yang memerah. Alina sangat senang mempermainkan pria dengan cara seperti itu.

"Kau, mau kemana?! Aku menginginkanmu!" teriaknya menarik lengan Alina dengan sangat kuat hingga Alina kehilangan keseimbangan membuatnya menarik pria itu hingga jatuh menimpa Alina. Terlihat beberapa orang menghindar dan melihat mereka sesaat.

"Tidak bisa kah kau sedikit lembut pada perempuan?" bisik Luna pelan didekat telinganya, dengan posisi dia berada di atas Alina. Tampak dia memejamkan matanya sesaat dan membuat Alina kembali merasakan benda keras dibawah sana.

"Aku tidak tau kenapa, tapi aku menginginkanmu." ungkapnya menyusuri leher Alina.

Alina merasa kesal karena pria itu tak kunjung turun dari atas tubuhnya. Ingin sekali dia mengakhiri hidup pria itu sekarang juga.

Selang beberapa detik, Alina dengan sigap mendorongnya lalu menendang bagian perut dan berjalan pergi meninggalkannya.

"Awwww,sial!" pekiknya terdengar oleh Alina.

"Kau yang telah mencari masalah denganku."

Alina kembali duduk di tempat sebelumnya. Kursi yang awalnya kosong kini telah terisi semua dan membuat Ray terlihat sedikit kesusahan karena melayani banyak orang.

"Beri aku minuman." ujar Alina.

Alina melirik ke samping kirinya, dia merasa risih dengan pria bertopi yang sedang duduk disampingnya yang seperti berusaha bersembunyi dibalik Alina. Tapi entahlah, mungkin perasaannya saja.

Kemudian Alina beralih menatap pria dan wanita yang duduk disamping kanannya sedang asik bercumbu.

"Menjijikan!" gumam pria disamping kiri yang masih bisa didengar oleh Alina.

Alina hanya sibuk meminum minuman yang diberikan Ray dan tidak terlalu memperdulikan keadaan sekitar, ini bukanlah yang pertama kalinya dia datang di club malam.

Pasangan disamping Alina semakin asik bercumbu, mereka melakukan ciuman panas tanpa memperdulikan sekitar.

"Brengsek kalian!" hardik pria bertopi lalu berdiri menghampiri dan menatap pasangan tadi.

Alina menghentikan kegiatan minumnya saat melihat pria bertopi berjalan mendekati pasangan yang ada disampingnya, dan seketika suasana menjadi mencekam disekitar Alina.

Pengunjung yang lainnya tidak begitu teralihkan oleh teriakan pria tadi karena suara musik yang begitu keras sehingga membuat suaranya tak begitu jelas, sedangkan pengunjung yang ada disekitar bar hanya menatap malas.

"Beraninya kau menghianatiku, dan merebut kekasihku!" teriak pria bertopi sambil menarik kerah baju pria yang bersama pasangannya tadi.

"Ini salahmu sendiri, karena tidak pernah meluangkan waktu untuknya!"

Tampak pria bertopi menatap kearah wanita yang tertunduk dengan kedua tangan masih menutup wajahnya. Beberapa kali wanita itu menghela nafas lalu berdiri menatap pria bertopi itu lama.

Sedangkan Alina? tentu saja masih terduduk ditempatnya dan menyaksikan pertunjukan seru yang sangat menyenangkan.

Pria bertopi menatap tajam wanita itu, "Mengapa kau menghianatiku Reta?!" bentaknya.

"Berhenti membentakku! Ini semua karena mu yang terlalu sibuk bekerja tanpa meluangkan waktu untukku."

"Hanya Rio yang selalu setia menemaniku bahkan memuaskanku." sambungnya meraih lengan pria yang bersamanya tadi.

"Kau lihat sendiri kan, kekasihmu memilihku."

Alina berdecak kecewa, ini tidak sesuai harapannya saat mengetahui bagaimana alur pertunjukannya. Seorang wanita yang tega menghianati kekasihnya karena tidak punya waktu dan tidak mampu memuaskannya, "Membosankan..." gumam Alina.

"Enyahlah kau dari sini! Tidak akan ada wanita yang mau bersama pria seperti mu, aku bahkan bersamamu karena terpaksa." ungkap wanita yang bernama Reta sambil tersenyum sinis.

"Beraninya kau!" teriaknya mendaratkan pukulan ke wajah Reta.

"Ah! sekali lagi cepat!" sorak Alina membatin, dia merasa senang melihat wanita itu terkena pukulan.

"Berani sekali kau menyentuh kekasihku! Sekarang kau tidak akan bisa pergi dari sini hidup hidup." ungkap pria yang bernama Rio tajam.

Setelah itu, kemudian ada satu, dua,...hingga belasan pria bertubuh besar yang tiba tiba datang mengelilingi dan menyodongkan senjata ke arah pria bertopi yang berdiri mematung dan wajahnya pucat pasi, ia menatap ke arah Alina dengan tatapan memohon.

"Dasar penakut!" sungut Alina pelan saat melihat tatapan itu.

Alina segera berdiri dari tempatnya dan langsung meletakkan lengan pada leher pria bertopi dengan manja, "Apa masalah mu dengan mereka telah selesai sayang?" tanya Alina, namun yang ditanya hanya diam menatap Alina penuh arti.

Rio dan Reta yang awalnya tersenyum menang kini menatap heran pada Alina.

"Dan kalian, apa kalian sudah bosan hidup? berani nya kalian mengancam kekasihku dengan senjata kalian." ujar Alina sambil menatap tajam satu-persatu pria yang mengepung mereka.

Reta melototkan matanya, "Siapa kau?" tanyanya.

Alina tersenyum menanggapinya, "Aku? Tentu saja kekasihnya..."

"Bagaimana mungkin..." ucap Rio terpotong.

"Dia mendapatkan gadis yang lebih cantik dan sexy seperti kau?" sambungnya menatap Alina dari bawah sampai keatas dengan tatapan penuh minat.

"Lihat lah kekasihmu itu, dia bahkan memuji wanita lain didepan kekasihnya." ungkap Alina sambil tertawa mengejek.

"Beraninya kau!"

Alina dengan perlahan mengambil pistol miliknya yang selalu dia selipkan dicelana yang ada dibalik bajunya.

DOOR!

Semua tatapan mengarah pada Alina, dan beralih ke salah satu pria yang mengepung mereka. Pria itu sudah terkapar diatas lantai akibat tembakan Alina.

"Ah! maaf, aku kelepasan..." ucap Alina dengan wajah tak bersalah.

Hening, bahkan suara musik ikut berhenti. Alina merasakan tangan pria yang ada di dekatnya menggenggam pinggangnya dengan gemetaran.

"Kau tau? Aku tidak akan segan membunuh mereka yang berani mengganggu kekasihku. Apalagi tikus-tikus sampah seperti kalian!" ucap Alina dengan posisi yang masih sama dengan memeluk pria bertopi.

"Siapa kau?! Beraninya kau mengatakan itu."

"Sudah kukatakan aku kekasihnya bodoh." saut Alina seraya menatap pria bertopi yang masih gemetaran.

Dia semakin erat memeluk pinggang Alina, wajahnya semakin pucat dengan keringat dingin yang bercucuran di dahinya.

DOOR!

Pria bertopi tersentak saat Alina tiba-tiba menarik tubuhnya agar terhindar dari tembakan.

DOOR! DOOR! DOOR!

Terjadi baku tembak ditempat itu, beberapa orang bahkan berlari keluar mengindari tembakan.

Alina dengan segera menarik lengan pria bertopi agar menjauh dan bersembunyi di balik meja bar.

"Tetap lah disini." Tegas Alina padanya yang masih terdiam gemetaran.

Alina dengan berani mendekati mereka yang menyerangnya, dia menembakkan peluru dengan tepat sasaran.

DOOR! DOOR! DOOR! DOOR!

"Ini menyenangkan sekali!" teriak Alina kegirangan, sebagian dari mereka yang melihat tingkah Alina bergidik ngeri.

Alina terus mendekat ke arah mereka yang masih tersisa sambil berusaha menghindar dari tembakan lalu kemudian menyerang mereka.

Semua pria itu tumbang terkena tembakan. Ruangan yang awalnya bau alkohol menjadi bau darah segar yang menyengat, dan sekarang tersisa satu yang masih bersembunyi di balik sofa diruangan itu.

Alina berjalan kearahnya, dan kemudian pria itu muncul dari balik sofa lalu berjalan kearah Alina. Mereka saling menyodongkan senjata ke arah masing masing.

Alina tersenyum santai saat melihat keringat yang bercucuran di dahi pria tersebut, "Apa kau tega membunuh perempuan sepertiku?" lirih Alina berpura pura.

Tampak pria itu menggigit bibir bawahnya, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi muram dan ragu.

Dengan cepat Alina berlari kearahnya lalu menenendang bagian perutnya dengan keras hingga membuat senjata yang dipegangnya melayang, Alina mengambil kesempatan dengan cepat meraih senjata itu lalu mengarahkan dua senjata yang ada ditangannya ke arah pria tersebut.

Pria itu ketakutan dan langsung berlutut di depan Alina, "Kumohon jangan membunuhku. Aku mempunyai adik kecil yang harus aku rawat. Aku melakukan pekerjaan ini, agar bisa mendapatkan uang untuk biaya hidup kami." ungkapnya sambil menengadahkan wajahnya menatap Alina.

Alina menatap mata pria itu, mencoba mencari kebohongan disana tapi hasilnya nihil.

"Kalau begitu kau harus menuruti semua perintahku." tawar Alina to the point.

"Aku akan melakukannya..."

"Ba-..." ucap Alina terpotong.

Dia dengan cepat membalikkan tubuhnya kebelakang dan menarik pelatuk senjata kearah pria yang bernama Rio saat dia mencoba menyerang Alina dari belakang.

DOOR!

Reta menatap Alina marah, "Beraninya kau membunuh kekasihku!"

"Lihat dirimu, kau bahkan tidak pantas memiliki kekasih." saut Alina tersenyum senang melihat Reta menangisi Rio.

"Siapa namamu?" tanya Luna berbalik menatap pria tadi.

"Ano."

"Antar dia pulang." kata Alina menunjuk meja bar tempat pria bertopi bersembunyi.

"Mulai sekarang kau harus bersama dan selalu menjaganya. Aku yang akan menanggung semua biaya kau dan adikmu, dan jangan pernah berpikir untuk menghianatiku jika kau tak ingin mati ditanganku."

Setelah mengatakan itu, Alina menyelipkan kembali senjatanya di celana dan disembunyikkan di balik baju, dan berjalan keluar dari tempat yang sudah sepi itu.

Beberapa orang yang masih ada disana dan menyaksikan kejadian tadi, menatap kagum pada Alina yang sangat berani sekaligus merasa ngeri karena menyaksikan Alina membunuh sambil tersenyum.

Terima kasih sudah membaca...

Jangan lupa untuk selalu mendukung cerita ini ya:)

Salam sayang dari author hehe..

Terpopuler

Comments

Paulina al-fathir

Paulina al-fathir

asyik mantapppp Thor lanjut👍👍👍

2021-07-09

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 00- Alina Zhang
2 Chapter 01- Tikus-Tikus Sampah
3 Chapter 02- Manusia Bodoh
4 Chapter 03- Akhir Hidupku
5 Chapter 04- Reinkarnasi
6 Chapter 05- Berkunjung ke Ibu Kota
7 Chapter 06- Kota Lehan
8 Chapter 07- Kota Lehan II
9 Chapter 08- Kota Lehan III
10 Chapter 09- Pasar Gelap
11 Chapter 10- Shen Zue Vs Fang Je
12 Chapter 11- Menang
13 Chapter 12- Gazuura
14 Chapter 13- Ling Ho
15 Chapter 14- Ratu Gazuura
16 Chapter 15- Tiga Jendral
17 Chapter 16- Rumah Singgah Lotus
18 Chapter 17- Terlalu Kejam
19 Chapter 18- Pria Angkuh
20 Chapter 19- Berkunjung ke Istana Kekaisaran Qing
21 Chapter 20- Menyembuhkan Mo Xun
22 Chapter 21- Ancaman
23 Chapter 22- Pemimpin Yang Sama?
24 Chapter 23- Belanja Pakaian Baru
25 Chapter 24- Pulang
26 Chapter 25- Gadis Pusat Perhatian
27 Chapter 26- Hama Pengganggu
28 Chapter 27- Pelajaran dan Akibat
29 Chapter 28- Gadis Kecil yang Menggemaskan
30 Chapter 29- Kematian Leluhur
31 Chapter 30- Kehadiran Organisasi Musang Merah Darah
32 Chapter 31- Rencana Kencan
33 Chapter 32- Orang-Orang Kekaisaran
34 Chapter 33- Mimpi
35 Chapter 34- Tantangan
36 Chapter 35- Turnamen
37 Chapter 36- Turnamen II
38 Chapter 37- Turnamen III
39 Chapter 38- Turnamen IV
40 Chapter 39- Turnamen V
41 Chapter 40- Turnamen VI
42 Chapter 41- Turnamen VII
43 Chapter 42- Turnamen VIII
44 Chapter 43- Turnamen IX
45 Chapter 44- Akhir Turnamen
46 Chapter 45- Sate Daging Rusa
47 Chapter 46- Tamu VIP
48 Chapter 47- Dokter Kecil
49 Chapter 48- Masalah Baru
50 Chapter 49- Menjadi Buronan
51 Chapter 50- Sekte Gunung Salju
52 Chapter 51- Pamit
53 Chapter 52- Pamit II
54 Chapter 53- Hutan Keramat
55 Chapter 54- Sang Penguasa
56 Chapter 55- Misteri Lionting
57 Chapter 56- Portal Dimensi
58 Chapter 57- Portal Dimensi II
59 Chapter 58- Pertarungan Organisasi Musang Merah Darah dan Gazuura
60 Chapter 59- Sejarah Organisasi Murazuura
61 Chapter 60- Sejarah Organisasi Murazuura II, Kematian Mura dan Azuura
62 Chapter 61- Perpisahan
63 Chapter 62- Energi Spiritual?
64 Chapter 63- Serikat Petualang
65 Pengumuman
66 Chapter 64- Menuju Kerajaan Suci
67 Chapter 65- Misi Pertama
68 Chapter 66- Gejolak
69 Chapter 67- Menjalankan Misi
70 Chapter 68- Kembali ke Dimensi
71 Chapter 69- Ritual Pernikahan
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Chapter 00- Alina Zhang
2
Chapter 01- Tikus-Tikus Sampah
3
Chapter 02- Manusia Bodoh
4
Chapter 03- Akhir Hidupku
5
Chapter 04- Reinkarnasi
6
Chapter 05- Berkunjung ke Ibu Kota
7
Chapter 06- Kota Lehan
8
Chapter 07- Kota Lehan II
9
Chapter 08- Kota Lehan III
10
Chapter 09- Pasar Gelap
11
Chapter 10- Shen Zue Vs Fang Je
12
Chapter 11- Menang
13
Chapter 12- Gazuura
14
Chapter 13- Ling Ho
15
Chapter 14- Ratu Gazuura
16
Chapter 15- Tiga Jendral
17
Chapter 16- Rumah Singgah Lotus
18
Chapter 17- Terlalu Kejam
19
Chapter 18- Pria Angkuh
20
Chapter 19- Berkunjung ke Istana Kekaisaran Qing
21
Chapter 20- Menyembuhkan Mo Xun
22
Chapter 21- Ancaman
23
Chapter 22- Pemimpin Yang Sama?
24
Chapter 23- Belanja Pakaian Baru
25
Chapter 24- Pulang
26
Chapter 25- Gadis Pusat Perhatian
27
Chapter 26- Hama Pengganggu
28
Chapter 27- Pelajaran dan Akibat
29
Chapter 28- Gadis Kecil yang Menggemaskan
30
Chapter 29- Kematian Leluhur
31
Chapter 30- Kehadiran Organisasi Musang Merah Darah
32
Chapter 31- Rencana Kencan
33
Chapter 32- Orang-Orang Kekaisaran
34
Chapter 33- Mimpi
35
Chapter 34- Tantangan
36
Chapter 35- Turnamen
37
Chapter 36- Turnamen II
38
Chapter 37- Turnamen III
39
Chapter 38- Turnamen IV
40
Chapter 39- Turnamen V
41
Chapter 40- Turnamen VI
42
Chapter 41- Turnamen VII
43
Chapter 42- Turnamen VIII
44
Chapter 43- Turnamen IX
45
Chapter 44- Akhir Turnamen
46
Chapter 45- Sate Daging Rusa
47
Chapter 46- Tamu VIP
48
Chapter 47- Dokter Kecil
49
Chapter 48- Masalah Baru
50
Chapter 49- Menjadi Buronan
51
Chapter 50- Sekte Gunung Salju
52
Chapter 51- Pamit
53
Chapter 52- Pamit II
54
Chapter 53- Hutan Keramat
55
Chapter 54- Sang Penguasa
56
Chapter 55- Misteri Lionting
57
Chapter 56- Portal Dimensi
58
Chapter 57- Portal Dimensi II
59
Chapter 58- Pertarungan Organisasi Musang Merah Darah dan Gazuura
60
Chapter 59- Sejarah Organisasi Murazuura
61
Chapter 60- Sejarah Organisasi Murazuura II, Kematian Mura dan Azuura
62
Chapter 61- Perpisahan
63
Chapter 62- Energi Spiritual?
64
Chapter 63- Serikat Petualang
65
Pengumuman
66
Chapter 64- Menuju Kerajaan Suci
67
Chapter 65- Misi Pertama
68
Chapter 66- Gejolak
69
Chapter 67- Menjalankan Misi
70
Chapter 68- Kembali ke Dimensi
71
Chapter 69- Ritual Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!