Alina menatap pria yang ada dihadapannya yang juga tengah menatapnya, dibelakang pria itu terdapat beberapa pria bertubuh besar.
Alina menatap pria bertubuh besar bergantian karena dia merasa pernah melihat mereka tapi entah dimana.
"Kau ada disini rupanya. Kali ini kau tidak akan lolos setelah membuatku menjadi seperti orang tidak waras beberapa hari ini...."
Alina terdiam sambil menautkan alisnya dan berusaha mencerna perkataan pria didepannya.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu." ungkap Alina sarkastik.
"Apa kau yakin tidak mengenalku?" tanya pria tersebut sambil tersenyum miring.
"Apa ini milikmu?" sambungnya mengangkat sebuah pisau kecil dari sakunya dan menyimpannya kembali.
Sontak itu membuat Alina membulatkan mata, sebab pisau kecil itu adalah miliknya. "Ya ampun, itu pisau yang pernah aku lempar kearah pria yang berusaha mengejarku waktu itu. Ah shit!" batin Alina.
Dia kembali mengingat kejadian, saat dia sedang bersantai di taman yang selalu ia kunjangi. Pada saat itu ada beberapa pria yang mengikutinya dan dengan terpaksa Alina melempar pisau kecil miliknya ke salah satu pria tersebut agar bisa lari dari sana.
Alina menatapnya garang, "Jadi kau orang yang selama ini menyuruh mereka untuk mengejarku hah!" bentak Alina sambil berkacak pinggang.
Sedangkan pria yang dibentak hanya tersenyum lalu menangkup wajah Alina dengan kedua tangannya dan dibelai lembut, "Jangan kuatir, aku melakukan itu karena aku sangat merindukanmu..." ujarnya.
Alina semakin bingung dibuatnya karena dia merasa tidak pernah melihat atau bahkan bertemu dengan pria tersebut, "Apa yang dikatakan pria ini? Merindukanku? bertemu saja aku tidak pernah." pikir Alina.
"Aku tidak mengenalmu. Enyah kau dari hadapanku!"
Pria itu tersenyum hangat dan membuat Alina terpana untuk sesaat, "Apa kau yakin? Apa kau lupa bagaimana kau menggodaku waktu itu?" ucapnya.
Alina berfikir keras mencoba mengingat pria yang ada dihadapannya, "Menggoda? Kapan? Apa aku pernah menggoda seseorang?."
Alina beralih menatap pria itu lagi yang sedang mendekatkan wajahnya. Sedetik kemudian Alina terpaku sambil membulatkan mata saat mengingat kejadian ia membuat seseorang frustasi karena menggodanya di club malam waktu.
"Apa yang kau lakukan?!" teriak Harrick, ia menatap tajam pada pria dihadapan Alina seolah tak suka.
"Aku tidak ada urusan denganmu...." balas pria itu dingin.
Alina menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tenang dan berfikir apa yang harus dia lakukan agar bisa terbebas.
"Berhenti menggigit bibirmu, kau bisa terluka." ucap pria itu kearah Alina sambil tersenyum.
Alina tidak menggubris perkataannya, dia hanya mengalihkan pandangan pada mereka yang masih ada di dalam ruangan dengan semua tatapan mengarah padanya.
Alina mencoba berbalik lalu melangkah menjauhinya, tetapi belum selangkah pria itu dengan sigap menarik tubuh Alina dari belakang.
"Kau tidak bisa pergi seenaknya seperti itu."
Alina merasakan sepasang lengan melingkar di pinggangnya dari arah belakang. Bahkan dia merasakan tubuh pria itu mendekat padanya hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka.
Alina meronta, berusaha lepas darinya tapi nihil, bagaimana pun tubuh pria itu lebih besar darinya dan kekuatan antara mereka berbanding jauh.
"Apa yang kau lakukan bodoh!" pekik Alina kesal.
"Aroma tubuhmu sungguh memabukkan.Tidak menciumnya saja, sudah membuatku gila beberapa hari ini...." ungkapnya mempererat pelukan dan menenggelamkan wajahnya di leher Alina sehingga dapat merasakan helaan nafasnya.
"Dasar bodoh! Hentikan! Apa kau tidak punya malu? Lihat lah mereka, apa kau melakukan ini untuk di pertontonkan hah?" teriak Alina sambil melihat kearah beberapa mahasiswa yang melotot kearah mereka.
"Bukan kah kau menggodaku dengan cara seperti ini." sautnya disela kesibukan mengecup leher bahkan sesekali memberikan gigitan kecil pada leher Alina.
"Hentikan itu bodoh! Apa kau vampire?" teriak Alina sangat emosi dengan tingkah pria tersebut yang bahkan tidak ketahui namanya sama sekali.
"Jika sampai terjadi masalah karena ini, aku tidak akan mengampunimu, dan aku akan pergi sejauh mungkin hingga kau tidak bisa menemukanku." ancam Alina berusaha mengendalikan emosinya.
Perkataan Alina berhasil membuat pria itu menghentikan aksinya dan meletakkan dagunya di bahu Alina, "Baru kali ini aku diancam oleh seorang perempuan." ucapnya.
Kemudian dia membalikkan tubuh Alina kearahnya lalu membenamkan kembali wajahnya di lekuk leher Alina.
"Aku menginginkanmu..." bisiknya yang seketika membuat Alina merinding. Itu adalah yang kedua kalinya dia mengatakan itu pada Alina.
Alina berusaha mengendalikan dirinya, ia benar-benar sudah muak dengan semua ini.
Dia bergerak sedikit untuk mengangkat sebelah kakinya lalu berusaha meraih pisau kecil yang disembunyikan di balik sepatu.
Sedangkan pria itu masih menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Alina seakan itu adalah tempat ternyaman baginya.
Alina mengarahkan pisau kecil yang sudah dipegangnya menempel ke leher pria itu namun dia tidak merespon apapun, ia masih saja membenamkan wajahnya.
"Apa dia sudah gila?" pikir Alina menautkan alisnya.
"Sebenarnya aku penasaran, apa yang istimewa disana? Aromaku? Aku hanya memakai parfum biasa yang digunakan banyak orang, tidak ada yang istimewa." batin Alina.
Alina mulai menekan pisau yang menempel dileher pria itu sampai mengeluarkan darah namun salah satu pria berbadan besar berjalan mendekat saat melihat aksinya.
Traangg!
"Tuan apa kau tidak apa apa?" tanya pria yang memergoki Alina setelah membuang pisau tersebut.
Pria yang sedari tadi memeluk Alina mengangkat wajahnya lalu melepas pelukannya, ia memegang lehernya yang sudah terluka lalu tersenyum kearah Alina.
Dia menatap Alina dingin, "Kau benar benar hebat. Aku sampai tidak merasakan seranganmu saat mencium aromamu yang sangat memabukkan itu." ungkapnya dingin dengan senyuman yang mengerikan.
"Berani nya kau melukaiku!" lanjutnya membentak.
Alina hanya tetap terdiam, tidak tahu harus merespon apa, sedangkan mereka yang melihat kejadian ini hanya diam menyaksikan layaknya sebuah drama.
DOOR!
Tiba-tiba Alina merasakan tubuhnya seketika menjadi dingin. Pandangannya mulai terlihat samar dan rasanya ia sudah tidak mampu lagi memopang tubuhnya sendiri.
Bruuaaakhh!!
Alina tumbang begitu saja, ia merasakan sesuatu yang sangat panas dikepalanya dan rasa sakit yang tak tertahankan.
Pandangannya sudah gelap, ia tidak bisa melihat apa apa. Bahkan bernafas pun rasanya sulit sekali.
Telinganya mendengar suara jeritan dan histeris, suara benda yang terjatuh dan suara langkah yang mendekat kearahnya.
"Ma ma maaf. A aku ti tidak sengaja..."
"A a aku kelepasan, a a aku tidak bermaksud melakukan itu..."
Itu kata kata yang terakhir Alina dengar. Setelah itu rasa sakit yang begitu luar biasa menyerang kepalanya, kemudian ia kehilangan kesadarannya dan sudah tidak bernafas lagi.
Terima kasih sudah membaca...
Jangan lupa untuk selalu mendukung cerita ini yaa:)
Salam sayang dari author^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ros
matinya membagongkan 😥
2021-04-09
1
Lie
wahh,matinya konyol banget.. matinya engga terhormat sama sekali,.
2021-03-16
0
Wilda Afrillah
uwau kere. Semangat thor..
gasabar nunggu lanjutannya
2020-10-02
2