Ratu Dan Pangeran CEO
“Halo namaku Ratu Aldoura, senang berkenalan dengan kalian.”
Seluruh ruangan hening. Ratu menatap satu - persatu ekspresi dari anak di depannya. Semua saling berbisik, tak lama setelahnya suasana kelas pecah oleh riuh-rendah tawa satu kelas.
“Ngaca dong, muka dekil kayak gitu masa namanya Ratu, yang bener aja hahahaha.”
Celetuk seorang siswa laki-laki di bangku pada barisan paling belakang.
Perasaan campur aduk, antara ingin menangis, ingin lari, dan hal menyedihkan lainnya sudah menjadi santapan di setiap kehidupan Ratu. Dengan meneguhkan hati dan mengepalkan kedua tangannya dia berusaha untuk kuat dan bertahan di sekolah ini. ya… ini yang ke lima kalinya Ratu pindah sekolah setelah mendapat perlakuan yang sama seperti hari ini.
“Ini akan menjadi lebih parah daripada perlakuan anak-akan di sekolah lamaku, tapi demi dapat ijazah sma aku harus bertahan.” Batin Ratu meneguhkan hati.
Suasana kelas kembali hening, Ratu dipersilakan mencari tempat duduk.
Di pojok kelas, Ratu menemukan bangku kosong tak berpikir lama diapun segera menempatinya kemudian mengeluarkan seluruh isi tasnya. Suara bisikan jahat yang dilontarkan untuknya dari teman-teman bangku lain terutama anak laki-laki terdengar begitu simpang siur di telinga seolah ingin menendang Ratu keluar dari kelas.
“Tidak apa-apa Ratu, kita berteman sekarang jangan khawatir dengan mereka.”
Ucap gadis di samping ratu. Parasnya yang manis dan senyum hangatnya yang mengatakan bahwa di senang mendapat teman satu bangku baru, membuatnya terlihat sangat cantik dan bercahaya.
“Ta… tapi aku jelek dan kau cantik, apa kata yang lain kalau kita menjadi teman?.”
Sanggah Ratu berbisik.
“Tidak masalah, sudah tenang saja selama ada aku, anak-anak itu tidak akan bisa menganggumu. Namaku Elizia.”
Merekapun segera berjabat tangan dan saling berbagi cerita bersama. Dan dalam waktu yang tak begitu lama Ratu dan Elizia berteman baik, bahkan mereka bersahabat baik. Walaupun sederhana, tapi Ratu sedikit mendapakan keadilan, setidaknya dia memiliki teman sekarang jadi bukan masalah besar kalau ada anak yang mencela dirinya. Begitu pula dengan Elizia, dia terlihat lebih bersemangat menjalani sekolahnya, karena mulai hari ini dia memiliki teman sebangku yang bisa diajak berdiskusi selama pelajaran, dan di samping itu pula dia melihat Ratu berbeda dengan anak-anak yang lain, yang mana dia begitu baik dan rendah hati.
“Kamu sudah 5 kali pindah sekolah, jadi aku berharap ini terakhir kalinya kamu pindah. Kamu sekolah di sini saja Ratu nanti kalau ada yang mengejek kamu, aku siap kok buat kasih pelajaran buat mereka.”
Ucap Elizia bersemangat dan Ratupun segera mengiyakan.
“Pulang sekolah kita main ke kafe tempat biasanya aku ngopi yuk, aku yang bayar oke Ratu.”
“Aku tidak biasa main di kafe Za.”
Elizia terkikik melihat raut muka Ratu yang terlihat kaget dengan ajakannya.
“Kau ini sepertinya jarang menikmati kehidupan luar ya, kau juga terlihat jarang berbicara… tapi tenang nanti aku akan membuatmu berubah oke, ya… selama kau tak pindah sekolah lagi.”
Karena terlalu bersemagat, Elizia sampai mengangkat tangannya yang mengepalkannya ke udara. Hatinya begitu yakin bisa mengubah pribadi Ratu menjadi seorang yang tangguh dan tahan terhadap hembusan angin nyinyir anak-anak satu sekolah.
“Iya, Elizia bisa jawab pertanyaan ibu?.”
Satu ruangan beralih memandang Elizia yang tak diketahui habis mengangkat tangannya.
“aaaaaa…..”
“Stttt…” Ratu membukakan catatan di bukunya, memberi kode kalau jawaban dari pertanyaan yang tak sempat didengar Elizia tadi ada di sana.
“Jadi ikan bernapas dengan ingsang kan bu.. oho pinter banget Elizia ini.”
Ucap Elizia penuh keyakinan kalau jawabannya benar, namun seketika suara tawa pecah satu kelas.
“Ketua kelas kalian pintar melawak ya.” Ucap bu guru menggelengkan kepala.
“Kenapa?.” Bisik Elizia menatap Ratu dengan wajah memerah.
“Bodoh, kau harus baca bagian yang ini.” ucap Ratu menunjukkan tulisannya sembari menepuk jidatnya.
“Oh… maaf bu, tadi saya hanya pemanasan, jadi Weizmann menguatkan teori Darwin yaitu gen leher panjang pada zarafah bersifat dominan, sedangkan gen leher pendek pada zarafah bersifat resesif.”
“Yak betul… baik anak-anak mungkin pelajaran biologi kali ini kita cukupkan sekian. Selamat siang dan selamat beristirahat.”
... ###...
Elizia meletakkan kepalanya di atas meja kantin setelah beberapa kali meneguk air mineral yang dingin. Sedangkan Ratu terlihat acuh dan hanya terfokus dengan selembar kertas yang berisi tulisan jadwal pelajaran harian.
“Ratu, ternyata kamu pintar juga ya, padahal baru pertama kali masuk ikut pelajaran, tapi otakmu langsung encer gitu. Ahhh… seandainya aku bisa begitu, pastinya aku bisa sombong sedikit.”
Ucap Elizia sembari memainkan botol air mineral miliknya.
“Aku cuma tau.” Bantah Ratu sembari tersenyum.
“Ajari aku biar pintar, paling tidak aku bisa masuk 20 besar biar jabatan ku sebagai ketua kelas sepadan dengan akademik ku.”
“Sepakat.”
Di kelas XII IPA 2 setidaknya ada 30 siswa, dan Elizia masuk dalam peringkat nomor tiga dari bawah. Dia tak terlalu suka dengan dunia sekolah yang mengharuskan dia untuk terus belajar dan belajar. Tapi dia masih tetap optimis setelah lulus bisa masuk di universitas negeri.
... ###...
Ketika tengah asyik menikmati santapan makan siang, Elizia dan Ratu dihampiri oleh 2 orang siswi yang dilihat dari penampilan dan tingkah laku mereka nampak dari kalangan elite. Mereka adalah Cleo dan Oza. Dua orang remaja yang terkenal dengan kecantikan dan kemewahan dalam hidup mereka.
“Kalian ngapain di sini?, belum ada pengumuman baru.”
Ucap Elizia dengan raut bosan seolah enggan untuk berhadapan dengan mereka.
“El, kita kesini mau nyelalatin kamu dari anak cupu ini.”
Bantah Cleo sembari mengacak rambut Ratu seolah tak suka.
“Hei!!! Jangan sentuh Ratu atau tangan kamu bakalan putus.”
Elizia segera menampik tangan Cleo dengan kasar.
“Cih…. Kasar banget. El, ayolah kau gabung lagi di geng kita, rasanya kosong kalau tidak ada kamu.”
Pinta Cleo kemudian duduk di depan Elizia dan Ratu kemudian diikuti oleh Oza di sampingnya.
“Aku tidak mau.”
“Ayolah El, kalau kamu tidak bergabung geng kita tidak ada garam ataupun micin yang bisa member warna kehidupan kita.” Sela Oza memohon.
“Aku bilang tidak mau, harta orang tua dan paras cantik bukan alat yang bisa digunakan untuk menyombongkan diri.”
Ucap Elizia.
“Tapi El, tadi bukannya kau bilang pingin pintar biar bisa sedikit sombong?.”
Ucap Ratu tiba-tiba menyela.
Elizia mengernyitkan dahi, member isyarat untuk diam.
“Sudah ya intinya aku tidak mau masuk di geng lagi.”
Elizia segera berdiri lalu menarik tangan Ratu.
“Ratu ayo pergi dari sini, aku belikan makanan yang lain di depan gerbang sekolah.”
Merekapun segera meninggalkan dua anak tersebut dengan segala kemarahan yang masih membara.
Elizia masih terlihat marah, maka Ratu tak ingin tambah menganngu suasana hatinya dengan segala pertanyaan yang berhubungan dengan anak – anak tadi. Akhirnya mereka kembali ke kelas dengan perasaan canggung satu dan lainnya karena tak berbicara sepatah katapun.
“Nanti biar aku jelaskan.”
Ucap Elizia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments