“Pangeran bangun.”
Sembari mengomel, ibu menyibakkan tirai jendela dengan kasar. Ia tak tau harus bagaimana suapaya bisa membuat putra semata wayangnya tersebut agar menjadi anak yang lebih berguna daripada hanya menghabiskan waktunya untuk tidur dan bermain game seharian penuh di kamarnya.
“Ma… aku masih mengantuk.”
Ucap pangeran menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Sorot cahaya matahari pagi ini yang terbias oleh kaca jendela membuat mata Pangeran terbelalak silau.
“Umurmu sudah 23 tahun, kau punya tanggung jawab sebagai CEO perusahaan almarhum ayahmu.”
Sela ibu sembari menarik bantal dan selimut milik Pangeran.
“Iya ma… aku bangun.”
Dengan muka masam, akhirnya Pangeran membuka matanya dan bergegas menuju kamar mandi lalu bersiap untuk berangkat ke kantor.
“Ma, aku berangkat ya.”
Pamit pangeran sembari mencium kening mama. Dengan mengenakkan kemeja navy dengan setelan celana kain, ia terlihat sangat anggun dan tampan ditambah lagi dengan gaya rambutnya yang full pomade membuatnya semakin bersinar. Memang sih tak heran kalau anak pengusaha pasti tampan.
“Makan dulu nasi gorengnya.”
“Aku tidak mau. Lemak membuatku gemuk ma.”
Pangeran menenggak segelas susu yang sudah disediakan di atas meja lalu mengambil buah apel lau bergegas menuju garasi.
“Eittt… tunggu sebentar.”
Ucap mama seketika membuat langkah Pangeran terhenti.
“Pangeran harus pakai mobil.”
“Gak.”
Tanpa memperdulikan omelan mama, pangeran bergegas pergi. Baginya memakai motor jauh lebih menyenangkan dari pada naik mobil yang menurutya sumpek.
...###...
Pagi ini jalanan tidak begitu macet, langit yang bermendung membuat kota sedikit sejuk. Aldora sangat menikmati suasana jalanan pagi ini. Sambil mengendarai vespanya, ia melaju lalu memelankan gasnya ketika melewati jalan yang sisi kanan-kirinya adalah pepohonan.
“Al…”
Seseorang dengan motor vespa yang hampir menyerupai milik Aldoura tiba-tiba mengejar di samping.
“Elu bos.”
“Yoi… adu kecepatan berani gak lu?.”
“Wih siappp.”
Dan pagi itu, semesta menyaksikan keasyikan antara bos dan karyawan bak sahabat kental yang beradu kecepatan dengan vespa kesayangan mereka masing-masing. Menggoreskan setiap cuil ban kecil mereka ke aspal.
Sesampainya di halaman parkir kantor, mereka melepas helm bersamaan kemudian menghela nafas, sedikit saling melempar lirik kemudian berhentilah mereka pada satu titik pertemuan, yaitu tertawa melepaskan seluruh kepuasan mereka yang berhasil menembus angin pagi yang sejuk.
“Bos, parah sih lampu merah diterosbos di perempatan lagi wahh…”
Ucap Aldoura kemudian melepaskan tawanya lagi.
“Lima kali gua kalah sama elu, ya kali gua kalah lagi.”
Sembari berjalan menuju ruang kerja, mereka berjalan beriringan seolah jabatan tak mengharuskan mereka untuk membuat jarak hingga membuat siapaun pasti iri melihat keakraban mereka berdua. Yah… sedikit biar kujelskan, Pangeran sebenarnya anak yang amat kaku dan tak mudah berteman dengan siapapun apalagi teman perempuan. Tapi setelah menjabat sebagai CEO di perusahaan ini, ia dipertemukan dengan Aldoura yang sejak awal pembawaannya memang humoris dan suka mengambil hati orang lain dengan tingkahnya yang konyol.
“Lu bisa bayangin gak… pas lampu merah tuh gasnya langsung gua tancap beuh rasanya pas sampek di tengah perempatan kek gua nyetir tinggal badan doang…”
Pangeran tak henti bercerita dan Aldoura hanya diam sambil sesekali tertawa melihat cara bicara Pangeran yang aneh meurutnya.
“Eh bos, bulan ini aku dapat 20 klien. Bagaimana? Bisalah naikin posisiku.”
Ucap Aldoura sedikit memohon.
“Hmmm, tenang bisa aku atur.”
Jawab Pangeran menepuk pundak Aldoura sembari tersenyum tipis.
“Wihhh…. Siappp makasih bos, pokoknya mulai hari ini dan seterusnya gua bakalan kerja lebih keras untuk memaksimalkan target perusahaan.”
“Pulang ngantor ikut kerumahku, kita main PS.”
“Oke bos.”
...###...
Pukul 12.30
Seluruh karyawan kantor istirahat dari masing-masing pekerjaannya. Tapi tidak dengan aldoura. Dia justeru sibuk dengan tumpukan berkas yang setiap hari semakin menggunung di meja kerjanya, ia baru bisa mengoreksinya hari ini karena sebagian besar waktu kerjanya ia gunakan untuk fokus mengurus target pendapatan klien. Dengan teliti Aldoura mengoreksi satu-persatu berkasnya lalu segera member stempel tanda selesai.
Ringgggggg!!!!
Seluler Aldoura berbunyi yang seketika membuyarkan seluruh konsentrasinya. Segera iapun mengangapai ponselnya.
“Siapa yang berani-beraninya menggangguku siang-siang begini.”
Batin Aldoura mengomel tak terkendali.
“Ah… halo ibu ada apa telfon di jam kerja seperti ini?.”
Ucap Aldoura memelankan suaranya.
“Nanti kalau sudah pulang, kakakmu minta tolong buat belikan popok yang besar.”
Aldoura memutar posisi duduknya.
“Ibu, aku kan sudah bilang, aku tidak mau beli po-pok ti-tik. Memangnya abang ke mana sih?.”
“Abangmu ke luar kota sama ayah, kalau tidak mau belikan terus keponakanmu yang lucu ini mau pakai apa nanti?.”
Disela obrolan mereka, Ibu terdengar sesekali mengajak si kecil berbicara. Mendengarnya seketika membuat mata hati Aldoura yang egois sedikit terbuka.
“Iya nanti pulang aku belikan, tapi aku sampai rumah mungkin melewatkan makan malam.”
“Mau ke mana dulu kamu.?”
“Diajak main PS sama bos di rumahnya bu.”
“Nih anak gimana, udah umur masih main game.”
“Biar awet muda Ibuku sayang… sudah ya Ora pamit kerja lagi. Dah Ibu.”
Panggilannya segera dimatikan. Ketika kembali membalikkan badan, Aldoura kaget tak kepalang ketika mengetahui Susi yang berdiri dan mencondongkan mukanya tepat di depan muka Aldoura dengan memasang pandangan sinis. Ia merupakan salah seorang yang suka mencurigai setiap setiap gerak gerik Aldora di kantor ini. Alisnya yang tebal terlihat sangat jelas di mata Aldora membuatnya sedikit merinding terlebih karyawan yang lain banyak yang keluar untuk mencari makan siang.
“Kamu pacaran sama sama pak CEO ya?.”
Tanya Susi mendadak, suaranya yang sedikit melengking sontak membuat Aldoura terkejut.
“Jawab!.”
Susi segera menegakkan badannya dan berjalan mondar-mandir di depan meja kerja Aldoura.
“Kita berteman Sus… memangnya kenapa?.”
“Tidak pantas saja seorang karyawan bertingkah sok akrab sama atasan.”
Aldoura menghela nafas panjang kemudian tertawa terkikik.
“Selama belum masuk jam kerja, kita adalah teman akrab, sudah Sus ada lagi pekerjaanku masih banyak?.”
Ucap Aldoura kemudian memperlihatkan tumpukan berkas tersebut kepada Susi di hadapannya.
Tapa berucap sepatah katapun, Susi bergegas berbalik badan dengan berlenggak-lenggok kemayu dia pergi meninggalkan Aldoura. Raut kekesalannya begitu terlihat memenuhi tiap sudut lengkung wajanya yang sontak membuat siapapun yang melihatnya akan langsung mengetahui jika dia sedang marah.
Pukul 15.30
Waktunya pulang. Sesampainya di tempat parkir, Aldoura mendapati pangeran telah menunggu dirinya di sana. Tak berlama-lama, iapun segera menghampiri bosnya tersebut.
“Oit bos, jadi nih kita ngegame bareng?.”
Sapa Aldoura sembari mengenakkan helm miliknya.
“Menurutmu?.”
Aldoura menggelengkan kepalanya lalu menyalakan motornya. Dan merekapun segera berangakat menuju rumah Pangeran.
“Eh… bos kita mampir ke toko anak dulu.”
Ucap aldoura di depan gerbang utama kantor, yang seketikan itu pula di dengar oleh satpam yang berjaga.
“Kalian punya anak ya?.”
Seluruh pandangan terfokus kepada satpam tersebut.
“Bukan pak, keponakanku anak abangku popoknya habis hahahah.”
Jawab Aldoura tertawa kemudian diikuti Pangeran lalu bapak satpam yang sedari tadi ikut campur urusan anak muda.
“Gas kuyyy…”
Pangeran segera menancap gasnya mendahului Aldoura yang masih repot membenarkan helmnya.
“Wah… parah … Pangeran kamvret sih.”
Gumam Aldoura, iapun segera melaju mengejar Pangeran yang sudah jauh berada di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments