Pukul 14.30,
Seperti yang sudah Elizia janjikan sewaktu masih jam pelajaran tadi kepada Ratu. Sepulang sekolah mereka berhenti di sebuah kafe yang lumayan dikenal kalangan anak muda di kota ini, yang berlokasi tak jauh dari rumah Ratu, tepatnya di perempatan kota depan rambu lalu lintas, siapapun akan dengan mudah menemukan tempat tersebut karena keberadaannya yang strategis.
“Ratu…”
Kata Elizia, mereka berdiri bersebelahan menghadap bangunan dengan tulisan open yang ditempelkan di pintu kacanya dengan pandangan kosong.
“Apa El?.”
Jawab Ratu menoleh Elizia di sampingnya.
“Kita ngapain berdiri kayak anak ilang gini?.”
“Lah aku cuma ngikut kamu El.”
“Ayok lah masuk."
Elisia segera menarik tangan Ratu untuk masuk ke dalam kafe.
Siang ini suasana di dalam kafe sedikit ramai, banyak anak-anak muda seumuran Elisia dan Ratu yang datang di tempat ini. ada yang bergerombol, datang hanya untuk sekedar menikmati kopi sembari merenungkan masalah pribadinya atau sekedar memikirkan urusan kantor, ada yang datang untuk berdiskusi membahas tugas kelompok, ada yang datang untuk sekedar mencari wifi gratis, dan ada pula yang datang untuk menghadiri pertemuan antara kedua belah pihak dari suatu perusahaan serta masih banyak lagi.
Elizia dan Ratu segera mencari tempat duduk di deretan kursi paling dekat dengan jendela kafe. Tak lama kemudian, seorang pria datang menghampiri mereka dengan alat tulis yang sudah siap di tangannya.
“Selama siang Elizia.”
Kata pria tersebut, ketika mendekati meja.
“Halo mas Angga.”
Sapa Elizia balik kepada pria yang segera diketahui namanya adalah Angga.
“Sekarang sama temannya?.”
Sesekali Angga memandang Ratu hingga seketika saja membuat Ratu sontak menunduk karena tidak percaya diri. Dilihat dari penampilannya, Angga merupakan sosok yang ramah, dan murah senyum. Badan terlihat jangkung, matanya sayu, wajahnya terlihat memerah karena berkeringat membuatnya terlihat imut. Style kekinian yang dipadukan dengan topi hitam polos menambah kesan elegan dari dirinya. Membuat siapaun yang memandangnya langsung jatuh hati, tak terkecuali Ratu.
“Astaga sadar Ratu.”
Batin Ratu, ia tak mendongakkan kepalanya sama sekali, bermaksud tak niat untuk memandang pria yang terlihat 2 tahun lebih tua darinya itu sekali lagi.
“Mas Angga, kenalin namanya Ratu. Dia sahabat aku sekarang, gimana?.”
Ucap Elizia memperkenalkan Ratu. Senyum lebarpun dia lengkungkan dari bibir tipisnya.
“Ah iya… peningkatan nih sekarang Eli punya sahabat. Biasanya Cuma sendirian terus kemana-mana, hahahaha.”
Segera Angga menyodorkan tangannya. Dengan perasaan sediki sungkan, Ratu segera mengapai tangan Angga, dan merekapun bersalaman.
“Aku Ratu.”
Kata Ratu lirih.
“Kamu jangan sungkan-sungkan Ratu, teman Eli sama dengan temanku, oke ratu.”
Ucap Angga sembari menepuk pundak Ratu.
“Hei udah dong kenalannya, mas buatin aku cappuccino green teanya satu. Eh Ratu kau mau pesan apa?.”
Sela Elizia.
“Aku sama denganmu saja.”
“Oke cappuccino green tea 2. Siap kalian tunggu ya.”
Selesai mencatap pesanan. Angga segera berlalu, beralih menuju pelanggan lain di seberang.
“Ratu naksir mas Angga ya.”
Celetuk Elizia yang seketika membuat kaget ratu.
“Kalaupun aku naksir dia, itu cuma halusinasi. Perbedaan kita terlalu jauh, dia pantas dapat yang lebih baik dariku.”
Elizia menghela nafas panjang dan merebahkan badannya di kursi, sembari mendekapkan kedua tangannya, mengisyaratkan kalau dia tidak sependapat dengan sahabat barunya tersebut.
“Ternyata pikiran kamu udah jauh lebih dewasa ya hahahah."
“Sebenarnya tidak El, aku hanya bicara apa adanya kok. Ya… kau bisa lihat kan mas Angga bak seorang pangeran, sedangkan aku?.”
Sejenak Ratu terdiam.
“Aku ini dekil, hitam, jorok, kecil kayak lidi, apa lagi korban body shaming.”
Lanjut Ratu, matanya sedikit berkaca lalu segera ia tutupi dengan menunduk. Tak sedetikpun ia mau memandang Elizia di hadapannya.
“Aku bantuin kamu cantik gimana?, apa kau mau?.”
Tawar Elizia bersemangat, namun tawaran tersebut segera ditolak oleh Ratu. Dia tidak ingin merepotkan siapaun, dan tidak ingin orang lain jadi sibuk karena memerhatikan dirinya.
“Tidak, aku ingin mengetahui siapa yang mau menerima aku apa adanya dengan keadaanku yang seperti saat ini.”
“Tapi Ratu, sepertinya kau kesulitan bersosialisasi karena terus dibully.”
“Yah… tidak usah dipikirkan.”
Tanpa disadari Angga suah datang dengan dua gelas minuman pesanan mereka tadi. Dengan senyum khasnya, pria itu segera meletakkan minumannya di atas meja.
“Silakan nona-nona cantik.”
Ucap Angga semari melayangkan pandangan kepada Elizia dan Ratu secara bergantian.
“Mas, Ratu sebenarnya cantik ya cuma dia harus dipoles sedikit demi sedikit.”
Kata Elizia meminta pendapat Angga.
“Wah… lebih cantik dari kamu El.”
“Tuh Ratu, mas Angga aja bilang gitu loh.”
“Udahlah.”
Sela Ratu sedikit salah tingkah. Dia meraih minuman di depannya kemudian menyeruputnya sedikit menggunakan sedotan yang telah disediakan.
...###...
“El, anak-anak di kantin tadi siapa?.”
Tanya Ratu memecah keheningan.
Eliziapun menceritakan semuanya sesaui dengan janjinya sewatu di lorong depan kantin tadi siang.
...###...
Dua anak tersebut yang bernama Cleo dan Oza, yang sebenarnya dulu adalah teman satu grup dengan Elizia. Geng itu terbentuk karena Cleo merasa siswi yang paling cantik dan dari golongan kelas atas harus bergabung untuk membawa suatu perubahan dengan berdedikasi penuh untuk sekolah. Tapi setelah geng terbentuk selama 6 bulan, komitmen berangsur pudar. Karena merasa menjadi yang paling unggul dan ditakuti di sekolah, Cleo menyalah gunakan kewenangannya dengan menindas anak-anak lemah dan miskin. Hal itu segera diketahui oleh Elizia dan dia memutuskan untuk berpisah dari geng.
...###...
Rasa kantuk yang melekat di mata ratu tak bisa disembunyikannya, sembari menopang dagu sesekali iapun tak bisa menahan mulutnya untuk menguap.
“Hei!.”
Bentak Elizia, ketika mengetahui ceritanya tak lagi menarik dan justru bak menjadi cerita dongeng.
“Aku suka jalan yang kamu ambil El.”
Ucap Ratu membenarkan kemabli posisi duduknya.
“Iyalah, kepercayaan tidak sepantasnya disalah gunakan.”
“Bener banget tuh.”
Ratu mengangkat pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 16.10, ia teringat kalau harus mampir ke mini market untuk membeli sirup dan camilan untuk acara ulang tahun adiknya malam nanti.
“Kenapa Ratu?.”
Tanya Elizia yang sedari tadi terus mengamati gerak-gerik Ratu yang mulai gelisah.
“Aku harus pulang sekarang El, sebenarnya aku harus ke minimarket dulu."
“Ya sudah ayo aku ikut.”
Merekapun mengemasi barang-barangnya.
Keluar dari kafe, Ratu dan Elizia segera mengambil sepeda milik masing-masing yang tertata rapi bersama dengan sepeda milik pengunjung kafe yang linnya di samping kafe lalu dikayuhnya menembus jalanan kota sore yang lumayan lenggang, menuju minimarket yang letaknya tak terlalu jauh dari kafe.
“El, rumahmu arahnya belok di sini, kau pulang saja aku sendirian saja tidak apa-apa.”
Kata Ratu ketika sampai di pertigaan arah
rumah Elizia, sedangkan minimarketnya masih beberapa kilometer dari tempat ini.
“Tidak aku ingin ikut kamu Ratu.”
Bantah Elizia terus mengayuh mendahului Ratu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments