Setelah mengakhiri panggilannya dengan sang Abah, Red segera menghubungi Rangga, dia masih menyimpan kontak Rangga dengan nama Razqa’s Daddy. Selamanya tidak akan terganti.
Sementara panggilan itu tersambung, ponsel dari jaket coklat tadi terus menyala, bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Red sempat melirik untuk melihat nama pemanggil.
“Abhimana” begitu yang tertera di layar.
Red mengabaikannya karena Mas Rangganya sudah menajawab panggilan itu.
“Hallo Mas Rangga, Maaf mas aku gangguin kamu malam-malam. Tadi Abah telpon katanya Razqa demam dan kalau boleh besok aku minta tolong kamu temui dan ajak main dia sebentar mas, dia kangen Daddy katanya,” tutur Red tanpa jeda sejak panggilan itu terhubung.
“Hallo Runa, ini aku Acy. Maaf Mas Rangga udah tidur,” jawab seorang wanita dengan lembut namun penuh makna.
“Mba Acy? Kok mba Acy bareng Mas Rangga jam segini?”
“Anu … itu … Maaf Runa,” ucap wanita itu terbata.
Sesaat kemudian terdengar suara Rangga merebut ponselnya.
“Halo, mi? ada apa telpon malam-malam begini?”
Rangga masih saja memanggil Red dengan panggilan yang membuat Red merasa perasaanya masih tergantung di jemuran yang sama.
“Mas Rangga, itu … maaf, kenapa Mba Aci?”
“Panjang ceritanya, yang jelas sekarang aku di Tanjungpinang. ada apa? Kamu ga apa-apa kan?” suara Rangga penuh kekhawatiran.
“Aku baik-baik aja mas, Razqa demam, tadi abah bilang dia mengigau panggil-panggil Daddy, bisa gak besok Mas Rangga temui dia di rumah Abah?”
Red memintanya dengan hati-hati, mereka sudah bukan lagi suami istri, tapi Razqa masih berhak atas ayahnya ‘kan?
“Gimana kondisinya sekarang? Demam banget? Maaf besok aku belum bisa jemput dia, ada masalah yang gak bisa aku jelaskan sekarang,” ucap Rangga.
Selain hatinya, mata Red kini juga ikut pedih. Belum apa-apa Rangga sudah mulai mengesampingkan kepentingan Razqa, hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
“Tapi Mas Rangga kemarin udah janji, ini bukan permintaan aku mas, ini permintaan anak kita. Aku kecewa sama Mas Rangga, apa karena perempuan itu, sekarang malah tengah malam begini kalian sedang berduaan mas!”
“Aruna!” bentak Rangga. “Mas sudah menikah, Aci sekarang adalah istri mas, besok kami akan melakukan resepsi, mas akan menemui kamu dan Razqa setelah semuanya selesai.”
Di sebelah Rangga, Aci tersenyum puas. Dia mengusap lengan Rangga seolah menyabarkan, tapi tangannya di tepis Rangga dengan kasar.
Sementara Red terdiam, putus asa dan merasa jadi perempuan yang paling bodoh di dunia.
“Aruna, kamu masih disana? Dengerin mas dulu, makannya mas bilang gak bisa jelasin sekarang, kamu pasti salah paham. Mimi, sayang ….” Suara Rangga memelas.
“Kamu udah menikah mas? dan aku sama Razqa gak tau. Yang kamu bilang mau perjuangkan aku dan Razqa mas? Udah sampai sini aja?”
“Setelah semuanya selesai aku bakalan temui kamu dan Razqa, sekarang kamu dengerin dulu nih biar Acy sendiri yang bicara.” Rangga menyalakan mode pengeras suara dan menarik keras tangan Acy agar wanita itu menjelaskan rencana mereka.
“Maafin aku Runa, tapi kami udah sepakat, Mas Rangga menikahi ku sampai anak kami lahir, kemudian aku janji bakalan bantu Mas Rangga kembali pada kamu dan Razqa,” ucap wanita itu dengan nada penuh tipu daya.
“Anak kami? Itu anak mu Acy, aku tak pernah merasa melakukan hal itu pada mu, aku dijebak! Itu bukan anak ku!”
Terdengar suara Rangga menyanggah kalimat Acy.
“Walau kamu dijebak tapi aku berani sumpah ini anak kamu, Mas. Tanya saja sendiri sama mama kamu yang menjebak anaknya sendiri!” ucap Acy membela diri.
Pertikaian itu masih dapat di dengar oleh Red .
“Selamat untuk kalian. Mba Acy ingat, sekarang Mas Rangga memang milik kamu, tapi aku juga akan ingat janji kamu tadi dan aku akan tetap memperjuangkan hak anak kami, ANAK KAMI MBA!”
“Yasudah Mas, besok aku yang akan ketemu Razqa.” Red pasrah, anaknya pasti kecewa karena belum bisa bertemu dengan sang ayah.
“Terimakasih Aruna, doakan urusan ku cepat selesai. Kita akan kembali bersama-sama. Kamu percaya kan?”
Kalimat Rangga terdengar bagai hembusan angin pantai saat dulu mereka sering menghabiskan waktu liburan bertiga. Keraguan yang tadi sempat meliputinya kini terbang diterpa udara yang membawa sejuta harap akan impiannya untuk bisa kembali bersama.
Red sangat mencintai Rangga, bahkan dia mengklaim cinta miliknya dan Rangga masih suci sama seperti saat pertama Rangga sah menjadi suaminya.
***
Baru saja mata yang sembab itu akan terpejam, tapi ponsel yang tadi dia letakkan di atas meja tidak berhenti bergetar. Masih dari nomor yang sama, Red coba menjawabnya, mungkin itu panggilan dari si empunya barang.
“Ha-lo?” sapa Red pelan dan sangat malas.
“Huft, Astaga akhirnya diangkat juga! Hey, halo … halo mba, maaf saya pemilik HP yang sekarang ada di tangan mbanya, mba tolong jangan dimatiin dulu ya mba, dengerin saya sebentar ….” Abhi terus saja bicara dengan panik dan takut ponselnya jatuh ke tangan orang yang salah.
Red menjauhkan ponsel itu dari telinga dan menatap heran.
“Mba? Halo, mba plis dengerin saya!”
“Ponsel Bapak ada sama saya, Pak. Saya Aruna yang tadi Bapak pinjamkan jaket coklat, Bapak lupa ngeluarin ponselnya,” jelas Red.
“Aruna? Aruna siapa? Oh ... Red?”
Red lupa tadi saat memberitahu namanya dia hanya menunjukkan name tag yang menjadi identitas keduanya.
“Eh iya, maksud saya Red. Iya saya Red yang tadi.”
“Oh Syukurlah, sumpah saya lega banget. Ternyata barang saya paling berharga berada di tangan orang yang tepat,” ungkap Abhi.
Red sedang sangat malas menanggapi celotehan Abhi yang saat ini sangat tidak penting untuknya.
“Jadi ini Bapak nelponnya pinjem hp siapa?”
“Ini saya pake hp senter saya, itu hp saya gak ada keamanan ganda, tolong foto sama video-videonya jangan di buka ya!”
“Astaga! Kurang kerjaan banget saya.”
“Iya iya saya percaya sih, ehe. Em, besok siang saya mau pulang ke Tanjungpinang, boleh saya ambil hpnya? Terserah kamu aja ketemu dimana.”
“Besok pagi telpon lagi aja ya Pak, saya udah capek banget sekarang.”
“Aduh iya, maaf. Saya minta maaf, oke baik besok pagi saya telpon lagi, terimakasih banyak ya … Red."
Red mengakhiri panggilan itu dan berusaha memejamkan matanya.
***
Hallo semuanya ^^
Selamat datang di karya ke tigaku di platform Noveltoon ini ya. Aku pengen berbagi sama kalian visual imajinasi ku saat mendeskripsikan tokoh-tokoh pada cerita ini. Ehe, tapi gambar ini mungkin memiliki hak cipta jadi pasti akan segera aku hapus ya ^ ^
Adha Abimana. (Abhi : 34 tahun, Pelatih Renang)
Aruna Nureda, (Red : 25 Tahun, SPG)
Rangga Fadilah (Rangga: 35tahun, Dosen)
Arrazqa Fadilah (Razqa : 4 tahun)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
ternyata rangga menikah ma kakaknya abhi, hiuhhhh pasti si bumbu acy kegatelan ngejebak si rangga. dasar si bumbu2 an
2023-01-01
0
Reiva Momi
jngan2 yg nikah sama Rangga itu adik nya mas Abhi yha 🤔
2022-10-21
0
💗Erna iksiru moon💕
visualnya gantengan Rangga🤭tapi kelakuan kebalikan deh
2022-07-31
0